- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kurban di Tepian Negeri (2): Menanti Fajar Idul Adha di Pulau Seribu Masjid


TS
act.id
Kurban di Tepian Negeri (2): Menanti Fajar Idul Adha di Pulau Seribu Masjid

LOMBOK – Menjelang 10 Dzulhijjah 1437 Hijriah, Tim Implementator Global Qurban/GQ-ACT bergerak ke seantero negeri di nusantara hingga penjuru dunia, mengantarkan amanah pekurban, membahagiakan jutaan jiwa penerima daging kurban. GQ-ACT hadir menebar senyuman, menjadi mata rantai penyambung niat pekurban di 34 provinsi Indonesia dan 27 negara lainnya.
Di 34 Provinsi di Indonesia Tim Implementator GQ-ACT menyasar masyarakat pra-sejahtera (miskin), korban bencana alam, dan warga terpencil/pelosok di Indonesia. Salah satu yang menjadi daerah sasaran implementasi kurban dari GQ-ACT di Indonesia adalah di kawasan tepian negeri, khususnya di daerah timur Indonesia. Seperti dikawasan tepian negeri di Pulau Sulawesi, Maluku, Papua, Nusa Tenggara Timur/NTT dan Nusa Tenggara/NTB.

Di daerah sebaran kurban di NTT Tim GQ-ACT lebih memprioritaskan masyarakat yang pra-sejahtera (miskin) dan daerah yang mempunyai angka gizi buruk cukup mengkhawatirkan. Sedangkan Di NTB distribusi dilakukan tidak hanya di kawasan masyarakat prasejahtera dan gizi buruk saja, namun juga menyasar daerah yang pernah mengalami bencana, daerah rawan bencana, serta wilayah berbasis masjid.
Tim Implementator GQ-ACT saat ini tengah menyapa pulau-pulau di NTB, seperti: Lombok, Sumbawa dan pulau lainnya untuk menggelar ibadah kurban dan distribusi daging kurban.

Sebuah kisah istimewa datang dari timur Indonesia, terucap di Pulau ‘Seribu Masjid’ Lombok. Di tengah kegiatan briefing Tim Implementator GQ-ACT dengan para relawan dari Masyarakat Relawan Indonesia/MRI NTB. Muhammad Alfian, Ketua MRI NTB, mengungkapkan kurban di daerahnya akan menyapa masyarakat (umat muslim) pra-sejahtera dan korban bencana agar mereka tetap teguh pendirian dalam memegang keislamannnya. “Kurban di pulau ini adalah syiar Islam yang sebenar-benarnya, kami menyapa umat muslim pra-sejahtera dan korban bencana, hal ini sebagai salah satu upaya menyelamatkan umat muslim di pulau ini untuk teguh pendirian (istiqomah) terhadap pemahaman agama Islam yang dianutnya,”terangnya.
Usut ditelisik, ternyata salah satu titik dari 10 titik penyembelihan dan pendistribusian kurban dari GQ-ACT di Pulau Lombok ini merupakan sebuah desa yang dahulunya mayoritas beragama Islam. Masyarakat di desa ini kemudian berpindah agama sekitar tahun 1900-an akibat kurangnya dai dan tempat pendidikan Islam. Setidaknya 10 tahun terakhir kini dengan meningkatkanya syiar Islam di bumi NTB, perlahan tapi pasti keturunannya banyak menjadi muallaf.
Alfian memutuskan bahwa Tim Implementator GQ-ACT NTB, akan menyembelih setidaknya di 15 titik. Sebagian akan disembelih di pulau Lombok, sebagian lagi di pulau lainnya di NTB. Meski terkesan menyulitkan, namun ia percaya bahwa syiar Islam akan lebih terasa manfaatnya jika disembelih di banyak titik.
“Kami disini menyembelih hewan kurbannya di banyak daerah penempatan, tidak di sembelih di satu tempat. Kalo memilih mudah, menyembelih di satu tempat kemudian dibagikan memang mudah. Tapi jika berbicara syiar, memotong langsung di banyak titik penempatan itu lebih berasa, ”ujarnya.
Dibalik persiapan yang matang tersebut, tentu tidak lepas dari adanya pengorbanan para relawan. Bukan hanya dalam segi kemampuan relawan yang berkualitas, jumlah relawan yang ingin ikut serta dalam pergelaran akbar ini jumlahnya tidak tanggung-tanggung. Ada sekitar 100 relawan dari NTB yang akan diterjunkan ke titik pelosok NTB.
“Se-NTB ada seratusan relawan lah, yang siap sigap diterjunkan. Umumnya aktivitasnya terpusat di Pulau Lombok, namun kami akan sebar hingga Sumbawa dan pulau lainnya di NTB,” ungkap Alfian.
Wajar apabila bapak tiga ini yakin akan kemampuan tim relawannya. Ternyata dunia kerelawanan telah menjadi bagian hidupnya sejak lama. Ia telah menjadi relawan ACT sejak ACT berdiri di tahun 2005. Bahkan aktivitas sosialnya sudah dimulai sejak tahun 2000.
Ia memahami betul tentang berjalannya syiar Islam dari ibadah kurban ini. Putra asli NTB ini sempat gundah, tatkala pada tahun 2012 ia menemukan ada daerah di Kota Mataram yang belum pernah merasakan lezatnya daging kurban. “Saya merasa dulu itu kurban hanya ada di kota besar, di masjid raya, dan instansi besar. Jarang sekali kurban di daerah. Jangankan di daerah pedalaman, di pinggiran kota Mataram saja ada daerah yang tidak menyembelih hewan kurban,”tuturnya, mengungkapkan isi hatinya.
Daerah ini bernama Bebidas, posisinya masih masuk wilayah Administrasi Kota Mataram, NTB. Perkembangan syiar ibadah kurban di Bebidas terus meningkat dengan adanya Program Global Qurban. Pemahaman masyarakat akan faedah/manfaat berkurban diamalkan pada tahun-tahun berikutnya.
“Pada 4 tahun lalu Global Qurban mendistribusikan hewan qurban untuk disembelih di sana. Masyaallah, tampak luapan kegembiraan di wajah penerima daging kurban. Meski saat itu kami hanya mendistribusikan 1 sapi. Tahun kedua ada penambahan 1 sapi dari warga yang mampu disekitar. Tahun ketiga, selain Global Qurban sudah ada kurban 3 sapi dari kalangan berada yang paham akan ibadah qurban. Tahun ini, sepertinya desa tersebut sudah bisa mandiri,” pungkas Alfian.
Esok mentari kan tiba dari Bumi Lombok diiringi sahutan takbir nan indah. Lombok bermakna lurus, selurus hati relawan yang ikhlas mengantarkan kebahagiaan kurban bagi jutaan jiwa yang membutuhkan. Semangat, lanjutkan misi sobat relawan ! []
Penulis: Wahyu Ramdhan Wijanarko
Editor: Muhajir Arif Rahmani
Ayo Berpartisipasi
0
1.9K
20


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan