Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

taniaputeriAvatar border
TS
taniaputeri
Orang Tua Punya Andil di Balik Misteri Mengapa Seseorang Sering Merasa Kesepian
Jakarta - Sedang ingin menyendiri dan kesepian itu dua hal yang berbeda lho. Namun ada kalanya seseorang merasa kesepian terus-menerus, meskipun berada di tengah-tengah keluarga maupun teman-temannya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Peneliti dari University of California San Diego School of Medicine menemukan jawabannya. Menurut mereka, ini karena sebagian orang mengalami kesepian 'turunan' atau perasaan kesepian yang diwariskan orang tua lewat genetika.

Kesimpulan ini didapat setelah peneliti menganalisis data genetik dari 10.700-an warga Amerika berusia 50 tahun ke atas. Kemudian masing-masing diberi tiga pertanyaan yang dipakai untuk mengukur tingkat kesepian seseorang, yaitu 'seberapa sering Anda merasa kekurangan teman?'; 'seberapa sering Anda merasa ditinggalkan?'; dan 'seberapa sering Anda merasa terisolasi dari lingkungan?'. 

Peneliti sengaja tidak menyebutkan kata 'kesepian' karena banyak orang yang enggan mengakuinya. Sesuai dugaan, responden yang mengaku sering merasa kesepian, yaitu sebanyak 27 persen, mempunyai kecenderungan genetik yang sama. 

Hal ini diduga membuat sebagian orang menjadi lebih peka terhadap hubungan atau interaksi antara dirinya dengan orang-orang di sekitarnya. Ketika mereka merasa diabaikan sedikit saja, langsung muncul perasaan kesepian, bahkan memicu depresi.

Dari situ pula peneliti bisa menyimpulkan bahwa otak satu manusia dengan lainnya tidak memandang kesepian dengan cara yang sama, walaupun mereka berada dalam situasi yang sama dan mempunyai jumlah teman yang sama banyaknya, misalkan. 

"Makanya kita bilang ada 'kecenderungan genetik di balik rasa kesepian'. Untuk itu kita ingin tahu mengapa ada orang yang merasa lebih kesepian dari lainnya walaupun mereka berada di situasi yang sama," papar ketua tim peneliti Abraham Palmer seperti dilaporkanMedical Daily.

Yang dikhawatirkan peneliti adalah susunan genetik yang berkaitan dengan kesepian ini memiliki kemiripan dengan susunan genetik yang berkaitan dengan risiko neurotisisme (kecenderungan seseorang untuk selalu berada dalam emosi negatif seperti cemas, marah dan merasa bersalah) serta depresi.

Untuk itu peneliti mengingatkan, bila hal ini diabaikan hingga seseorang sampai mengalami perubahan gaya hidup karena depresi, kesepian yang dirasakannya bisa jadi indikator kematian dini yang lebih akurat daripada obesitas sekalipun. 

Namun karena persentasenya kecil, jadi masih ada kemungkinan jika sebagian besar kesepian yang dirasakan seseorang lebih dipengaruhi oleh lingkungan ketimbang gennya sendiri.
nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
1
1.3K
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan