Kaskus

Entertainment

act.idAvatar border
TS
act.id
Pasca Banjir Garut, Tersisa Kalut dan Takut
Pasca Banjir Garut, Tersisa Kalut dan Takut

GARUT - Siapa yang menduga, hampir tengah malam itu Selasa (20/9) menjadi malam kelam yang tak mungkin dilupa ribuan warga Kabupaten Garut. Hujan deras membawa malapetaka seketika yang tak pernah diduga. Banjir bandang datang menghantam 7 Kecamatan di Kabupaten Garut. Tinggal tersisa pilu di hati warga. Malam itu, Selasa jelang tengah malam sekitar pukul 22:30 – 23.00 luapan Sungai Cimanuk menerjang deras daerah aliran sungai. Ribuan warga histeris ketakutan melihat terjangan banjir yang begitu dahsyat. Banjir tak hanya menggenang, arusnya deras, menerjang apapun yang dilewatinya.

Ketika ACTNews tiba di Garut, visual yang nampak hanya kehancuran. Lumpur tebal menutup semua jalan di tepian Sungai Cimanuk. Kata warga yang bermukim di tepian sungai, bencana dahsyat seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya.
Pasca Banjir Garut, Tersisa Kalut dan Takut

Warga memahami betul, masalah Cimanuk sudah dibiarkan sepanjang dekade terakhir. Sampah dan pendangkalan sungai makin bertambah buruk. Ditambah lagi dengan bendungan Codong tak tertib pengaturan dan pemanfaatannya saat hujan tiba.

"Sejak ada bendungan Codong sepertinya warga mulai resah. Apalagi penanganannya ada yang salah. Sampai akhirnya terjadi kejadian malam itu,” ujar Lilis, seorang ibu rumah tangga asal Desa Cimacan, salah satu desa paling porak poranda dihantam arus bandang.
Pasca Banjir Garut, Tersisa Kalut dan Takut

Lilis beserta keluarganya kini sudah kehilangan semua harta benda. Rumahnya hanyut terseret derasnya bandang. Namun, Ia mengaku bersyukur masih bisa selamat dari bencana tersebut. Ia masih mengingat betul dalam benaknya betapa mencekam suasana malam itu. Kalut dan takut terekam jelas.

"Waktu itu kami sudah pada tidur. Tiba-tiba warga berteriak "air...air...." Saya langsung keluar dan ternyata saat saya buka pintu, air langsung masuk deras. Saya sempat terseret arus. Semua terjadi sangat cepat. Seperti tsunami datang," kisahnya merekam trauma.

"Warga banyak yang nangis nyari keluarganya. Ada yang anaknya ketinggalan di dalam rumah, ada yang hanyut, pokoknya serem,” tuturnya.

Lilis hanya satu dari ribuan warga lain yang merasakan trauma serupa. Derasnya banjir bandang di tengah malam itu tak pernah ada yang menduga sebelumnya. Semua terkejut, semua terkaget.

Kini, kendati lumpur tebal masih menghampar tetapi trauma itu harus segera pupus. Rasa takut dan kalut perlahan harus surut. Peralihan dari proses darurat bencana menuju proses pemulihan tak bisa ditunda lagi.

Kebutuhan warga paling mendesak berupa air bersih, makanan siap saji, dan pakaian sekolah."Sampe sekarang kita bingung mau membersihkan rumah ngga ada air. Baju anak-anak untuk sekolah juga sudah tidak ada. Semua hanyut," kata Lilis menahan lirih.

Penulis: Erwin Santoso
Editor: Shulhan Syamsur Rijal
0
1.8K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan