- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[KOMBAT MERDEKA] Pasar Srowolan, Saksi Perjuangan Yang Nyaris Terlupakan


TS
eel.
[KOMBAT MERDEKA] Pasar Srowolan, Saksi Perjuangan Yang Nyaris Terlupakan
![[KOMBAT MERDEKA] Pasar Srowolan, Saksi Perjuangan Yang Nyaris Terlupakan](https://s.kaskus.id/images/2016/08/21/7891263_20160821064242.jpg)
Quote:
Semoga gak repsol
Spoiler for no repsol:
![[KOMBAT MERDEKA] Pasar Srowolan, Saksi Perjuangan Yang Nyaris Terlupakan](https://s.kaskus.id/images/2016/08/21/7891263_201608210645360859.png)
Quote:
Selamat pagi siang sore ataupun malam agan dan aganwati. Selamat datang di thread pertama ane. Sebelumnya maaf kalo thread ini kurang rapi dan terkesan masih berantakan. Selain baru pertama bikin thread, ane juga bikin ini thread via android ane. Ya meskipun susah, demi sejarah yang pantang untuk dilupakan jadi ane nekat meneruskan thread ini
Pasar Srowolan, Saksi Perjuangan Yang Kini Terlupakan
Quote:
Ane berani bertaruh pasti banyak agan dan aganwati yang belum tau tentang Pasar Srowolan, atau malah baru mendengar nama itu, sekalipun mereka yang dari Yogyakarta. Ane dapet cerita ini dari bapak-ibu mertua ane, karena ibu mertua ane berasal dari kampung sebelah dimana Pasar Srowolan itu berada.
![[KOMBAT MERDEKA] Pasar Srowolan, Saksi Perjuangan Yang Nyaris Terlupakan](https://s.kaskus.id/images/2016/08/21/7891263_20160821062338.jpg)
Pasar Srowolan adalah satu diantara banyak pasar perjuangan yang ada di Yogyakarta. Sekilas memang tidak berbeda dengan kebanyakan pasar tradisional lain di Tanah Air. Namun, pasar yang didirikan pada 1921 lalu serta menempati tanah milik Keraton Yogyakarta ini ternyata menyimpan kisah tersendiri dalam perjuangan Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Letaknya cukup terpencil jauh dari keramaian pusat kota, dan bisa dibilang tidak strategis seperti pasar pada umumnya. Ini bukan karena orang terdahulu salah (atau tidak becus) memilih lokasi pasar. Di saat banyak desa atau dusun di Kota Yogyakarta dan Sleman ditinggalkan warga akibat agresi militer Belanda, pasar yang terletak di Lereng Merapi ini menjadi lokasi berkumpulnya para pejuang serta pengungsi. Di pasar ini mereka berkoordinasi serta bersembunyi dari serangan tentara musuh. Berbeda dengan pasar lain, Pasar Srowolan terletak di lokasi yang tergolong terpencil dan tersembunyi sehingga dianggap aman dari incaran musuh.
Tak hanya itu, di pasar ini pulalah para pejuang juga mendapatkan berbagai bantuan dari warga untuk meneruskan perjuangannya, seperti uang, makanan, dan perbekalan lainnya. Tak ayal, dalam perjalanannya pasar ini lebih dikenal dengan nama pasar perjuangan
Pasar ini merupakan saksi bisu perjuangan masyarakat melawan tentara Belanda pada saat class ke II tahun 1948. Pasar ini pernah dipugar Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun 1921. Alasannya, pasar ini merupakan Pasar Kesultanan. Artinya, pasar ini berada di bawah administrasi Keraton Kesultanan Ngayogyakarta. Nama pasar Sorowulan berasal dari nama seorang empu wesi, yaitu Empu Aji Sorowulan, yang konon pernah hidup dan menetap di tempat ini.
Di jaman perjuangan, kondisi pasar sangat ramai. Selain sebagai pasar tradisional, juga sebagai tempat pertemuan para gerilyawan. Mereka berkomunikasi dengan sesama pejuang untuk mengatur siasat melawan Belanda sekaligus belanja keperluan logistik. Para pejuang ada yang menyamar sebagai pedagang dan tukang cukur.
Kini, pasar seluas 50 x 70 meter ini kurang terawat. Terakhir beroperasi dalam sepekan hanya sekali pasar dibuka yakni setiap Wage. Itupun sepi pengunjung, karena kalah bersaing dengan pasar tradisional lain yang letaknya lebih strategis dan dilalui angkutan umum. Seperti Pasar Pakem, Pasar Turi, dan Pasar Sleman. Setiap Wage, penjual tidak lebih dari 10 orang. Itupun para pedagang yang sudah uzur dan tidak ada penerusnya. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi aktivitas antara penjual dan pembeli layaknya pasar pada umumnya. Sangat disayangkan.
Sebenarnya Pasar Srowolan sangat banyak menyimpan sejarah. Di dekat Pasar Srowolan, ada bangunan tua bekas tempat penyimpanan garam pada zaman Belanda. Letaknya, di sebelah utara Pasar Srowolan. Di dekat gudang garam, juga berdiri rumah kuno bekas Kemantrian Srowolan berukuran 10 x 12 meter berbentuk Sinom yang merupakan cikal bakal terbentuknya Kecamatan Pakem.
Sementara di sebelah utara bangunan pasar kini berdiri sebuah sanggar budaya yang dinamakan Sanggar Budaya Sayuti Melik. Sanggar ini didirikan sebagai penghormatan terhadap pengetik naskah Proklamasi, Sayuti Melik, yang memang lahir tidak jauh dari pasar Srowolan, yaitu di Dusun Kadilobo. Pic menyusul gan.
Ini sangat menarik dikenalkan pada tamu wisatawan, sekaligus mengenang kembali sejarah perjuangan bangsa untuk merebut kemerdekaan.
Beruntung, masyarakat setempat masih bersemangat menghidupkan ikon Pasar Srowolan dengan menjadikan bagian dari Desa Wisata Srowolan. Desa ini merupakan satu dari 36 desa wisata di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Desa Wisata Pasar Perjuangan Srowolan merupakan gabungan Pedukuhan Srowolan Gatep, Pedukuhan Karanggeneng, dan Pedukuhan Gandok Kadilobo (kampung ibu mertua ane nih gan)
![[KOMBAT MERDEKA] Pasar Srowolan, Saksi Perjuangan Yang Nyaris Terlupakan](https://s.kaskus.id/images/2016/08/21/7891263_20160821062338.jpg)
Pasar Srowolan adalah satu diantara banyak pasar perjuangan yang ada di Yogyakarta. Sekilas memang tidak berbeda dengan kebanyakan pasar tradisional lain di Tanah Air. Namun, pasar yang didirikan pada 1921 lalu serta menempati tanah milik Keraton Yogyakarta ini ternyata menyimpan kisah tersendiri dalam perjuangan Bangsa Indonesia meraih kemerdekaan.
Letaknya cukup terpencil jauh dari keramaian pusat kota, dan bisa dibilang tidak strategis seperti pasar pada umumnya. Ini bukan karena orang terdahulu salah (atau tidak becus) memilih lokasi pasar. Di saat banyak desa atau dusun di Kota Yogyakarta dan Sleman ditinggalkan warga akibat agresi militer Belanda, pasar yang terletak di Lereng Merapi ini menjadi lokasi berkumpulnya para pejuang serta pengungsi. Di pasar ini mereka berkoordinasi serta bersembunyi dari serangan tentara musuh. Berbeda dengan pasar lain, Pasar Srowolan terletak di lokasi yang tergolong terpencil dan tersembunyi sehingga dianggap aman dari incaran musuh.
Tak hanya itu, di pasar ini pulalah para pejuang juga mendapatkan berbagai bantuan dari warga untuk meneruskan perjuangannya, seperti uang, makanan, dan perbekalan lainnya. Tak ayal, dalam perjalanannya pasar ini lebih dikenal dengan nama pasar perjuangan
Pasar ini merupakan saksi bisu perjuangan masyarakat melawan tentara Belanda pada saat class ke II tahun 1948. Pasar ini pernah dipugar Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tahun 1921. Alasannya, pasar ini merupakan Pasar Kesultanan. Artinya, pasar ini berada di bawah administrasi Keraton Kesultanan Ngayogyakarta. Nama pasar Sorowulan berasal dari nama seorang empu wesi, yaitu Empu Aji Sorowulan, yang konon pernah hidup dan menetap di tempat ini.
Di jaman perjuangan, kondisi pasar sangat ramai. Selain sebagai pasar tradisional, juga sebagai tempat pertemuan para gerilyawan. Mereka berkomunikasi dengan sesama pejuang untuk mengatur siasat melawan Belanda sekaligus belanja keperluan logistik. Para pejuang ada yang menyamar sebagai pedagang dan tukang cukur.
Kini, pasar seluas 50 x 70 meter ini kurang terawat. Terakhir beroperasi dalam sepekan hanya sekali pasar dibuka yakni setiap Wage. Itupun sepi pengunjung, karena kalah bersaing dengan pasar tradisional lain yang letaknya lebih strategis dan dilalui angkutan umum. Seperti Pasar Pakem, Pasar Turi, dan Pasar Sleman. Setiap Wage, penjual tidak lebih dari 10 orang. Itupun para pedagang yang sudah uzur dan tidak ada penerusnya. Tapi sekarang sudah tidak ada lagi aktivitas antara penjual dan pembeli layaknya pasar pada umumnya. Sangat disayangkan.
Sebenarnya Pasar Srowolan sangat banyak menyimpan sejarah. Di dekat Pasar Srowolan, ada bangunan tua bekas tempat penyimpanan garam pada zaman Belanda. Letaknya, di sebelah utara Pasar Srowolan. Di dekat gudang garam, juga berdiri rumah kuno bekas Kemantrian Srowolan berukuran 10 x 12 meter berbentuk Sinom yang merupakan cikal bakal terbentuknya Kecamatan Pakem.
Sementara di sebelah utara bangunan pasar kini berdiri sebuah sanggar budaya yang dinamakan Sanggar Budaya Sayuti Melik. Sanggar ini didirikan sebagai penghormatan terhadap pengetik naskah Proklamasi, Sayuti Melik, yang memang lahir tidak jauh dari pasar Srowolan, yaitu di Dusun Kadilobo. Pic menyusul gan.
Ini sangat menarik dikenalkan pada tamu wisatawan, sekaligus mengenang kembali sejarah perjuangan bangsa untuk merebut kemerdekaan.
Beruntung, masyarakat setempat masih bersemangat menghidupkan ikon Pasar Srowolan dengan menjadikan bagian dari Desa Wisata Srowolan. Desa ini merupakan satu dari 36 desa wisata di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Desa Wisata Pasar Perjuangan Srowolan merupakan gabungan Pedukuhan Srowolan Gatep, Pedukuhan Karanggeneng, dan Pedukuhan Gandok Kadilobo (kampung ibu mertua ane nih gan)
Quote:
Harapan ane semoga pasar ini bisa beroperasi lagi, akses dan fasilitas untuk menunjang keberlangsungan pasar pun menjadi perhatian pemerintah. Sangat disayangkan kalau tempat yang banyak menyimpan saksi sejarah perjuangan rakyat mempertahankan kemerdekaan harus terbengkalai dan terlupakan.
- sumber: info dari mertua ane & google
- sumber: info dari mertua ane & google
Diubah oleh eel. 21-08-2016 18:45
0
5K
Kutip
40
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan