- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Langgam Baru Syair


TS
act.id
Langgam Baru Syair

JAKARTA – Syair kini punya ‘profesi’ baru. Pria kelahiran Indramayu, 14 Juni 1973, yang sehari-hari berjualan air bersih ini, sekarang memimpin sebuah unit bank. Tunggu dulu, ia bukan sedang banting stir menjadi seorang bankir. Ini bukan bank lazimnya yang kita kenal. Tapi Bank Sampah. Tak perlu penjelasan panjang lebar untuk mendeskripsikan yang satu ini tentu saja.
Namun berbeda dengan aktivitas sejenis, bank milik Syair ini punya nilai lebih. Bank sampah ini terletak di perkampungan nelayan dan mampu melibatkan semua warga yang berada di situ untuk memlih limbah bernilai ekonomis untuk ditabung. “Bank Sampah Unit Empang ini baru kami buka Senin, 22 Agustus yang lalu,” ungkap Syair saat ditemui ACTNews, Rabu (24/8).
Bank Sampah Unit Empang yang dikelola Syair tepatnya berlokasi di Kampung Nelayan, Blok Empang, Gang VIII, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara. Dengan dibukanya Bank Sampah Unit Empang, kini bank sampah binaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah mekar menjadi 7 unit. Bank Sampah Induk yang menampung tabungan sampah warga Pluit tersebut berlokasi tak jauh dari Kelurahan Pluit.
Untuk urusan jam kerja, Bank Sampah Unit Empang berbeda dengan unit-unit lainnya. Jika Bank Sampah lainnya hanya buka hari Sabtu dan Minggu, sementara Bank Sampah Uit Empang buka setiap hari.
“Disini setiap hari buka. Alhamdulillah banyak yang sudah bergabung,” ujar suami dari Wastini (38) ini. Sejak dibuka, Syair dan istrinya dibantu ibu serta saudaranya, berada dalam kesibukan mengepak sampah-sampah yang dikirim tetangganya. “Kebanyakan sampah plastik,” katanya.

Pembukaan Bank Sampah Unit Empang ini, imbuh Syair, atas tawaran Karang Taruna Pluit. Tak banyak pikir, Syair langsung setuju membuka Bank di depan rumahnya. “Saya pikir, yang namanya sampah berserakan dimana-mana. Kita sudah tahu, ada sampah yang bisa dijual. Jadi daripada dibuang begitu saja oleh tetangga, apa salahnya saya menampung sampah-sampah yang dikumpulkan para tetangga itu,” katanya. Apalagi nantinya, tambah Syair, sampah itu akan diganti dengan uang. “Daripada ditukar dengan piring atau gelas, seperti yang sering mereka lakukan sebelumnya, kan lebih baik ditukar uang, dengan pengambilan uangnya berdasarkan jangka waktu tertentu,” tambahnya.
Apakah ada kendala dalam mengelola sampah-sampah? “Sudah pasti. Kendala yang langsung muncul sejak dibuka adalah tempat untuk menampung sampah-sampah yang telah dibersihkan dan dipaking dengan karung,” katanya.
Bahkan, tempat untuk membersihkan dan mengepak sampah, terpaksa dilakukan di tengah jalan setapak, yang kerap dilalui warga. Jika tidak disediakan tempat tersendiri, tentu akan mengganggu lalu lintas pejalan kaki. Saat ini Tim Pendamping sedang mempertimbangkan, menyewa tanah dan bangunan yang ada di depan rumah Pak Syair, yang nampaknya bisa dioptimalkan pemanfaatannya.
“Memang ada tanah dan bangunan bedeng di atasnya, depan rumah kami yang bisa dimanfaatkan, milik tetangga kami. Kami akan coba memanfaatkannya untuk gudang sampah. Hanya masih menunggu tetangga kami tersebut pulang dari kampung,” jelas Syair. “ Mudah-mudahan beliau bersedia diajak kerjasama,” harapnya.

Syair dan istrinya optimis Bank Sampah yang dikelolanya akan berjalan dengan baik. Syair yang selaa 14 tahun sebelumnya bekerja di perahu wisata di kawasan Ancol dan lima tahun menjadi nelayan ini berharap, usaha Bank Sampahnya bisa memenuhi mimpi istrinya membangun rumah di kampung.
“Saat kami pulang kampung nanti, semoga sudah ada rumah hak milik, yang bisa kami tinggali bersama cucu-cucu dari tiga anak kami,” ujar Syair dan istrinya yang dikaruniai empat anak, Muhammad Sakhilin (22), Viki Galang Wibowo (17), Alfin Indra Prasetyo (14), dan Bagus Hidayatullah (meninggal saat usia 6 tahun).[]
Penulis: ApikoJM
Ayo Berpartisipasi
0
1.3K
19


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan