- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bangun Hunian Sementara, Pemulihan Sinabung terus Bersinambung


TS
act.id
Bangun Hunian Sementara, Pemulihan Sinabung terus Bersinambung

Bencana erupsi Sinabung, sepanjang tiga tahun terakhir tak ada yang pernah tahu kapan akan berakhir. Erupsi terjadi nyaris setiap hari. Sementara musim hujan, musim kemarau dan berserak risiko bencana lain membayang dan terus berulang di daerah lain di Indonesia, di Sinabung semua hanya menghadapi satu kenyataan; erupsi tanpa akhir. Hampir 10.000 jiwa pengungsi korban erupsi Sinabung kini hanya mencoba tetap tabah menanti erupsi Sinabung berhenti sepenuhnya.
Sampai di tahun ketiga erupsi Sinabung, Aksi Cepat Tanggap berusaha menjaga komitmen membersamai ribuan pengungsi di tenda-tenda pengungsian dan di desa-desa sekitar lereng terdampak abu vulkanik. Kini, prioritas utama adalah pemulihan jangka panjang untuk pengungsi Sinabung.

Pekan ini, pemulihan untuk Sinabung kembali berlanjut. Pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Dusun Jenggala, Desa Kacaribu, Kabanjahe, Kabupaten Tanah Karo mendapatkan bantuan bangunan hunian sementara (Huntara) di Jalan Lingkar, Desa Kacaribu, Kecamatan Kabanjahe.
Fasilitas hunian sementara layak huni tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Perusahaan Gas Negara (PGN) dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Huntara juga dilengkapi fasilitas MCK dan sebuah Jambur atau sebuah bangunan permanen yang biasa digunakan masyarakat adat Karo untuk tempat pertemuan komunitas dan warga.
Rahardiansyah dari Disaster Recovery Program (DRP) Aksi Cepat Tanggap mengatakan, tempat pengungsian adalah lokasi di mana berkumpulnya orang-orang yang datang tanpa satu persiapan dari segala segi. Karena mereka terpaksa berkumpul disebabkan berbagai faktor, di Sinabung masalah mendasar adalah pengungsian karena menghindar dari bahaya erupsi.

Rahardiansyah menambahkan, sebagai korban bencana mereka tak memiliki segala kesiapan terkait kebutuhan yang bersifat mendasar, seperti pangan, sandang, dan papan.
“Ketiga fasilitas ini harus benar-benar disediakan dengan baik. Jika gagal dalam penyediaan ketiga hal ini, biasanya berdampak pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lainnya seperti kebutuhan pendidikan, sosial dan ekonomi. Efek domino pada pemulihan bencana harus dihindari, sandang pangan papan menjadi prioritas,” kata Rahadiansyah, Senin (11/10).
Berangkat dari alasan itulah, ACT dengan PGN bersinergi membaca masalah utama di fase pemulihan dengan mendirikan Huntara, lengkap dengan fasilitas MCK dan Jambur untuk warga Desa Kacaribu. Huntara itu terdiri 10 pintu, seluruhnya bisa dimanfaatkan sekitar 35 Kepala Keluarga (KK).

“Kami berharap dengan bangunan huntara, serta fasilitas MCK dan Jambur, warga pengungsi erupsi Sinabung bisa lebih nyaman dalam menjalani keseharian hidup di pengungsian,” harap Anca, sapaan akrabnya.
Kecamatan Kabanjahe menjadi salah satu wilayah terbanyak menampung pengungsian erupsi Sinabung. Ibukota dari Kabupaten Tanah Karo ini berada jauh dari dampak terjangan awan panas. Lebih dari 9.000 jiwa warga asal sekitar lereng Sinabung kini mendiami belasan titik tenda pengungsian di tengah Kota Kecamatan Kabanjahe.
Karena berdekatan dengan Pos Komando pengungsian, Desa Kacaribu dengan jumlah penduduk sekitar 1.000 Kepala Keluarga (KK) menjadi salah satu lokasi pengungsian. Beberapa hunian sementara semi permanen dibangun seadanya di desa ini. Beberapa kondisinya tak layak huni karena dibangun dengan dana swadaya masyarakat.
Sudah sejak tahun 2014 silam, wilayah Jalan Lingkar, Desa Kacaribu menjadi pilihan lokasi untuk di buatkan hunian sementara. Namun, hunian sementara yang berdiri di lokasi ini masih sangat sederhana dengan kelengkapan infrastruktur yang minim.
Rata-rata mereka yang mengungsi sementara di wilayah Jalan Lingkar, Kacaribu merupakan pengungsi dari beberapa desa di radius lima kilometer dari puncak Sinabung. jumlah pengungsi yang mendiami hunian sementara di Jalan Lingkar, Desa Kacaribu meliputi 25 KK atau 85 jiwa, terdiri dari 10 Lansia, 25 Dewasa, 50 Anak-anak. Sampai dengan saat ini, pengungsi yang mendiami khusus di Jalan Lingkar, Desa Kacaribu ini masih ada dan masih beraktivitas.
Sementara itu, di sekitar Jalan Lingkar, Kacaribu pun bertumpuk cerita tentang pengungsi Sinabung. Pengungsi yang ada di sekitar huntara kurang lebih berjumlah 35 KK atau 95 jiwa termasuk di dalamnya 30 anak-anak. Dari total pengungsi yang ada, 50 KK adalah Muslim. Selama di tenda pengungsian dan huntara , menjadi seorang ‘aron’ atau buruh harian adalah jalan utama mereka mencari nafkah.
“Sampai dengan saat ini belum bisa dipastikan kapan mereka akan meninggalkan Huntara tersebut,” ujar Rahadiansyah.
Kabar dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Tanah Karo, para pengungsi diperkirakan bisa kembali ke desa asal mereka hingga lima tahun ke depan. Lima tahun adalah perkiraan waktu ketika Sinabung mulai berhenti terbatuk.
Selama belum kembali ke tanah asal, para pengungsi mau tak mau bertahan hidup seadanya dalam pengungsian. Beruntung, banyak warga setempat yang mempersilakan para pengungsi membangun hunian sementara di lahan milik mereka. Seperti huntara di Jalan Lingkar yang berawal dari kebaikan seorang Eddy Suranta Surbakti.
“Tentu saja Kami dan para pengungsi mendoakan keikhlasan Pak Eddy yang telah membolehkan menggunakan sementara tanahnya untuk didiami para pengungsi. Menjadi amal kebaikan beliau dan mendapat balasan sebaik-baiknya dari Allah subhanahu wata’ala,” pungkas Rahadiansyah.
Penulis: ApikoJM
Ayo Berpartisipasi
0
1.5K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan