"Bagus kan sepatu gue.."

Kamu pamer seperti biasa, dengan kepercayaan dirimu yang memukau.

"Kamu pakai apa saja selalu bagus, Mas."

"Iyalah, Satria gitu."

Kamu menjawab, seperti gayamu yang biasa. Hanya saja namamu yang kuganti supaya kau tidak sumringah saat membaca cerita ini.



Beberapa hari kemudian kamu marah.

Yah.. Marah tingkat mikro sih. Tepatnya kamu ngomel-ngomel.

"Ah, elu sih Neng. Gue jadi diketawain deh sama temen-temen gue."

"Lha kan emang bagus. Lu sendiri juga bilang bagus."

"Iya tapi gue salah kostum. Sepatu gue dibilang sepatu Mak Tangki."

"Alah, mereka nggak ngerti fashion kali.."

"Pala lu.. Mereka anak rock n roll tau. Jadi style gue nggak pas, deh.."



Lelaki mengeluh. Mungkin rasa malu yang sama dengan yang aku (perempuan) rasakan saat salah kostum, tetapi mereka mengeluh tidak sampai 15 menit.

Aku ingat bagaimana rasa malu itu membuatku ingin menangis.

Wajahku merah, dan kepala terasa sedikit panas. Lalu aku akan mencari sahabat baikku, kemudian aku "menempel-nempel" padanya, bercerita dengan nada merajuk. Aku menunggu dia menertawaiku dan menghiburku, atau setidaknya katakanlah sedikit kata-kata manis untuk menghibur aku..



Lelaki itu jantan. Lelaki tidak boleh mengeluh, nanti jadi banci.



Ingin kupeluk kamu, Mas. Kadang aku mengasihani dirimu yang harus menjadi laki-laki.

Buaian dan manja-manja adalah kemewahan dan ranjau bagimu.

Meskipun di satu sisi, aku muak dengan segala bentuk pelecehan dan bias gender, tapi kuakui, jadi lelaki bukan tugas mudah.



Apa yang bisa kulakukan untukmu?

Aku hanya bisa berkata;

"Mas, kamu udah ganteng. Aku suka sama kamu."



Sometimes I wonder is that the reason why you suddenly kiss my lips and fucks me hard.


themelancholysparks.net