- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Ketua Majelis Hakim Kasus Bukit Duri Dipindahtugaskan Ke Sumatera


TS
mol1605
Ketua Majelis Hakim Kasus Bukit Duri Dipindahtugaskan Ke Sumatera

Di masa kini, penegak hukum yang benar-benar menegakkan keadilan maka berani menyatakan yang salah sebagai salah dan yang benar sebagai benar termasuk jenis mahluk langka yang nyaris punah. Dalam mengikuti proses hukum kasus perbedaan pendapat antara pemerintah dengan rakyat di Bukit Duri, saya banyak belajar tentang makna keadilan dan hukum.
Saya banyak belajar tentang law and justice, hukum dan keadilan yang ternyata merupakan dua zat yang beda. Hukum berkutat di ranah rasional sementara keadilan lebih berada di khasanah nurani. Maka keputusan hakim bukan sekadar bertumpu pada lembaran-lembaran kitab hukum namun lebih pada sukma lubuk nurani sang hakim sendiri. Dalam mengikuti proses hukum Bukit Duri di serial sidang Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, saya beruntung dapat menyaksikan sepak terjang seorang penegak keadilan sejati maka berani menyatakan yang salah sebagai salah dan yang benar sebagai benar, yaitu sang Ketua Majelis Hakim PN Jakpus bernama Didiek Riyono Putro.
Sanubari saya terhenyak atas keberanian sang Ketua Majelis Hakim mengimbau Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menghargai langkah warga Bukit Duri yang mengajukan gugatan secara perwakilan kelompok atau class action. Dalam sidang kasus Bukit Duri di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa 6 September 2016, Didiek Riyono mengaku tidak memiliki kekuasaan hukum untuk menghentikan penggusuran namun demi tegaknya hukum mengharapkan pemerintah jangan main kekuasaan. Riyono menanggapi permohonan provisi yang diajukan kuasa hukum warga Bukit Duri Vera Soemarwi.
Dalam persidangan kali ini, Vera meminta hakim mengabulkan permintaannya, yaitu pihak tergugat tidak melakukan apa pun terkait dengan pelaksanaan proyek pembangunan trace Kali Ciliwung sampai perkara ini berkekuatan hukum tetap. Kuasa hukum pihak pemerintah Firman Chandra, berjanji menyampaikan imbauan hakim. Namun dia membantah pemerintah telah sewenang-wenang. Menurut dia, yang dilakukan pemerintah adalah memanusiakan warganya dengan memindahkan mereka ke tempat yang lebih baik. Penataan itu, tutur Firman, dilakukan untuk menormalkan Kali Ciliwung sekaligus mencegah banjir yang kerap melanda daerah itu. Firman menegaskan bahwa penggusuran merupakan bagian dari pembangunan nasional.
Karena di luar kemampuan dan kemauan saya pribadi maka saya tidak berani melibatkan diri ke dalam kemelut proses hukum kasus Bukit Duri yang masih akan mencari titik-temu perbedaan pendapat antara pemerintah dan rakyat. Saya hanya menyaksikan dan mendengar dengan mata telinga kepala sendiri betapa para warga Bukit Duri tulus meletakkan harapan bahkan kepercayaan kepada Majelis Hakim PN Jakut yang diketuai Didiek Riyono akan benar-benar menegakkan keadilan dengan berani menyatakan yang salah sebagai salah dan yang benar sebagai benar.
Pada siang hari bolong 22 September 2016 diperoleh pemberitahuan dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat bahwa Didiek Riyono Putro, SH, MHum, Nip: 196006241985121001 yang sangat diharapkan warga Bukit Duri akan menegakkan keadilan, mendadak resmi dipindahtugaskan dari Jakarta ke Sumatera. Jelas berita itu sangat mengejutkan lalu mematahkan sisa-sisa asa harapan warga Bukit Duri atas keadilan. Warga Bukit Duri tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan apapun kecuali dengan penuh kerendahan hari memanjatkan Doa kepada Yang Maha Kuasa agar menganugerahkan Rahmat dan Kurnia Kekuatan Lahir-Batin kepada Didiek Riyono Putro SH, MHum dalam menempuh perjalanan kariernya sebagai seorang penegak hukum sejati yang berani menyatakan yang benar sebagai benar dan yang salah sebagai salah, dan memohon kepada Yang Maha Kuasa dan Maha Adil untuk menganugerahkan seorang pengganti Didiek Riyono Putro SH, MHum sebagai Ketua Majelis Hakim kasus Bukit Duri yang tidak kalah berani menyatakan yang benar sebagai benar dan yang salah sebagai salah. Amin. [***]
http://politik.rmol.co/read/2016/09/...n-Ke-Sumatera-
ga jauh beda dengan kelakuan momod, diskriminatif

mewaspadai bahaya asing, aseng, dan ateng
indonesia memang istimewa, betapa tidak, indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, merupakan negara berkembang yang konsumtif, jumlah penduduk yang banyak, dan mayoritasnya adalah muslim, dengan berbagai faktor tersebut indonesia menjadi ajang perebutan hegemoni kekuasaan dari tiga kubu di dunia, yaitu, barat, timur, dan timur tengah
jadi, memang tidak bisa dipukul rata, masing-masing kubu mempunyai agenda dan kepentingan yang berbeda, setidaknya motivasi mereka yang telah kita ketahui adalah menguasai aset sumber daya alam, menguasai pasar/perekonomian, mencari sekutu atau dukungan politik, dan lain-lain
untuk memasukan kepentingannya di indonesia, tidak bisa serta masuk begitu saja, mereka butuh kurir yang berperan sebagai pembuka jalan, sebagai kurir tugas pertamanya adalah agar ia dan kelompoknya dapat diterima oleh masyarakat, mereka kemudian berbaur, beradaptasi, mencari simpati, dan sebisa mungkin menjadi tokoh yang berpengaruh, dengan begitu, mereka dapat mengamankan posisi dan kedudukan ditengah masyarakat, sekaligus dapat menggunakan pengaruh tersebut untuk menjalankan kepentingannya
selain berperan sebagai kurir, mereka juga berperan sebagai boneka, tugas boneka adalah untuk memenuhi segala kepentingan induk asing, mereka semacam eksekutor lapangan, untuk menyembunyikan identitas mereka tidak memiliki hubungan atau link secara langsung kepada induknya, sebagai boneka ia tidak perlu tahu segala agenda dan kepentingan induk asing, karena tugasnya hanyalah menjalankan arahan agenda dan kepentingan induk asing dilapangan, sesuai dengan kapasitas dan kedudukannya dimasyarakat, dan eksekusi tersebut tidak bersifat langsung, melainkan hanya dengan memuluskan atau melancarkan eksekusi kepentingan dan agenda asing lain yang lebih besar, induk asing sangat berkepentingan untuk menempatkan boneka pada posisi yang tinggi atau strategis, karena semakin tinggi dan semakin strategis kedudukan boneka, maka semakin banyak dan luas pula kepentingan induk asing dapat terfasilitasi
karena tidak memiliki hubungan langsung dengan induknya, maka boneka ini dapat dengan mudah dibuang, atau tetap dimanfaatkan jika dirasa masih efektif, ketiadaan hubungan secara langsung dengan induk asing juga dapat melindungi mereka dari tuduhan-tuduhan, sehingga mereka bisa berpura-pura innocent, mengklaim bersih, independen ataupun berlagak idealis, dan tidak jarang mereka memang merekrut orang yang benar-benar bersih atau innocent sebagai bemper atau jubir ketika menghadapi tuduhan-tuduhan spionase (antek asing)
di indonesia, kita sudah tidak asing dengan istilah "antek asing", mereka memang sudah lama menjajah indonesia lewat ekonomi, bagi negara-negara barat yang mayoritas kristen, indonesia yang mayoritas muslim jelas bukan merupakan sekutu bagi mereka, membuat mereka tidak ragu-ragu untuk menghancurkan dan menguasai ekonomi kita, dengan ekonomi yang lemah kita akan pernah memiliki kekuatan militer yang kuat, tidak dapat menimbulkan potensi ancaman, sehingga perdamaian dunia (menurut versi mereka) dapat tetap terjaga
barat dan timur memang sedang bersaing dominasi, baik dominasi militer maupun ekonomi, karena itulah aseng (timur) punya kepentingan bercokol di indonesia, dengan menguasai ekonomi, maka lobi-lobi politik dapat dilakukan dengan mudah, selain untuk mempertahankan posisi dan dominasi, mereka juga bermaksud untuk menguasai dan memastikan bahwa indonesia adalah sekutu bagi mereka, atau setidaknya, indonesia bukan musuh potensial bagi mereka, fakta bahwa keturunan china mendominasi perekonomian indonesia adalah jalan masuk bagi aseng untuk berkuasa, memang tidak terlihat jelas koneksi antara para taipan dengan negara aseng, yang pasti, para taipan dapat berperan sebagai boneka bagi negara aseng dalam menjalankan dan memuluskan langkah mereka untuk semakin berkuasa di indonesia
satu lagi yang tidak boleh kita lupakan adalah antek ateng (saya sebut saja seperti itu), yaitu antek dari timur tengah, tepatnya adalah negara iran, jumlah penduduk indonesia yang sangat besar dan mayoritas muslim adalah sebuah potensi sekaligus ancaman besar, tergantung dikubu mana negara ini berpihak, apakah menjadi sekutu atau musuh, mereka memang tidak bermaksud untuk menjajah ekonomi kita, dan tidak bermaksud untuk menguasai militer kita, apa yang mereka lakukan adalah sekedar untuk menjadikan indonesia sebagai mitra/sekutu bagi mereka, karena dalam lingkup yang lebih global, sentimen keagamaan dapat menjamin, bahwa indonesia (islam) tidak akan bersekutu dengan barat (kristen) untuk memerangi iran (islam)
berbagai macam strategi asing, aseng, dan ateng untuk berkuasa di indonesia yang harus kita pahami dan ketahui, setidaknya ada 3 garis besarnya, yaitu :
1. memperbesar penerimaan masyarakat terhadap mereka, yaitu dengan cara pencarian simpati, pemberian bantuan sosial, dan bermitra dengan tokoh lokal, tokoh adat, atau pejabat pemerintah
2. memperbesar pengaruh dan posisi mereka terhadap masyarakat, yaitu dengan cara menduduki posisi strategis dalam masyarakat, organisasi, partai politik, dan jabatan pemerintah,
3. menguasai media untuk melakukan pencitraan, propaganda, menghembuskan isu, mengangkat masalah, dan sentimen rasial untuk mencari simpati atau play victim
penyebab utama betapa mudahnya asing, aseng dan ateng berkuasa adalah karena mayoritas masyarakat kita mengalami krisis identitas, identitas diri bukan sekedar berbicara mengenai "siapa saya", tapi juga mengenai "siapa anda", dan "apa yang membedakan anda dengan saya", suka tidak suka, kita adalah bagian dari pergaulan masyarakat global, terlebih ketika mereka benar-benar telah hadir disekeliling kita, kita tidak bisa berpandangan secara sempit, membatasi diri dengan berbicara sekedar masalah idiologi, nasionalisme, ataupun identitas budaya kita, tapi kita juga harus berbicara mengenai idiologi, nasionalisme, ataupun identitas mereka, termasuk apa yang menjadi keinginan, tujuan dan kepentingan mereka di indonesia
0
2K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan