Ternyata sudah lama juga saya tidak menulis sesuatu di Kaskus ini. Sebagai seorang Dokter Muda, mungkin lebih baik kalau sekali-sekali menulis soal ide-ide yang berhubungan dengan dunia kesehatan dan socialpreneurship. Berumur masih sangat muda, tentu banyak dari kamu yang ingin menjelajah lebih banyak tempat, dan menemukan hal baru. Tetapi, apakah itu saja sudah cukup? Banyak sekali traveler menyatakan, bahwa tempat-tempat yang mereka kunjungi tidak hanya menyuguhkan keindahan budaya dan wisatanya, tetapi kontras pula dengan keadaan penduduknya.

Beragam masalah sosial yang mereka sampaikan, seperti kesehatan, pendidikan, gizi dan sebagainya. Dari kebahagiaan, mereka menemukan kehampaan. Seperti itu kira-kira yang salah satu Kaskus Traveler ungkapkan. Berdasarkan hal itu, mulai banyak bermunculan kegiatan sosial yang mengkombinasikan kedua hal tersebut. Istilah baru pun muncul, yaitu voluntourism. Banyak sekali kegiatan yang daapt dilakukan dalam kegiatan voluntourism. Kamu dapat membantu masyarakat membersihkan sampah di pantai, melakukan penyuluhan, membantu membangun atau memperbaiki bangunan sekolah, dan masih banyak lagi.

Lalu apa hubungannya dengan saya? Tujuannya masih sama, cuma mungkin sedikit berbeda karena latar belakang pendidikan saya yang berada di Kedokteran. Selain permasalahan tidak meratanya fasilitas penunjang kesehatan, ternyata tenaga kesehatan pun tidak merata di berbagai pulau-pulau kecil Indonesia. Dibesarkan selama lebih dari 10 tahun di Kabupaten Maluku Tenggara, saya baru sadar bahwa hanya 3-4 kali saya menginjakkan kaki di Rumah Sakit. Seingat saya, karena robekan di kepala saya (mainannya terlalu keras kalau anak-anak dulu) dan saat saya dikhitan. Selain itu, masyarakat di sekitar saya masih kental dengan kepercayaan pada pengobatan tradisional, mistik dan sejenisnya. Hal ini membuat pelayanan kesehatan menjadi kurang maksimal. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap penyedia layanan kesehatan menimbulkan banyak sekali permasalahan, seperti tidak optimalnya pemanfaatan fasilitas kesehstan yang akhirnya kurang perawatan dan dibiarkan rusak, tenaga kesehatan pun menjadi kurang diperhatikan.

Akibatnya, persebaran tenaga kesehatan yang kompeten menjadi tidak merata. Banyak dokter atau perawat bersertifikasi tinggi menjadi malas atau takut untuk mengabdi ke daerah-daerah terpencil karena hal-hal seperti ini. Padahal di daerah tersebut masih bisa menikmati hidup kok, bahkan pilihan hidup dengan mengabdi dapat menjadi sumber kebahagiaan paling sejati. Oleh karena itu, saya berpikir untuk mengenalkan daerah-daerah tersebut kepada seluruh tenaga kesehatan, terutama Dokter. Saya mulai mendirikan TravelClinic sebagai socialpreneurship activity saya saat ini. Saya berharap dengan menyediakan sebuah komunitas, maka akan mulai bermunculan para Dokter dan pemuda lain yang berjiwa mengabdi untuk tegaknya keadilan di berbagai lini. Pembahasan soal TravelClinic akan saya bahas lebih lanjut di artikel berikutnya ya!