- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Goa Totombatu : Jejak Sejarah Sangihe Talaud - Sulawesi Utara


TS
linoleum123
Goa Totombatu : Jejak Sejarah Sangihe Talaud - Sulawesi Utara
Selamat siang agan dan sista semua, ane akan cerita mengenai Goa Totombatu di Sangihe Talaud
Sangihe Talaud, adalah sebuah kabupaten kepulauan di ujung utara pulau Sulawesi dengan ibukota berkedudukan di Tahuna, yang berbatasan dengan pulau Mindanao di Philipina. Nah disinilah Goa Totombatu berada gan......
Goa Totombatu merupakan sebuah goa batu unik berisi kumpulan tengkorak manusia, berada di bibir pantai di ujung selatan desa Tarohan, Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud. Gua ini berada di atas sebuah bukit batu kecil setinggi kurang lebih 8 meter, yang menjorok ke arah laut sejauh lima puluh meter. Hal menarik dari tempat ini adalah struktur batu yang membentuk gua ini sangat beragam, yaitu terdiri dari bebatuan karang, batuan kapur dan batu-batu tua yang penuh retakan.
Di antara gugusan yang menjorok itu terdapat cekungan-cekungan membentuk gua yang beberapa di antaranya membentuk lobang besar, sehingga bisa dilalui oleh lebih dari satu tubuh manusia. Di bagian atas struktur bukit batu itu ditumbuhi berbagai pepohonan dan perdu khas daerah pantai. Pada salah satu kumpulan perdu rimbun di puncak bukit batu itulah terdapat gua yang menyimpan 33 tengkorak kepala dan tulang-belulang manusia. Dari tempat ini kita bisa melihat pulau Salibabu, pulau Nusa di tanjung Lobo dan cekungan pelabuhan Beo.

Konon, menurut tuturan penduduk setempat, dahulu kala terdapat sebuah dataran tinggi bernama Tarapahan, yang artinya gunung sembilan. Di gunung inilah diyakini oleh masyarakat desa Tarohan sebagai asal muasal suku bangsa Talaud. Namun belum ada cerita pasti yang mencoba menjelaskan tentang keberadaan kumpulan masyarakat di dataran Tarapahan ini. Ada yang menyatakan bahwa kumpulan masyarakat itu merupakan masyarakat migran dari pulau Mangindano, atau Mindanao Filipina.
Sejumlah informasi yang pernah dirangkum Alfred Pontolondo (21/12/2006) dari beberapa tetua kampung Tarohan (Ayub Taengaten, Maramin Tumpil, Yosias Muhat, dan Mateos Mangule) mengatakan bahwa orang-orang pertama yang menghuni Totombatu merupakan generasi kesekian dari penghuni Tarapahan yang turun ke Totombatu untuk memulai kehidupan baru sebagai nelayan kira-kira 700 tahun yang lampau.
Saat salah satu anggota dari kumpulan masyarakat itu meninggal dunia, mereka yang masih hidup kemudian mengambil kepalanya, diletakkan di atas sebuah piring keramik atau guci dan kemudian diletakkan di dalam goa batu yang ada di atas bukit batu yang berada di bibir pantai kawasan Totombatu. Cara peletakan piringpun berbeda-beda, untuk tokoh masyarakat, piring berjumlah tiga buah dan diletakkan masing-masing di bawah tengkorak kepala, di bawah tulang panggul, serta di bawah tulang kaki. Sedang untuk masyarakat biasa piring hanya satu dan hanya menjadi tempat meletakkan kepala saja.



Jumlah tengkorak kepala dan tulang belulang yang ada di dalam goa batu itu lebih dari 100 buah. Ini berarti ada 100 lebih leluhur yang mati dan kepalanya diambil untuk diletakkan di goa batu. Salah satu dari sejumlah besar tengkorak itu berdiameter hampir 50 cm yang diyakini milik Tatuhe. Namun saat Pontolondo mengunjungi gua tersebut hanya menjumpai sekitar 33 tengkorak saja dan tidak ditemuka tengkorak raksasa milik Tatuhe sebagaimana yang diceritakan penduduk setempat. Satu hal yang menunjukkan tentang keberadaan tengkorak raksasa Tatuhe adalah adanya ruas-ruas tulang betis dan paha manusia yang memiliki ukuran sekitar 15 cm lebih panjang dari ruas ukuran normal tulang betis dan paha manusia Indonesia.


Diceritakan bahwa tulang-tulang itu hilang dari gua karena dicuri orang, dan yang paling besar terjadi di paruh tahun 1960-an ketika ada sekelompok orang yang mengaku berasal dari Belanda yang kemudian mengangkut sejumlah benda termasuk sebuah guci besar yang berisi tengkorak raksasa. Guci dan barang-barang peninggalan itu menurut Taengetan kemudian di bawa menuju negeri Belanda dan hingga kini tidak ada informasi lagi yang menjelaskan keberadaan sejumlah benda yang dicuri itu.
Inilah sekelumit cerita tentang Goa Totombatu yang merupakan saksi bisu sejarah masyarakat Sangihe Talaud di Kepulauan Sulawesi.
Sekian trit ane semoga berkenan dan bukan Repost, terimakasih bagi yang udah nyempetin mampir..

Sangihe Talaud, adalah sebuah kabupaten kepulauan di ujung utara pulau Sulawesi dengan ibukota berkedudukan di Tahuna, yang berbatasan dengan pulau Mindanao di Philipina. Nah disinilah Goa Totombatu berada gan......
Goa Totombatu merupakan sebuah goa batu unik berisi kumpulan tengkorak manusia, berada di bibir pantai di ujung selatan desa Tarohan, Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud. Gua ini berada di atas sebuah bukit batu kecil setinggi kurang lebih 8 meter, yang menjorok ke arah laut sejauh lima puluh meter. Hal menarik dari tempat ini adalah struktur batu yang membentuk gua ini sangat beragam, yaitu terdiri dari bebatuan karang, batuan kapur dan batu-batu tua yang penuh retakan.
Di antara gugusan yang menjorok itu terdapat cekungan-cekungan membentuk gua yang beberapa di antaranya membentuk lobang besar, sehingga bisa dilalui oleh lebih dari satu tubuh manusia. Di bagian atas struktur bukit batu itu ditumbuhi berbagai pepohonan dan perdu khas daerah pantai. Pada salah satu kumpulan perdu rimbun di puncak bukit batu itulah terdapat gua yang menyimpan 33 tengkorak kepala dan tulang-belulang manusia. Dari tempat ini kita bisa melihat pulau Salibabu, pulau Nusa di tanjung Lobo dan cekungan pelabuhan Beo.

Konon, menurut tuturan penduduk setempat, dahulu kala terdapat sebuah dataran tinggi bernama Tarapahan, yang artinya gunung sembilan. Di gunung inilah diyakini oleh masyarakat desa Tarohan sebagai asal muasal suku bangsa Talaud. Namun belum ada cerita pasti yang mencoba menjelaskan tentang keberadaan kumpulan masyarakat di dataran Tarapahan ini. Ada yang menyatakan bahwa kumpulan masyarakat itu merupakan masyarakat migran dari pulau Mangindano, atau Mindanao Filipina.
Sejumlah informasi yang pernah dirangkum Alfred Pontolondo (21/12/2006) dari beberapa tetua kampung Tarohan (Ayub Taengaten, Maramin Tumpil, Yosias Muhat, dan Mateos Mangule) mengatakan bahwa orang-orang pertama yang menghuni Totombatu merupakan generasi kesekian dari penghuni Tarapahan yang turun ke Totombatu untuk memulai kehidupan baru sebagai nelayan kira-kira 700 tahun yang lampau.
Saat salah satu anggota dari kumpulan masyarakat itu meninggal dunia, mereka yang masih hidup kemudian mengambil kepalanya, diletakkan di atas sebuah piring keramik atau guci dan kemudian diletakkan di dalam goa batu yang ada di atas bukit batu yang berada di bibir pantai kawasan Totombatu. Cara peletakan piringpun berbeda-beda, untuk tokoh masyarakat, piring berjumlah tiga buah dan diletakkan masing-masing di bawah tengkorak kepala, di bawah tulang panggul, serta di bawah tulang kaki. Sedang untuk masyarakat biasa piring hanya satu dan hanya menjadi tempat meletakkan kepala saja.



Jumlah tengkorak kepala dan tulang belulang yang ada di dalam goa batu itu lebih dari 100 buah. Ini berarti ada 100 lebih leluhur yang mati dan kepalanya diambil untuk diletakkan di goa batu. Salah satu dari sejumlah besar tengkorak itu berdiameter hampir 50 cm yang diyakini milik Tatuhe. Namun saat Pontolondo mengunjungi gua tersebut hanya menjumpai sekitar 33 tengkorak saja dan tidak ditemuka tengkorak raksasa milik Tatuhe sebagaimana yang diceritakan penduduk setempat. Satu hal yang menunjukkan tentang keberadaan tengkorak raksasa Tatuhe adalah adanya ruas-ruas tulang betis dan paha manusia yang memiliki ukuran sekitar 15 cm lebih panjang dari ruas ukuran normal tulang betis dan paha manusia Indonesia.


Diceritakan bahwa tulang-tulang itu hilang dari gua karena dicuri orang, dan yang paling besar terjadi di paruh tahun 1960-an ketika ada sekelompok orang yang mengaku berasal dari Belanda yang kemudian mengangkut sejumlah benda termasuk sebuah guci besar yang berisi tengkorak raksasa. Guci dan barang-barang peninggalan itu menurut Taengetan kemudian di bawa menuju negeri Belanda dan hingga kini tidak ada informasi lagi yang menjelaskan keberadaan sejumlah benda yang dicuri itu.


Inilah sekelumit cerita tentang Goa Totombatu yang merupakan saksi bisu sejarah masyarakat Sangihe Talaud di Kepulauan Sulawesi.
Sekian trit ane semoga berkenan dan bukan Repost, terimakasih bagi yang udah nyempetin mampir..




0
4.5K
16


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan