- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Lembah Silikon Lawan ‘Kematian’


TS
aghilfath
Lembah Silikon Lawan ‘Kematian’
Lembah Silikon Lawan ‘Kematian’

Peter Thiel
Foto: Neilson Barnard/Getty Images for New York Times

Dmitry Itskov, pengusaha Internet asal Rusia
Foto: VietQ

Sergey Brin dan Larry Page, dua pendiri Google
Foto: Chris Hondros/Getty Images
Seolah menjadi penanda bahwa evolusi manusia menuju fase baru
Dimana keabadian tidak lagi berupa eksistensi fisik tetapi eksistensi otak
Sebuah terobosan riset telah dimulai dan akankah science fiction dalam film2 selama ini menjadi nyata,
Mungkin generasi yg lahir awal 2000 akan mengetahui jawabannya

Quote:
“Dalam 30 tahun mendatang, aku akan memastikan bahwa kita semua bisa hidup selamanya. Aku 100 persen yakin itu bisa terjadi.”
Larry Ellison, pendiri Oracle
Larry Ellison, pendiri Oracle
Quote:
Hidup abadi versi Dmitry Itskov bukanlah terhindar dari kematian. Bagi pengusaha Internet tajir asal Rusia ini, raga tak perlu hidup selamanya. Yang harus hidup abadi adalah isi seluruh otaknya.
Sejak lima tahun lalu, Dmitry bersama beberapa pengusaha memulai proyek 2045 Initiative. Target ambisius proyek ini adalah menciptakan “non-biological carrier” sebagai “penyambung hidup” manusia. Targetnya, pada tahun 2045, manusia bisa hidup “abadi” dengan memindahkan seluruh isi otaknya ke “raga” buatan. Belum terbayangkan “non-biological carrier” yang diangankan Dmitry ini seperti apa.
“Dalam 30 tahun mendatang, aku akan memastikan bahwa kita semua bisa hidup selamanya. Aku 100 persen yakin itu bisa terjadi, jika tidak yakin, buat apa aku memulainya,” kata Dmitry, 35 tahun, kepada BBC, beberapa bulan lalu. “Jika tak ada teknologi itu, dalam 35 tahun kemungkinan besar aku sudah mati.”
Sejak lima tahun lalu, Dmitry bersama beberapa pengusaha memulai proyek 2045 Initiative. Target ambisius proyek ini adalah menciptakan “non-biological carrier” sebagai “penyambung hidup” manusia. Targetnya, pada tahun 2045, manusia bisa hidup “abadi” dengan memindahkan seluruh isi otaknya ke “raga” buatan. Belum terbayangkan “non-biological carrier” yang diangankan Dmitry ini seperti apa.
“Dalam 30 tahun mendatang, aku akan memastikan bahwa kita semua bisa hidup selamanya. Aku 100 persen yakin itu bisa terjadi, jika tidak yakin, buat apa aku memulainya,” kata Dmitry, 35 tahun, kepada BBC, beberapa bulan lalu. “Jika tak ada teknologi itu, dalam 35 tahun kemungkinan besar aku sudah mati.”
Quote:
"Banyak orang hanya pasrah, antara menerima dan tak bisa menolak kematian…. Aku memilih untuk melawan.”
Quote:
Ya, buat apa punya keran yang terus mengucurkan duit jika umurnya pendek. Punya umur sangat panjang, entah berhasil entah tidak, sudah jadi obsesi orang-orang kaya. Dmitry Itskov hanya satu di antaranya. Sekitar 23 abad silam, kaisar dari Dinasti Qin di Tiongkok, Qin Shi Huang, mati setelah menenggak “obat” yang konon bisa membuatnya hidup abadi.
Pengusaha-pengusaha superkaya ini terang tak akan sesembrono Kaisar Qin Shi Huang, yang menyangka merkuri atau raksa sebagai obat keabadian. Mereka sudah mengucurkan duit ratusan juta dolar AS atau triliunan rupiah guna mencari rupa-rupa obat dan metode untuk memperpanjang hidup. Pada akhir 1990-an, John Sperling, triliuner pendiri Apollo Group, membaca satu artikel yang memuat soal kemungkinan keberadaan gen yang bisa membuat manusia lebih panjang umurnya.
Pengusaha-pengusaha superkaya ini terang tak akan sesembrono Kaisar Qin Shi Huang, yang menyangka merkuri atau raksa sebagai obat keabadian. Mereka sudah mengucurkan duit ratusan juta dolar AS atau triliunan rupiah guna mencari rupa-rupa obat dan metode untuk memperpanjang hidup. Pada akhir 1990-an, John Sperling, triliuner pendiri Apollo Group, membaca satu artikel yang memuat soal kemungkinan keberadaan gen yang bisa membuat manusia lebih panjang umurnya.
Spoiler for Peter Thiel:

Peter Thiel
Foto: Neilson Barnard/Getty Images for New York Times
Quote:
John, yang kala itu sudah 77 tahun tapi punya duit berkarung-karung, segera merekrut dokter spesialis jantung yang biasa merawatnya. Tugas dokter itu hanya satu, yakni mencari rahasia panjang usia. Lewat Kronos Longevity Research Institute, Sperling terus menggelontorkan duit guna menguji rupa-rupa metode—dari sel punca hingga rekayasa genetis—untuk membuatnya bisa berumur panjang.
“Kita tak pernah punya riset besar seperti Proyek Manhattan, yang tujuannya melawan penuaan,” kata Richard Cutler, salah satu peneliti di Kronos, kepada Wired kala itu. Proyek Manhattan adalah megaproyek riset pembuatan bom atom saat Perang Dunia II. Sampai meninggal dua tahun lalu pada usia 93 tahun, Sperling belum menemukan “obat ajaib” panjang umur tersebut.
Sperling telah meninggal, tapi di luar sana masih banyak sekali pengusaha kaya yang tak sayang “membakar” duit demi memperoleh resep panjang umur, bahkan konon rahasia berkelit dari maut seperti yang dikejar Dmitry Itskov. Beberapa di antaranya adalah superjutawan dari Lembah Silikon, seperti Sergey Brin, pendiri Google; Larry Ellison, pendiri Oracle Corporation; serta Peter Thiel, pendiri PayPal dan Palantir Technologies
“Kematian membuatku sangat marah,” kata Larry Ellison, pendiri Oracle, dikutip Daily Beast. Di kantongnya, Larry, 72 tahun, punya duit lebih dari Rp 600 triliun atau sepertiga anggaran pemerintah Indonesia. “Semuanya tak masuk akal bagiku…. Kematian tak pernah masuk akal bagiku. Bagaimana manusia bisa ada dan kemudian hilang begitu saja?”
“Kita tak pernah punya riset besar seperti Proyek Manhattan, yang tujuannya melawan penuaan,” kata Richard Cutler, salah satu peneliti di Kronos, kepada Wired kala itu. Proyek Manhattan adalah megaproyek riset pembuatan bom atom saat Perang Dunia II. Sampai meninggal dua tahun lalu pada usia 93 tahun, Sperling belum menemukan “obat ajaib” panjang umur tersebut.
Sperling telah meninggal, tapi di luar sana masih banyak sekali pengusaha kaya yang tak sayang “membakar” duit demi memperoleh resep panjang umur, bahkan konon rahasia berkelit dari maut seperti yang dikejar Dmitry Itskov. Beberapa di antaranya adalah superjutawan dari Lembah Silikon, seperti Sergey Brin, pendiri Google; Larry Ellison, pendiri Oracle Corporation; serta Peter Thiel, pendiri PayPal dan Palantir Technologies
“Kematian membuatku sangat marah,” kata Larry Ellison, pendiri Oracle, dikutip Daily Beast. Di kantongnya, Larry, 72 tahun, punya duit lebih dari Rp 600 triliun atau sepertiga anggaran pemerintah Indonesia. “Semuanya tak masuk akal bagiku…. Kematian tak pernah masuk akal bagiku. Bagaimana manusia bisa ada dan kemudian hilang begitu saja?”
Spoiler for Dmitry Itskov:

Dmitry Itskov, pengusaha Internet asal Rusia
Foto: VietQ
Quote:
Setiap tahun Larry merogoh duit dari kantongnya, sekitar Rp 500 miliar, untuk membiayai Lawrence Ellison Foundation. Salah satu proyek utama yayasan ini adalah mencari resep melawan penuaan. Hingga 2013, Larry sudah mengucurkan US$ 335 juta atau lebih dari Rp 4 triliun untuk membiayai riset antipenuaan.
Dengan duit terus mengalir dari Alphabet (perusahaan induk Google), tiga tahun lalu Larry Page dan Sergey Brin, dua pendiri Google, membangun California Life Company. Tujuan utama perusahaan yang dipimpin oleh Arthur Levinson, mantan bos perusahaan raksasa Genentech, ini adalah melawan penuaan.
Pada September 2014, Alphabet mengucurkan duit US$ 350 juta atau Rp 4,6 triliun untuk membangun laboratorium riset antipenuaan bekerja sama dengan AbbVie. Alphabet berencana mengguyurkan lagi US$ 500 juta atau Rp 6,6 triliun untuk pusat riset itu. Kerja sama dengan AbbVie hanya salah satu proyek antipenuaan Calico. Arthur Levinson juga menjalin kerja sama riset dengan sejumlah lembaga dan perusahaan lain.
Soal proyek-proyek di Calico, Alphabet irit bicara. Yang jelas, semua proyek Calico bertujuan menunda kematian. Majalah Time menulis laporan utama soal Calico pada September 2013 dengan tajuk “Google Vs Death”. “Kita punya banyak sekali perangkat biologi untuk melakukan banyak hal…. Aku hanya berharap bisa berumur cukup panjang,” kata Bill Maris, mantan bos GV, perusahaan milik Alphabet yang mengendalikan Calico. Bill yakin manusia bisa berumur ratusan tahun.
Dengan duit terus mengalir dari Alphabet (perusahaan induk Google), tiga tahun lalu Larry Page dan Sergey Brin, dua pendiri Google, membangun California Life Company. Tujuan utama perusahaan yang dipimpin oleh Arthur Levinson, mantan bos perusahaan raksasa Genentech, ini adalah melawan penuaan.
Pada September 2014, Alphabet mengucurkan duit US$ 350 juta atau Rp 4,6 triliun untuk membangun laboratorium riset antipenuaan bekerja sama dengan AbbVie. Alphabet berencana mengguyurkan lagi US$ 500 juta atau Rp 6,6 triliun untuk pusat riset itu. Kerja sama dengan AbbVie hanya salah satu proyek antipenuaan Calico. Arthur Levinson juga menjalin kerja sama riset dengan sejumlah lembaga dan perusahaan lain.
Soal proyek-proyek di Calico, Alphabet irit bicara. Yang jelas, semua proyek Calico bertujuan menunda kematian. Majalah Time menulis laporan utama soal Calico pada September 2013 dengan tajuk “Google Vs Death”. “Kita punya banyak sekali perangkat biologi untuk melakukan banyak hal…. Aku hanya berharap bisa berumur cukup panjang,” kata Bill Maris, mantan bos GV, perusahaan milik Alphabet yang mengendalikan Calico. Bill yakin manusia bisa berumur ratusan tahun.
Quote:
Pada 2004, Peter Thiel tengah mandi duit. Peter kala itu baru dua tahun menjual sahamnya di perusahaan jasa pembayaran PayPal. Dia sudah membelanjakan sebagian duitnya untuk membeli properti, Ferrari warna perak, dan sejumlah barang mewah lain.
Tapi dia ingin duitnya memberi manfaat untuk jangka panjang. Peter, kala itu baru berusia 30-an tahun, sudah mengucurkan duit untuk proyek riset Cynthia Kenyon dan Aubrey de Grey. Kedua biolog ini tengah memburu resep menaklukkan penuaan. Sejak hari itu, menaklukkan penuaan menjadi salah satu hal yang terus dikejar Peter.
Menurut Peter, banyak orang menerima begitu saja bahwa menjadi tua merupakan satu hal yang tak bisa ditolak, tak bisa dilawan. “Aku selalu merasa bahwa kematian merupakan hal yang sangat… sangat buruk,” kata Peter kepada Washington Post. “Banyak orang hanya pasrah, antara menerima dan tak bisa menolak kematian…. Aku memilih untuk melawan.”
Tapi dia ingin duitnya memberi manfaat untuk jangka panjang. Peter, kala itu baru berusia 30-an tahun, sudah mengucurkan duit untuk proyek riset Cynthia Kenyon dan Aubrey de Grey. Kedua biolog ini tengah memburu resep menaklukkan penuaan. Sejak hari itu, menaklukkan penuaan menjadi salah satu hal yang terus dikejar Peter.
Menurut Peter, banyak orang menerima begitu saja bahwa menjadi tua merupakan satu hal yang tak bisa ditolak, tak bisa dilawan. “Aku selalu merasa bahwa kematian merupakan hal yang sangat… sangat buruk,” kata Peter kepada Washington Post. “Banyak orang hanya pasrah, antara menerima dan tak bisa menolak kematian…. Aku memilih untuk melawan.”
Spoiler for Sergey Brin & Larry Page:

Sergey Brin dan Larry Page, dua pendiri Google
Foto: Chris Hondros/Getty Images
Quote:
Salah satu teknik melawan umur yang menarik perhatian Peter adalah parabiosis, yakni transfusi darah dari individu yang jauh lebih muda umurnya. Ambrosia, perusahaan riset di Monterrey, California, tengah memulai uji coba parabiosis pada manusia sejak beberapa bulan lalu. “Aku tengah mempelajari parabiosis, yang aku pikir sangat menarik,” kata Peter kepada majalah Inc.
Parabiosis sebenarnya bukan ide yang benar-benar baru. Uji coba ala parabiosis ini pertama kali, konon, dilakukan oleh Paul Bert pada 1864. Paul menguji cobanya dengan menyambungkan pembuluh darah dua tikus. Uji coba ini kabarnya berhasil menyembuhkan salah satu tikus.
Clive McKay mengulangi uji coba itu terhadap 69 pasang tikus pada 1959 di laboratorium Universitas Cornell, Amerika. Dia memasangkan tikus berumur 1,5 bulan dengan tikus berumur 16 bulan, kira-kira setara dengan usia biologis manusia berumur 5 tahun dan 47 tahun. Dari 69 pasang, 11 pasang di antaranya mati. Sisanya bertahan hidup. Apakah benar tikus-tikus yang tua menjadi lebih muda, tentu susah membuktikannya. Tapi McKay mengklaim massa tulang tikus tua menjadi menyerupai tikus yang lebih muda.
Pada manusia, riset parabiosis ini masih terbilang langka. Setahun lalu, di sebuah klinik di California, dilakukan uji coba terapi penyakit alzheimer pada orang tua dengan memanfaatkan darah anak muda. “Aku pikir ini satu pembaruan…. Kita memutar balik jarum jam penuaan,” kata Tony Wyss Coray, ahli saraf lulusan Universitas Stanford, dan pemilik klinik itu, kepada Nature.
Mark Mattson, Kepala Laboratorium Neurosains di National Institute on Aging, Maryland, tak terlalu antusias terhadap ide parabiosis untuk melawan penuaan. “Ide itu sangat provokatif. Membuatku berpikir untuk menyimpan darah anak dari anak perempuanku, sehingga jika nanti aku punya masalah bisa memanfaatkannya,” kata Mark, bercanda.
Parabiosis sebenarnya bukan ide yang benar-benar baru. Uji coba ala parabiosis ini pertama kali, konon, dilakukan oleh Paul Bert pada 1864. Paul menguji cobanya dengan menyambungkan pembuluh darah dua tikus. Uji coba ini kabarnya berhasil menyembuhkan salah satu tikus.
Clive McKay mengulangi uji coba itu terhadap 69 pasang tikus pada 1959 di laboratorium Universitas Cornell, Amerika. Dia memasangkan tikus berumur 1,5 bulan dengan tikus berumur 16 bulan, kira-kira setara dengan usia biologis manusia berumur 5 tahun dan 47 tahun. Dari 69 pasang, 11 pasang di antaranya mati. Sisanya bertahan hidup. Apakah benar tikus-tikus yang tua menjadi lebih muda, tentu susah membuktikannya. Tapi McKay mengklaim massa tulang tikus tua menjadi menyerupai tikus yang lebih muda.
Pada manusia, riset parabiosis ini masih terbilang langka. Setahun lalu, di sebuah klinik di California, dilakukan uji coba terapi penyakit alzheimer pada orang tua dengan memanfaatkan darah anak muda. “Aku pikir ini satu pembaruan…. Kita memutar balik jarum jam penuaan,” kata Tony Wyss Coray, ahli saraf lulusan Universitas Stanford, dan pemilik klinik itu, kepada Nature.
Mark Mattson, Kepala Laboratorium Neurosains di National Institute on Aging, Maryland, tak terlalu antusias terhadap ide parabiosis untuk melawan penuaan. “Ide itu sangat provokatif. Membuatku berpikir untuk menyimpan darah anak dari anak perempuanku, sehingga jika nanti aku punya masalah bisa memanfaatkannya,” kata Mark, bercanda.
Spoiler for sumber:
Seolah menjadi penanda bahwa evolusi manusia menuju fase baru
Dimana keabadian tidak lagi berupa eksistensi fisik tetapi eksistensi otak
Sebuah terobosan riset telah dimulai dan akankah science fiction dalam film2 selama ini menjadi nyata,
Mungkin generasi yg lahir awal 2000 akan mengetahui jawabannya

Diubah oleh aghilfath 02-09-2016 11:57


tien212700 memberi reputasi
1
3.1K
Kutip
37
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan