- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Michael Robertson Saksi Ahli Jessica Terseret Pembunuhan 'American Beauty'


TS
wawos
Michael Robertson Saksi Ahli Jessica Terseret Pembunuhan 'American Beauty'
Jakarta - Sebagai pakar toksikologi yang muncul dalam sidang Jessica Wongso, nama Michael Robertson tercemar karena terseret kasus pembunuhan Greg de Villers oleh istrinya sendiri, tahun 2000. Robertson disebut memiliki hubungan asmara dengan istri de Villers dan terlibat pembunuhan itu.
Seperti dikutip dari artikel media lokal AS, San Diego Reader dan juga San Diego Union-Tribune, Rabu (21/9/2016), wanita bernama Kristin Rossum, istri de Villers dan juga mantan pakar toksikologi untuk Kantor Pemeriksa Medis San Diego dijatuhi dijatuhi vonis penjara seumur hidup dalam sidang tahun 2003.
Rossum divonis bersalah membunuh suaminya sendiri dengan menggunakan fentanyl, sejenis narkotika dan obat penghilang sakit yang bereaksi cepat serta berdampak 100 kali lebih kuat dari morfin. Rossum mencuri fentanyl dari laboratorium tempatnya bekerja. Fentanyl sendiri biasa digunakan untuk merawat pasien kanker juga digunakan saat proses kolonoskopi, pemeriksaan dengan endoskop panjang. Overdosis fentanyl bisa memicu kegagalan pernapasan.
Dalam persidangan terungkap bahwa Rossum meracuni suaminya dengan fentanyl dan kemudian merekayasa seolah-olah suaminya tewas bunuh diri, dengan menaburkan kelopak bunga mawar mewah di sekujur tubuhnya di apartemen mereka. Kondisi mayat korban mirip seperti salah satu adegan film ternama AS, American Beauty. Judul film itu digunakan untuk menyebut kasus ini.
Kepada polisi, Rossum menyebut suaminya bunuh diri karena depresi akan ditinggalkan dirinya. Namun pemeriksaan forensik memastikan penyebab kematian de Villers karena keracunan fentanyl secara akut.
Dalam kasus Rossum ini, nama Robertson terseret sebagai kekasih gelap Rossum. Hubungan keduanya disebut dimulai sejak pertengahan tahun 2000, saat Rossum dan Robertson sama-sama telah menikah. Keduanya bekerja satu kantor di San Diego dan Robertson adalah bos Rossum.
Jaksa setempat menyebut Robertson sebagai 'unindicted co-conspirator' atau orang yang berkomplot dengan pelaku namun belum didakwa secara resmi. Robertson dicurigai mengetahui niat Rossum membunuh suaminya. Motif pembunuhan de Villers terungkap karena Rossum khawatir suaminya akan membongkar perilakunya memakai narkoba dan membongkar perselingkuhannya dengan Robertson.
Di hadapan polisi, Robertson membantah dirinya teribat dan menegaskan dirinya tak tahu sama sekali soal rencana pembunuhan de Villers, yang baru ditemuinya sekali. Robertson dua kali dimintai keterangan oleh kepolisian San Diego dan menolak untuk menggunakan alat pendeteksi kebohongan.
"Saya tidak ada di sana. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada akhir pekan itu atau pada hari Senin saat mengetahui jika itu merupakan insiden, bunuh diri, atau seperti pengadilan menemukan, sebuah pembunuhan ... Sekarang dia (Rossum-red) terbukti bersalah, masih ada rasa tidak percaya bahwa dia terlibat dalam kematian itu. Tapi, pada saat yang sama, jika dia memang melakukannya, maka itu tempat di mana dia seharusnya berada," ucap Robertson dalam keterangannya seperti dikutip San Diego Union-Tribune pada 17 November 2002.
Selama beberapa bulan, Robertson tinggal di AS untuk membantu penyelidikan polisi. Namun akhirnya dia pulang ke Melbourne, Australia pada tahun 2001 sebelum Rossum ditangkap, dengan alasan menemui keluarga dan merawat ibundanya yang sakit.
Baik Robertson maupun Rossum dipecat dari pekerjaannya di Kantor Pemeriksa Medis San Diego. Rossum dipecat karena terbukti mencuri fentanyl dan juga methamphetamine dari laboratorium kantornya, dia juga memiliki kecanduan narkoba sejak tahun 1992. Sedangkan Robertson dipecat karena tak melaporkan perilaku Rossum yang menggunakan narkoba kepada atasannya. Pemecatan itu membuat Robertson tidak bisa lagi memiliki visa kerja di AS.
Beberapa tahun berselang, San Diego Reader dalam artikelnya pada 18 September 2013, melaporkan bahwa surat perintah penangkapan untuk Robertson telah dirilis otoritas AS. Dengan demikian, sebut San Diego Reader, Robertson berpotensi akan ditangkap, dengan jaminan US$ 100 ribu, jika dia kembali ke AS.
"Pada atau sekitar 6 November 2000, Michael David Robertson melakukan konspirasi melanggar hukum bersama dan dengan Kristin Rossum untuk merekayasa dan menghalangi peradilan dan penegakan hukum; diperjelas: dengan menghalangi penyelidikan pembunuhan Gregory de Villers," demikian bunyi laporan konspirasi tindak pidana untuk Robertson, yang mendasari dikeluarkannya surat perintah penangkapan itu.
Baca juga: Diberitakan Terlibat Pidana, Kredibilitas Ahli Kubu Jessica Dipertanyakan Jaksa
Laporan itu menjelaskan bagaimana Robertson dan Rossum bekerja bersama untuk menutupi situasi sebenarnya di sekitar pembunuhan de Villers. Laporan itu ditandatangani detektif Laurie Agnew dari Kepolisian San Diego, yang kini sudah pensiun. Namun laporan itu belum ditandatangani oleh jaksa. Sedangkan surat perintah penangkapan dikeluarkan oleh hakim John M Thompson yang menangani kasus Rossum.
(nvc/jor)
http://news.detik.com/berita/d-33035...merican-beauty
michael saksi ahli otto ternyata terseret kasus pembunuhan di AS dengan cara ngeracun
sesama tukang racun saling mendukung
Seperti dikutip dari artikel media lokal AS, San Diego Reader dan juga San Diego Union-Tribune, Rabu (21/9/2016), wanita bernama Kristin Rossum, istri de Villers dan juga mantan pakar toksikologi untuk Kantor Pemeriksa Medis San Diego dijatuhi dijatuhi vonis penjara seumur hidup dalam sidang tahun 2003.
Rossum divonis bersalah membunuh suaminya sendiri dengan menggunakan fentanyl, sejenis narkotika dan obat penghilang sakit yang bereaksi cepat serta berdampak 100 kali lebih kuat dari morfin. Rossum mencuri fentanyl dari laboratorium tempatnya bekerja. Fentanyl sendiri biasa digunakan untuk merawat pasien kanker juga digunakan saat proses kolonoskopi, pemeriksaan dengan endoskop panjang. Overdosis fentanyl bisa memicu kegagalan pernapasan.
Dalam persidangan terungkap bahwa Rossum meracuni suaminya dengan fentanyl dan kemudian merekayasa seolah-olah suaminya tewas bunuh diri, dengan menaburkan kelopak bunga mawar mewah di sekujur tubuhnya di apartemen mereka. Kondisi mayat korban mirip seperti salah satu adegan film ternama AS, American Beauty. Judul film itu digunakan untuk menyebut kasus ini.
Kepada polisi, Rossum menyebut suaminya bunuh diri karena depresi akan ditinggalkan dirinya. Namun pemeriksaan forensik memastikan penyebab kematian de Villers karena keracunan fentanyl secara akut.
Dalam kasus Rossum ini, nama Robertson terseret sebagai kekasih gelap Rossum. Hubungan keduanya disebut dimulai sejak pertengahan tahun 2000, saat Rossum dan Robertson sama-sama telah menikah. Keduanya bekerja satu kantor di San Diego dan Robertson adalah bos Rossum.
Jaksa setempat menyebut Robertson sebagai 'unindicted co-conspirator' atau orang yang berkomplot dengan pelaku namun belum didakwa secara resmi. Robertson dicurigai mengetahui niat Rossum membunuh suaminya. Motif pembunuhan de Villers terungkap karena Rossum khawatir suaminya akan membongkar perilakunya memakai narkoba dan membongkar perselingkuhannya dengan Robertson.
Di hadapan polisi, Robertson membantah dirinya teribat dan menegaskan dirinya tak tahu sama sekali soal rencana pembunuhan de Villers, yang baru ditemuinya sekali. Robertson dua kali dimintai keterangan oleh kepolisian San Diego dan menolak untuk menggunakan alat pendeteksi kebohongan.
"Saya tidak ada di sana. Saya tidak tahu apa yang terjadi pada akhir pekan itu atau pada hari Senin saat mengetahui jika itu merupakan insiden, bunuh diri, atau seperti pengadilan menemukan, sebuah pembunuhan ... Sekarang dia (Rossum-red) terbukti bersalah, masih ada rasa tidak percaya bahwa dia terlibat dalam kematian itu. Tapi, pada saat yang sama, jika dia memang melakukannya, maka itu tempat di mana dia seharusnya berada," ucap Robertson dalam keterangannya seperti dikutip San Diego Union-Tribune pada 17 November 2002.
Selama beberapa bulan, Robertson tinggal di AS untuk membantu penyelidikan polisi. Namun akhirnya dia pulang ke Melbourne, Australia pada tahun 2001 sebelum Rossum ditangkap, dengan alasan menemui keluarga dan merawat ibundanya yang sakit.
Baik Robertson maupun Rossum dipecat dari pekerjaannya di Kantor Pemeriksa Medis San Diego. Rossum dipecat karena terbukti mencuri fentanyl dan juga methamphetamine dari laboratorium kantornya, dia juga memiliki kecanduan narkoba sejak tahun 1992. Sedangkan Robertson dipecat karena tak melaporkan perilaku Rossum yang menggunakan narkoba kepada atasannya. Pemecatan itu membuat Robertson tidak bisa lagi memiliki visa kerja di AS.
Beberapa tahun berselang, San Diego Reader dalam artikelnya pada 18 September 2013, melaporkan bahwa surat perintah penangkapan untuk Robertson telah dirilis otoritas AS. Dengan demikian, sebut San Diego Reader, Robertson berpotensi akan ditangkap, dengan jaminan US$ 100 ribu, jika dia kembali ke AS.
"Pada atau sekitar 6 November 2000, Michael David Robertson melakukan konspirasi melanggar hukum bersama dan dengan Kristin Rossum untuk merekayasa dan menghalangi peradilan dan penegakan hukum; diperjelas: dengan menghalangi penyelidikan pembunuhan Gregory de Villers," demikian bunyi laporan konspirasi tindak pidana untuk Robertson, yang mendasari dikeluarkannya surat perintah penangkapan itu.
Baca juga: Diberitakan Terlibat Pidana, Kredibilitas Ahli Kubu Jessica Dipertanyakan Jaksa
Laporan itu menjelaskan bagaimana Robertson dan Rossum bekerja bersama untuk menutupi situasi sebenarnya di sekitar pembunuhan de Villers. Laporan itu ditandatangani detektif Laurie Agnew dari Kepolisian San Diego, yang kini sudah pensiun. Namun laporan itu belum ditandatangani oleh jaksa. Sedangkan surat perintah penangkapan dikeluarkan oleh hakim John M Thompson yang menangani kasus Rossum.
(nvc/jor)
http://news.detik.com/berita/d-33035...merican-beauty
michael saksi ahli otto ternyata terseret kasus pembunuhan di AS dengan cara ngeracun
sesama tukang racun saling mendukung

0
3.7K
33


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan