- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Analisa Peluang Indonesia di Olimpiade, Jika Bulutangkis Tiada


TS
approve.cc
Analisa Peluang Indonesia di Olimpiade, Jika Bulutangkis Tiada


HT




Quote:

Keberhasilan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir di nomor ganda campuran, memperpanjang tradisi emas Indonesia di cabang bulutangkis Olimpiade. Owi/Butet berhasil mengembalikan catatan emas, setelah empat tahun lalu absen dari perolehan medali di Olimpiade London 2012.
Indonesia sendiri pertama kali merebut emas di Olimpiade Barcelona 1992. Kala itu Susi Susanti menjadi pionir emas Indonesia di Olimpiade.

Setelah itu, bulutangkis menjadi primadona emas Indonesia di Olimpiade. Baru satu kali Indonesia gagal merebut emas, dalam kurun waktu 3 windu terakhir.
Namun, ancaman baru muncul dari bulutangkis beberapa waktu lalu. Komite Olahraga Internasional mewacanakan mencoret bulutangkis di Olimpiade Tokyo 2020.
Lalu bagaimana peluang Indonesia, jika lumbung medalinya harus dicerabut. Berikut hasil ulasan yang di lansir dari indosport
Indonesia sendiri pertama kali merebut emas di Olimpiade Barcelona 1992. Kala itu Susi Susanti menjadi pionir emas Indonesia di Olimpiade.

Setelah itu, bulutangkis menjadi primadona emas Indonesia di Olimpiade. Baru satu kali Indonesia gagal merebut emas, dalam kurun waktu 3 windu terakhir.
Namun, ancaman baru muncul dari bulutangkis beberapa waktu lalu. Komite Olahraga Internasional mewacanakan mencoret bulutangkis di Olimpiade Tokyo 2020.
Lalu bagaimana peluang Indonesia, jika lumbung medalinya harus dicerabut. Berikut hasil ulasan yang di lansir dari indosport
Quote:
1. Tradisi Medali Indonesia
%201_625x352.jpg)
Bulutangkis adalah lambang prestise Indonesia sepanjang keikutsertaannya di Olimpiade. Sejauh ini 19 medali dari cabang bulutangkis dalam 24 tahun terakhir.
Catatan ini meliputi 7 emas, 6 perak dan 6 perunggu yang diraih sejak tahun 1992. Terakhir, Owi/Butet berhasil memperpanjang tradisi medali Indonesia di Olimpiade Rio 2016.
Catatan ini begitu dominan sepanjang catatan keikutsertaan Indonesia di Olimpiade. Indonesia sendiri baru merasakan medali dari 3 cabang olahraga berbeda.

Selain bulutangkis, Indonesia mendapat medali dari cabang angkat besi dan panahan. Bahkan medali pertama Indonesia direbut dari cabang panahan.
Angkat besi sendiri sudah memberikan 10 medali di Olimpiade bagi Indonesia. Lisa Rumbewas menjadi atlet angkat besi pertama yang menyumbangkan medali di Olimpiade Sidney 2000.

Setelah itu, angkat besi selalu menjadi penyumbang medali tambahan di luar bulutangkis pada ajang Olimpiade. Raihan 5 perak dan 5 perunggu menjadi koleksi angkat besi di Olimpiade.
Cabang panahan sendiri, baru menyumbang 1 perak di OIimpiade. Setelah menjadi pembuka medali Indonesia di Olimpiade Seoul 1988, panahan belum juga menambah koleksi medali di Olimpiade.
Catatan ini meliputi 7 emas, 6 perak dan 6 perunggu yang diraih sejak tahun 1992. Terakhir, Owi/Butet berhasil memperpanjang tradisi medali Indonesia di Olimpiade Rio 2016.
Catatan ini begitu dominan sepanjang catatan keikutsertaan Indonesia di Olimpiade. Indonesia sendiri baru merasakan medali dari 3 cabang olahraga berbeda.

Selain bulutangkis, Indonesia mendapat medali dari cabang angkat besi dan panahan. Bahkan medali pertama Indonesia direbut dari cabang panahan.
Angkat besi sendiri sudah memberikan 10 medali di Olimpiade bagi Indonesia. Lisa Rumbewas menjadi atlet angkat besi pertama yang menyumbangkan medali di Olimpiade Sidney 2000.

Setelah itu, angkat besi selalu menjadi penyumbang medali tambahan di luar bulutangkis pada ajang Olimpiade. Raihan 5 perak dan 5 perunggu menjadi koleksi angkat besi di Olimpiade.
Cabang panahan sendiri, baru menyumbang 1 perak di OIimpiade. Setelah menjadi pembuka medali Indonesia di Olimpiade Seoul 1988, panahan belum juga menambah koleksi medali di Olimpiade.
Quote:
2. Era Bulutangkis Berakhir?

Sejauh ini, Indonesia bertumpu pada bulutangkis di Olimpiade. Catatan Indonesia di Olimpiade dalam 3 dekade terakhir pun kerap fluktuatif.
Pada tahun 1988, Indonesia memberangkatkan 29 atlet di 11 cabang olahraga, dengan capaian 1 perak. Pada turnamen terakhir di Rio 2016,
Indonesia memberangkatkan 28 atlet yang turun di 8 cabang olahraga dengan prestasi 1 emas dan 2 perak.
Kontingen terbanyak Indonesia tercatat pada gelaran Olimpiade Sidney 2000. Kala itu, Indonesia menurunkan 47 atlet yang berbuah 1 emas, 3 perak dan 2 perunggu.
Namun, Komite OIimpiade Internasional (IOC) tengah mengkaji sebuah wacana untuk menghilangkan bulutangkis dari kalender OIimpiade. Wacana ini mulai memanas pada tahun 2012 lalu.

Dominasi atlet China dalam berbagai turnamen bulutangkis dunia, membuat IOC mengkaji ulang bulutangkis. Meski tetap aman hingga Olimpiade Tokyo 2020 mendatang, Indonesia harus mulai berpikir panjang soal lumbung medali baru.
Jika pada tahun 2020 menjadi laga terakhir bulutangkis dipertandingkan dalam Olimpiade, maka hal ini adalah sebuah tragedi. Alih-alih menambah perolehan medali emas di Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia justru akan kehilangan cabang andalan.
Kita tidak akan lagi menyaksikan harunya pebulutangkis nasional saat Indonesia Raya berkumandang di podium juara, jika tidak siap untuk menghadapi hal ini. Tanpa bulutangkis, harusnya Indonesia segera melakukan pembinaan menyeluruh.
Angkat besi dan panahan setidaknya telah membuktikan kualitas sejauh ini. Tinggal menunggu 'sentuhan' khusus dari pemerintah untuk segera membangkitkan gema olahraga nasional yang tak sekedar wacana.
Pada tahun 1988, Indonesia memberangkatkan 29 atlet di 11 cabang olahraga, dengan capaian 1 perak. Pada turnamen terakhir di Rio 2016,
Indonesia memberangkatkan 28 atlet yang turun di 8 cabang olahraga dengan prestasi 1 emas dan 2 perak.
Kontingen terbanyak Indonesia tercatat pada gelaran Olimpiade Sidney 2000. Kala itu, Indonesia menurunkan 47 atlet yang berbuah 1 emas, 3 perak dan 2 perunggu.
Namun, Komite OIimpiade Internasional (IOC) tengah mengkaji sebuah wacana untuk menghilangkan bulutangkis dari kalender OIimpiade. Wacana ini mulai memanas pada tahun 2012 lalu.

Dominasi atlet China dalam berbagai turnamen bulutangkis dunia, membuat IOC mengkaji ulang bulutangkis. Meski tetap aman hingga Olimpiade Tokyo 2020 mendatang, Indonesia harus mulai berpikir panjang soal lumbung medali baru.
Jika pada tahun 2020 menjadi laga terakhir bulutangkis dipertandingkan dalam Olimpiade, maka hal ini adalah sebuah tragedi. Alih-alih menambah perolehan medali emas di Olimpiade Tokyo 2020, Indonesia justru akan kehilangan cabang andalan.
Kita tidak akan lagi menyaksikan harunya pebulutangkis nasional saat Indonesia Raya berkumandang di podium juara, jika tidak siap untuk menghadapi hal ini. Tanpa bulutangkis, harusnya Indonesia segera melakukan pembinaan menyeluruh.
Angkat besi dan panahan setidaknya telah membuktikan kualitas sejauh ini. Tinggal menunggu 'sentuhan' khusus dari pemerintah untuk segera membangkitkan gema olahraga nasional yang tak sekedar wacana.
Quote:
3. Menakar Peluang Alternatif

Nama 3 Srikandi melejit lagi setelah terakhir diperbincangkan, hampir dua dekade lalu. Trio atlet panahan perempuan Indonesia ini melegenda dan menjadi inspirasi, bagi seorang sutradara untuk mengangkatnya ke layar lebar.
Hal ini tidak lain berkat prestasi gemilangnya sebagai pemberi medali perdana Indonesia di Olimpiade. Sejak era 3 Srikandi, cabang panahan tak pernah absen dalam Olimpiade.
Meskipun selalu menghadapi kegagalan dan belum memberi koleksi tambahan medali bagi Indonesia. Panahan selalu bergabung dalam kontingen Indonesia hingga Olimpiade Rio 2016.

Terakhir pemanah muda Indonesia, Riau Ega Agatha mampu lolos ke perdelapanfinal Olimpiade Rio 2016. Riau bahkan sempat mengalahkan sang juara dunia panahan asal Korea Selatan.
Usia Riau baru beranjak 25 tahun di Rio, lalu. Pada Olimpiade 2020 di Tokyo nanti, bukan tidak mungkin pengalaman Riau akan matang untuk merebut sebuah medali.

Pada cabang lain, Lisa Rumbewas telah mendobrak tradisi medali di Olimpiade. Setelah 3 tahun berbulan madu dengan cabang panahan dan bulutangkis, lifter nasional ini berhasil meraih perak di Olimpiade Sidney 2000.
Sejak saat itu, cabang angkat besi tak pernah alpa menyumbang medali. Jauh dari publikasi, angkat besi tetap mampu berprestasi.
Sri Wahyuni dan Eko Yuli Irawan bahkan berhasil menyumbang 2 perak, di Olimpiade Rio 2016. Keduanya bahkan hampir menyabet emas di Brasil.

Keduanya sepakat untuk mewujudkan emas di Olimpiade Tokyo 2020 mendatang. Jika melihat dari sejarah medali, bukan tidak mungkin kerja keras para lifter berbuah manis di Tokyo, 4 tahun mendatang.
Kedua cabang ini bisa menjadi andalan baru di luar bulutangkis di gelaran Olimpiade berikutnya. Walaupun Indonesia tetap harus kerja keras agar bulutangkis tetap bisa berjaya di tahun-tahun mendatang, guna memupus dominasi China.
Hal ini tidak lain berkat prestasi gemilangnya sebagai pemberi medali perdana Indonesia di Olimpiade. Sejak era 3 Srikandi, cabang panahan tak pernah absen dalam Olimpiade.
Meskipun selalu menghadapi kegagalan dan belum memberi koleksi tambahan medali bagi Indonesia. Panahan selalu bergabung dalam kontingen Indonesia hingga Olimpiade Rio 2016.

Terakhir pemanah muda Indonesia, Riau Ega Agatha mampu lolos ke perdelapanfinal Olimpiade Rio 2016. Riau bahkan sempat mengalahkan sang juara dunia panahan asal Korea Selatan.
Usia Riau baru beranjak 25 tahun di Rio, lalu. Pada Olimpiade 2020 di Tokyo nanti, bukan tidak mungkin pengalaman Riau akan matang untuk merebut sebuah medali.

Pada cabang lain, Lisa Rumbewas telah mendobrak tradisi medali di Olimpiade. Setelah 3 tahun berbulan madu dengan cabang panahan dan bulutangkis, lifter nasional ini berhasil meraih perak di Olimpiade Sidney 2000.
Sejak saat itu, cabang angkat besi tak pernah alpa menyumbang medali. Jauh dari publikasi, angkat besi tetap mampu berprestasi.
Sri Wahyuni dan Eko Yuli Irawan bahkan berhasil menyumbang 2 perak, di Olimpiade Rio 2016. Keduanya bahkan hampir menyabet emas di Brasil.

Keduanya sepakat untuk mewujudkan emas di Olimpiade Tokyo 2020 mendatang. Jika melihat dari sejarah medali, bukan tidak mungkin kerja keras para lifter berbuah manis di Tokyo, 4 tahun mendatang.
Kedua cabang ini bisa menjadi andalan baru di luar bulutangkis di gelaran Olimpiade berikutnya. Walaupun Indonesia tetap harus kerja keras agar bulutangkis tetap bisa berjaya di tahun-tahun mendatang, guna memupus dominasi China.
Quote:
4. Mengintip Masa Depan Olahraga Nasional

Prestasi emas Susi Susanti di Olimpiade Barcelona 1992, kadung membuat publik Indonesia jatuh cinta. Sejak saat itu, bulutangkis menjadi olahraga idola kedua setelah sepakbola.
Surutnya prestasi olahraga tanah air, seolah terobati dengan kegemilangan para atlet bulutangkis nasional. Popularitas bulutangkis melejit seketika setelah itu.

Sebagai olahraga pujaan, bulutangkis seolah menjadi anak emas Indonesia. Popularitas bulutangkis membuat semua mata masyarakat tertuju padanya.
Tak heran, jika olahraga ini bisa tampil konsisten sebagai pendulang medali. Namun, belakangan bulutangkis mengalami masa surutnya.
Dahaga prestasi terjadi selama 4 tahun terkahir. Meski demikian, kegemilangan Owi/Butet kembali menghapus kemarau prestasi dengan mengembalikan tradisi emas di Olimpiade Rio 2016.
Dengan datangnya ancaman dicoretnya bulutangkis di Olimpiade, maka ancaman nyata sudah di depan mata. Belum terlambat untuk kembali mendorong olahraga lain untuk beprestasi lebih tinggi.
Masih belum lekang dari ingatan saat 3 Srikandi sempat mengeluhkan kondisi pembinaan olahraga panahan. Namun, mereka mampu menjawab dengan prestasi brilian, 28 tahun silam.
Kini, tinggal menunggu kesiapan pemerintah untuk mewujudkan prestasi Olahraga di dunia. Berbekal kesiapan anggaran, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi salah satu kiblat olahraga dunia.

Didukung dengan sumber daya manusia yang cukup, Indonesia memiliki bakat yang tak kunjung habis. Sayangnya, bakat mereka terhalang kondisi pembinaan yang memprihatinkan.
Bayangkan saja, di tahun 2016 ini olahraga Indonesia hanya memiliki dana sebesar Rp500 miliar. Jumlah ini jauh dari angka anggaran negara tetangga di Asia Tenggara lain.
Thailand memiliki Rp1.7 triliun, Singapura dibekali Rp1.8 triliun dan Malaysia yang bermodal anggaran Rp1.9 triliun. Angka ini tidak bisa berdusta dengan prestasi di Olimpiade 2016.
Sejauh ini, Thailand telah meraih 2 emas, 2 perak dan 2 perunggu di Olimpiade Rio 2016. Thailand masih bercokol di urutan ke 24 klasemen sementara perolehan medali Olimpiade Rio 2016.
Apalagi bulutangkis seperti mendapat bulan madu kedua, usai emas yang kembali di genggam tahun ini, Indonesia harus segera berbenah menghadapi Olimpiade empat tahun mendatang. Panahan dan Atletik yang belum absen sekalipun di Olimpiade sejak tahun 1988, menunggu untuk mendapat kesempatan.
Belum lagi angkat besi yang minim publikasi namun sarat prestasi. Dayung dan balap sepeda yang sesekali mencuat meski jauh dari perhatian masyarakat.
Indonesia masih berpeluang meraih medali di tahun-tahun mendatang, meski bulutangkis mengalami fase kritis. Pembinaan dan anggaran bisa menjadi duet ujung tombak untuk membobol minimnya prestasi di kancah internasional.
Surutnya prestasi olahraga tanah air, seolah terobati dengan kegemilangan para atlet bulutangkis nasional. Popularitas bulutangkis melejit seketika setelah itu.

Sebagai olahraga pujaan, bulutangkis seolah menjadi anak emas Indonesia. Popularitas bulutangkis membuat semua mata masyarakat tertuju padanya.
Tak heran, jika olahraga ini bisa tampil konsisten sebagai pendulang medali. Namun, belakangan bulutangkis mengalami masa surutnya.
Dahaga prestasi terjadi selama 4 tahun terkahir. Meski demikian, kegemilangan Owi/Butet kembali menghapus kemarau prestasi dengan mengembalikan tradisi emas di Olimpiade Rio 2016.
Dengan datangnya ancaman dicoretnya bulutangkis di Olimpiade, maka ancaman nyata sudah di depan mata. Belum terlambat untuk kembali mendorong olahraga lain untuk beprestasi lebih tinggi.
Masih belum lekang dari ingatan saat 3 Srikandi sempat mengeluhkan kondisi pembinaan olahraga panahan. Namun, mereka mampu menjawab dengan prestasi brilian, 28 tahun silam.
Kini, tinggal menunggu kesiapan pemerintah untuk mewujudkan prestasi Olahraga di dunia. Berbekal kesiapan anggaran, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi salah satu kiblat olahraga dunia.

Didukung dengan sumber daya manusia yang cukup, Indonesia memiliki bakat yang tak kunjung habis. Sayangnya, bakat mereka terhalang kondisi pembinaan yang memprihatinkan.
Bayangkan saja, di tahun 2016 ini olahraga Indonesia hanya memiliki dana sebesar Rp500 miliar. Jumlah ini jauh dari angka anggaran negara tetangga di Asia Tenggara lain.
Thailand memiliki Rp1.7 triliun, Singapura dibekali Rp1.8 triliun dan Malaysia yang bermodal anggaran Rp1.9 triliun. Angka ini tidak bisa berdusta dengan prestasi di Olimpiade 2016.
Sejauh ini, Thailand telah meraih 2 emas, 2 perak dan 2 perunggu di Olimpiade Rio 2016. Thailand masih bercokol di urutan ke 24 klasemen sementara perolehan medali Olimpiade Rio 2016.
Apalagi bulutangkis seperti mendapat bulan madu kedua, usai emas yang kembali di genggam tahun ini, Indonesia harus segera berbenah menghadapi Olimpiade empat tahun mendatang. Panahan dan Atletik yang belum absen sekalipun di Olimpiade sejak tahun 1988, menunggu untuk mendapat kesempatan.
Belum lagi angkat besi yang minim publikasi namun sarat prestasi. Dayung dan balap sepeda yang sesekali mencuat meski jauh dari perhatian masyarakat.
Indonesia masih berpeluang meraih medali di tahun-tahun mendatang, meski bulutangkis mengalami fase kritis. Pembinaan dan anggaran bisa menjadi duet ujung tombak untuk membobol minimnya prestasi di kancah internasional.
Quote:
Bulutangkis menjadi salah satu lumbung medali Indonesia di ajang Olimpiade. Namun, beberapa waktu lalu olahraga ini diwacanakan untuk dicoret dari kalender ajang olahraga terbesar di dunia tersebut
Bagaimana Opini ente gan sis tentang wacana tersebut, share di mari yo
Sumber Refrensi
Bagaimana Opini ente gan sis tentang wacana tersebut, share di mari yo
Sumber Refrensi
Quote:
See You Next Time di trit ane selanjut nya


keep ngaskus gansis




keep ngaskus gansis



Spoiler for Jangan di bukan gansis !:
Yang lempar cendol semoga rejeki nya di mudahkan


yang bantu Rate 5 semoga urusan nya di mudahkan

yang lempar bata semoga cepet dapet hidayah

yang komen semoga ilmu nya bermanfaat

amin allahumma amin




yang bantu Rate 5 semoga urusan nya di mudahkan



yang lempar bata semoga cepet dapet hidayah



yang komen semoga ilmu nya bermanfaat



amin allahumma amin





Trit ane yang lain :
5 Sisi Lain Usain Bolt: Si Manusia Cepat Yang Bisa Bikin Ngakak
Menilik Kekuatan Klub Elit Liga Primer Inggris 2016/17
Menilik Rekam Jejak Tiga Calon Ketua Umum PSSI
Ini tips ampuh tembus KPR di bank
Diubah oleh approve.cc 19-08-2016 09:42
0
40.3K
Kutip
250
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan