- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Lupakan Sepkbola, Olahraga yang Dibutuhkan Indonesia adalah Tinju


TS
pakusmanjahat
Lupakan Sepkbola, Olahraga yang Dibutuhkan Indonesia adalah Tinju



Quote:

Bagi banyak orang, sepakbola dianggap sebagai olahraga rakyat. Coba saja disurvei, pasti mayoritas masyarakat Indonesia akan mengatakan demikian. Mengapa? Kemungkinan besar karena cuci otak lewat berbagai siaran langsung di televisi.
Menurut penilaian saya, sepakbola bagus sebagai olahraga. Namun apakah sesuai dengan kehidupan politik, ekonomi dan budaya bangsa hari ini? Jauh sekali. Sepakbola membutuhkan koordinasi antarpemain. Iya, koordinasi. Tahu ‘kan? Itu barang paling mahal di negeri ini.
Jadi, jelas, sepakbola yang penuh kerja bersama dan koordinasi tidak akan mampu diterapkan karena urusan koordinasi. Tidak nyambung, ya? Silakan disambung-sambungkan sendiri.



Quote:
Mengikis Budaya Berani karena Banyak

Budaya gerombolan, manut grubyuk, tawuran, rasanya makin marak.Dimeriahkan oleh televisi dan Youtube, budaya-budaya buruk ini teramplifikasi. Ironisnya, yang terlibat malah bangga karena terkenal. Di era totalitas dalam bernarsis akhir-akhir ini, orang pun bangga akan kedunguannya sendiri dan dipublikasikan seolah prestasi.
Budaya menindas orang lain karena jumlah massa, punya kuasa, solidaritas buta dan sebagainya, membuat perundungan marak. Budaya seperti ini harus dikikis habis. Musti ada perubahan mendasar bahwa walau sendiri tetap harus berani.


Quote:
Individual Achivement

Dalam budaya masyarakat yang sungguh percaya akan kedatangan Ratu Adil atau Imam Mahdi, individual achievement bagi orang yang ingin mencapai prestasi politik di Indonesia menjadi sangat penting. Semua pemimpin sibuk membangun milestone yang kadang membesar-besarkan dirinya sendiri yang lantas diamplifikasi oleh para pendukungnya. Minim sekali pengakuan dan penghormatan atas kerja tim. Kondisi ini tercermin dalam olahraga. Lihat olahraga beregu yang mengutamakan kebersamaan tim. RI pasti sulit menembus prestasi level dunia.


Quote:
Menyerap Kelebihan Energi

Sering melihat anak-anak muda kelebihan energi? Iya, mereka sekolah pagi sampai siang bahkan sore. Tapi malamnya bisa jalan-jalan di mal dan nongkrong-nongkrong enggak jelas. Kadang pulang sekolah pun masih nongkrong, juga balap liar, bahkan tawuran. Itulah energi masa muda, jumlahnya berlimpah ruah.
Pertumbuhan budaya dan properti yang luar biasa merampas banyak ruang terbuka hijau untuk mewadahi kelebihan energi anak-anak muda ini. Lapangan sepakbola besar mulai langka, juga lapangan basket. Jalur sepeda dan joging di daerah padat penduduk yang masuk daerah rawan juga minim. Energi mereka terbuang untuk nongkrong, catcalling perempuan yang lewat, hingga trek-trekan yang mengganggu ketertiban lalu lintas.

Berlatih tinju hanya membutuhkan sarana yang sedikit. Bisa dilakukan sendiri di rumah dalam ruangan yang sempit. Jika lari tak memungkinkan, stamina bisa dipompa dengan jump role, sit up, push up,back up, shadow boxing yang dapat dilakukan di dalam kamar. Hanya butuh cermin agak besar untuk melihat arah dan sudut pukulan saat shadow boxing. Melatih kelenturan dan kekuatan lengan dengan pukulan jab straight sederhana, namun sembari menggenggam barbel satu kilogram. Cukup seberat itu saja. Tak perlu seberat beban rindu.

Quote:
Mengembalikan Budaya Sehat dan Sportif

Pernah diserempet motor yang melawan arus? Lagi joging outdoor terus disembur asap kendaraan bermotor yang sengaja dipermainkan? Pernah naik sepeda lalu diklakson disuruh minggir seolah kita cuma orang miskin tak berguna yang memenuhi jalan? Biasa banget kejadian seperti ini kita lihat setiap hari. Saya sungguh sering melihatnya dari jendela Alphard dan Rubicon mobil yang saya kendarai (mohon dibaca keras-keras ketika membaca Alphard dan Rubicon barusan).



Quote:

Mengapa arena tinju yang notabene berbentuk segi empat, justru disebut dengan nama “ring” yang merujuk ke bentuk lingkaran? Konon, saat masa tinju adalah kegiatan ilegal, “ring” yang dipergunakan berbentuk lingkaran manusia (penonton). Ketika ada razia, seketika mereka berbaur untuk menyamarkan petinju agar tidak ditangkap polisi.
Menurut saya, hal itu adalah harmonisasi penonton dan atlet yang bersatu atas nama respek. Penonton dan atlet yang saling hormat menjadi dasar olahraga tinju. Ini bukan sekadar adu keras-kerasan pukulan, namun juga olah otak untuk menguras tenaga lawan, menahan pukulannya, strategi counter punch dan combo punch. Tinju bukan olahraga mutlak-mutlakan bahwa yang punya pukulan keras pasti menang. Tidak demikian.

Quote:
Terima kasih sudah membaca trit Pak Usman ini. Trit ini pak usman sedot dari sini
Satu lagi yang tidak ketinggalan, Pak Usman's Quote
"Kehilangan jiwa sportif mungkin terpupuk karena buruknya kesehatan fisik berikut jiwa"

Diubah oleh pakusmanjahat 25-09-2016 14:17
0
4K
Kutip
77
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan