Ini sudah sangat jelas. Daya beli masyarakat berkurang. Jika sebelumnya dengan Rp. 50.000,- dapat membeli rokok 1 bungkus dan kebutuhan dapur sehari. Maka sekarang dengan Rp. 50.000,- hanya dapat membeli sebungkus rokok. Bahkan untuk merek-merek tertentu uang segitu dirasa kurang. Maka dari itu untuk membeli rokok, masyarakat pun harus berpikir dengan cermat. Memilih untuk makan sehari atau sebungkus rokok gan?? Terutama untuk kalangan remaja dan anak sekolah yang menghabiskan uang jajannya untuk membeli rokok.

Sangat bersangkutan dengan hal diatas tadi. Berkurangnya perokok aktif bisa dipastikan juga berkurangnya perokok pasif.
Penjelasan sedikit untuk arti dari Perokok Pasif dalah orang yang tidak secara langsung menghisap rokok, tetapi menghisap asap rokok yang dikeluarkan dari mulut orang yang sedang merokok. Perokok Pasif sebenarnya lebih berbahaya loh gan.
Menghirup asap rokok secara pasif dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terserang kanker paru-paru sebanyak 25 persen, berdampak buruk pada dinding pembuluh darah dan membuat darah menjadi lebih gampang untuk menggumpal. Merokok secara pasif juga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Semua ini membuat perokok pasif lebih berisiko terkena stroke dan serangan jantung. Dengan terganggunya pembuluh yang mengalirkan darah ke jantung, kinerja jantung pun berisiko terganggu dan bahkan berujung pada gagal jantung.
Pada anak-anak :
Asma
Pilek
Infeksi telinga dan sistem pernapasan seperti pneumonia dan bronkitis
Alergi
Meningitis
Sindrom kematian bayi mendadak

Bagaimana sih tanggapan kita jika melihat anak dibawah umur yang sedang asik menghisap rokok? Apalagi kemarin sempat booming video anak-anak balita yang sudah benar-benar mahir merokok. Benar-benar memprihatinkan lagi Orangtua anak-anak tersebut seakan mendukung dengan alasan "jika tidak diberikan rokok akan menangis". Dengan harga rokok yang melambung tinggi maka orangtuanya akan melarang anaknya merokok karena rokok bukan lagi barang yang murah.

Jika Bea cukai naik maka pendapatkan negara akan meningkatkan lebih dari 100%. Bisa dibayangkan misalnya bila pendapatan dari cukai rokok sebesar 150 Triliun maka akan naik sampai 350 Triliun. Dana dari Tax amnesty juga tidak diperlukan lagi loh. Dengan kata lain negara akan mendapatkan uang dalam jumlah besar dengan waktu singkat. Semoga dengan demikian maka keuntungan yang di dapat oleh negara bisa digunakan untuk mensejahterakan rakyat miskin.

Untuk hal yang satu ini masih abu-abu gan. Disatu observasi jika harga rokok lokal benar-benar melambung jauh maka bisa jadi masyarakat akan mulai membeli rokok import atau bahkan benar-benar berhenti merokok. Maka akan jadi ancaman bagi penjual bahkan pabrik rokok gan. Tetapi kita kembali melihat pada tahun 1997-1998 saat terjadinya krisis moneter satu-satunya pabrik yang tidak terkena imbasnya adalah pabrik rokok. Jadi masih belum tentu pendapatan pabrik rokok akan menurun.

Jika meningkatnya harga sebungkus rokok, maka daya beli masyarakat akan menurun. Berarti itu akan memaksa sebagian masyarakat untuk berhenti merokok. Bisa kita bayangkan yang namanya perokok itu sudah kecanduan. Jika seorang pecandu berat sedang tidak mendapatkan apa yang dy inginkan maka bisa jadi mereka kehilangan akal sehatnya. Pencurian dan Perampokan akan marak terjadi.

Dengan begitu tinggi harga rokok maka akan terlihat jelas siapa yang mampu dan tidak mampu dalam hal financial. Untuk kaum lelaki merokok bersama terkadang bisa memperat pertemanan. Tetapi jika harga rokok melambung tinggi. Maka tidak banyak yang bisa merokok. Acara mengakrabkan diri pun menjadi tidak senyaman dulu.

Sumber daya beli masyarakat menurun maka secara tidak langsung akan menurunkan penjualan rokok. Maka untuk mengantisipasinya Perusahaan rokok dan tembakau akan mem-PHK karyawannya untuk menekan pengeluaran perusahaan. Itu akan menjadi dampak negatif di negeri ini.