Saat ini ane dan teman bisnis berdomisili di Yogyakarta. Ane sebelumnya berkarya di daratan Borneo yang terkenal dengan bahan galian Batubara. Selama kurang lebih 14 Tahun ane berkecimpung di dunia pertambangan batubara. Mulai dari bawah sebagai kuli sampai akhirnya bisa menjabat di posisi managerial salah satu perusahaan tambang di Indonesia. Karena bisnis batubara sedang lesu, ane memutuskan untuk ikut surplus, dan dengan pesangon yang ane terima, mulailah ane bisnis bahan galian c, pasir, di wilayah Cianjur, Jawa Barat dengan berbekal pengalaman ane tentang cara menambang, pengetahuan tentang alat berat dan alat angkut, birokrasi perijinan dll.
Saat ini bisnis pasir yang ane kelola sudah jalan tahun ke 3. Suka duka, untung rugi, sudah ane jalani.

Awalnya ane juga sebagai investor dengan mengambil sistem slot. Dari situ ane mempelajari seluk beluk dunia pertambangan bahan galian c. Komoditas utama yang laku keras dijual adalah pasir dengan sisa “limbah” berupa batu bongkahan / bolder. Kenapa ane sebut "limbah" karena tidak laku untuk dijual sebelum diolah / dipecah menjadi batu split. Untuk membuat bolder tersebut laku dijual dengan harga tinggi diperlukan breaker dan crusher (peremuk batu) dengan ukuran sesuai kebutuhan pasar. Instalasi system crusher sangat mahal dan ane belum mampu untuk membeli. Padahal kalau dari komposisi batu boulder ini hampir 30-40% dari lahan yang ane gali.
Kualitas pasir di Cianjur kurang bagus apabila dibandingkan dengan pasir jenis erupsi gunung berapi (contoh pasir gunung Merapi). Harga per kubik juga sangat murah sekitar setengah harga dari pasir gunung berapi.
Lalu kenapa ane merambah di wilayah Cianjur? Bukan di Yogya tempat ane berdomisili?
Jawabannya adalah birokrasi perijinan.
Di lokasi ane sekarang banyak dumptruck – dumptruck dari pengusaha crusher mengambil batu – batu boulder untuk mereka olah sendiri dan hasilnya bisa 3-4x harga pasir (dari yang sebelumnya dianggap limbah).
Dari pengalaman itulah ane melihat adanya peluang usaha untuk masuk walaupun hanya sebagai buruh kuli angkut batu boulder (buruh kuli angkutnya pakai dumptruck ya gan).

Nah maka dari itu ane dapat kenalan yang sudah mempunyai kontrak kerja selama 2 tahun dan bisa diperpanjang sebagai penyedia jasa angkut batu boulder. Oia temen ane ini sudah berkecimpung lama di dunia pertambangan bahan galian c.
Kenapa lokasinya di Cilacap? Bukan di Cianjur ?
Di Cianjur saat ini pengusaha crusher kebanyakan sudah mempunyai armada dumptruck sendiri dan untuk menggeser atau memasukan armada dumptruck sebagai buruh gendong sangat susah. Apalagi mereka masih menganggap batu boulder ini sebagai limbah dan membelinya dengan harga yang sangat – sangat murah (prinsip ekonominya jalan gan tapi agak sedikit kapitalis).

Jadi sistematikanya adalah sebagai berikut :
Perusahaan akan membeli / membayar batu bolder yang kita angkut per ton nya seharga Rp (A+X). Kapasitas angkut rata – rata dumptruck adalah 12 ton sehingga kita akan medapat upah Rp 12(A+X)
Kita tinggal menyediakan armada dumptruck dan membeli batu boulder dengan harga Rp 12(A) kepada pengusaha tambang.
Nilai X itulah yang akan menjadi keuntungan kita.

Bingung?

Gini simpelnya :
Perusahaan crusher akan membeli per ritasi dumptruck dengan kapasitas 12 ton seharga @ Rp 83.000,00 per ton atau Rp 996.000,00 per Rit.
Biaya angkut per ritasi adalah Rp 869.583.33 dengan rincian sbb
Beli material 12 Ton batu bolder @ Rp 50.000,00 per ton = Rp 600.000,00 per Rit.
Fuel Solar per Rit = Rp 56.250,00
Upah sopir per Rit = Rp 65.000,00
Operasional per Rit = Rp 15.000,00
Sewa truck per Rit = Rp 133.333,33

Untung per Rit = Rp 126.416,67
Sehari bisa 80 Rit, maka income = Rp 10.113.333,33
Untuk detail bisa dilihat pada pembahasan lebih lanjut

Perhitungan di atas masih kasar ya gan, masih banyak factor yang akan berpengaruh terhadap profit/loss, semisal adanya losstime karena hujan, unit breakdown, dll).
Untuk fuel solar kenapa di harga Rp 7.500,00? Bukannya di SPBU harga cuma Rp 5.650,00?
Ane melihat kebanyakan para supir membelinya eceran dan kalau harus ke SPBU antrinya sangat panjang dan kurang effisien.

Bagi para agan kaskuser yang mempunyai dana lebih bisa ikutan dalam investasi ini. Ane tidak berbicara muluk – muluk dan menjanjikan keuntungan berkalilipat seperti yang sudah – sudah di lapak lain. Bagi ane yang penting bisa berkarya dan menghasilkan sesuatu yang positif.
Daripada uangnya diem mending diputar dan menghasilkan. Sekali lagi ane tegaskan perhitungan di atas masih bersifat kasar. Investasi yang ditanam pun bukan jumlah / nilai yang kecil, jadi perlu dipikirkan matang – matang. Mudah – mudahan hasilnya bisa menyerupai dengan perhitungan di atas atau bahkan lebih.

Modal awal yang ane butuhkan untuk menjalankan usaha ini adalah Rp 600.000.000,00 (Enamratus juta rupiah)yang akan saya bagi menjadi 10 slot dengan masing – masing slot senilai Rp 60.000.000,00 (Enampuluh juta rupiah).

Adapun perincian modal awal tersebut adalah sbb :
Sewa 20 unit dumptruck (bayar dimuka) = Rp 320.000.000,00
Deposit batu belah 400 rit = Rp 240.000.000,00
Dana taktis operasional = Rp 40.000.000,00
Untuk apa dana taktis ini?
Dana ini akan dikeluarkan untuk biaya operasional di awal project (beli fuel, upah supir – karyawan, mencetak kupon angkut, admin dan untuk urusan – urusan yang tak terduga, misal setoran, keamanan, sumbangan dll. Menurut pengalaman ane agar tidak mengganggu operasional saja, karena mengawali bisnis dibutuhkan sekitar 3-4 bulan agar cashflow stabil.

Sistem bagi hasil adalah sbb
30 % buat Owner & Tim
70% buat Investor