DevilGuardianAvatar border
TS
DevilGuardian
[ Mossad history] Operation Entebbe (TO BE UPDATE)
Pertama-tama tujuan dari thread ini adalah untuk menambah wawasan kita semua tentang peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu.
We are not fanboy of this side or those side..

Thread ini akan menjelaskan sebuah operasi penting yang dilakukan oleh badan intel dan militer israel ketika sebuah maskapai penerbangan yang sebagian besar penumpangnya adalah warga israel dibajak oleh sekelompok teroris. Kisah ini akan bercerita dari sudut pandang para prajurit yang menjalankan dan merencanakan misi penyelamatan tersebut..

Dikutip dari SUMUR

NOTE : Kalau ada typo harap maklum ya, capek ane ngetik sekaligus translate ke bahasa indonesia nya.. emoticon-I Love Indonesia


In the early part of the critical week beginning Sunday June 27, Yoni was engaged in a military operation which is still to this day classified, shuttling twice from Sinai to central Israel. Early Monday morning he spent a few hours with his troops at Lod airport. A hijacked Air France plane, with scores of Israelis on board, had just taken off from Libya after a brief stopover there, and it was not known whether the hijackers might land the plane in Israel.

Bagian awal dari dari minggu kritis tersebut dimulai pada hari minggu 27 juni, yoni (yonathan Netanyahu) terlibat dalam sebuah operasi militer yang bahkan sampai saat ini masih dirahasiakan, bolak balik dari Sinai ke pusat Israel. Pada pagi di hari senin dia menghabiskan beberapa jam dengan pasukannya di bandara lod. Sebuah pesawat dari maskapai Air France dibajak, dengan sejumlah penumpang Israel di dalam nya, baru saja terbang dari Libya setelah singgah sebentar disana, dan masih belum diketahui apakah para pembajak pesawat tersebut akan mendaratkan pesawat tersebut di Israel.

The plane, however, did not proceed to Israel but turned southeast, in the direction of East Africa, and landed that morning at Entebbe airport in Uganda.There, the four terrorists who had hijacked the plane, two Germans and two Arabs, were met by several other Arab terrorists. The hostages were taken to the airport’s old terminal building.There they were held under guard by the army of Uganda, whose head, the notorious Idid Amin, colluded with the Arab terrorist organizations. The terrorists demanded the release from jail of over fifty of their colleagues, most of whom were behind bars in Israel, a few in other countries. The deadline for their release was set for Thursday afternoon. Israel was warned that if by that date the jailed terrorists were not released, the hostages would be killed.

Pesawat tersebut, bagaimanapun tidak menuju ke Israel tapi malah mengarah ke tenggara, menuju ke afrika timur, dan mendarat pada pagi itu di bandara Entebbe di Uganda. Disana, 4 terorist yang membajak pesawat tersebut, 2 orang jerman dan 2 orang arab. Bertemu dengan beberapa terrorist arab lainnya. Para tawanan, dibawa ke gedung terminal tua bandara tersebut. Disana mereka ditahan dibawah penjagaan tentara Uganda, yang pemimpinnya adalah idid amin yang terkenal jahat. Yang bersekongkol dengan organisasi terrorist arab. Para terrorist itu menuntut pembebasan lebih dari kolega mereka di penjara, yang kebanyakan dari mereka dipenjara di Israel, dan beberapa di negara lainnya. Deadline dari pembebasan mereka telah ditetapkan pada hari kamis siang. Israel diperingatkan bahwa apabila pada tanggal tersebut para terrorist yang dipenjara tidak dibebaskan, beberapa tawanan akan dibunuh.

Late Tuesday and Wednesday, some low-key discussions took place among Israeli army strategists about the possibility of rescuing the hostages. Yoni was kept informed of these discussions, although he was still tied up with other operations of his Unit (the Sayeret Matkal). For the time being, the discussions led nowhere. But on Wednesday night Yoni received word that the talks seemed to have taken on a more meaningful tone.

Pada akhir hari selasa dan pada hari rabu, beberapa diskusi ringan terjadi diantara ahli strategi tentara Israel tentang kemungkinan untuk menyelamatkan para tawanan. Yoni tetap mendapatkan update dari diskusi-diskusi ini, walaupun dia sedang terikat pada operasi lain dari unit nya (the sayeret matkal). Seiring dengan berjalan nya waktu, diskusi-diskusi tersebut mengalami kebuntuan. Tapi pada malam rabu yoni menerima kabar bahwa pembicaraan yang terjadi telah memasuki suasana yang lebih berarti.

“On Wednesday evening the phone calls began to come in,” recalls Avi, the Unit’s head of intelligence, who was with Yoni in Sinai, “informing us that a directive had been issued for the Unit to start planing [a rescue operation]. During the night there were quite a few calls…mostly from Muki [an officer of the Unit who was to be Yoni’s number-two man in the raid]. Muki was pressing us to return to Israel, because he was repeatedly asked: ‘When can Yoni get here?’…With every phone call you said to yourself, ‘Maybe there’s a chance that something will happen after all.’ The pressure was pretty serious, and we understood that by the next day, first thing, we’d have to fly back.”

“Pada malam rabu beberapa panggilan telpon mulai berdatangan “ kenang avi, kepala unit intelligent, yang saat itu sedang bersama dengan yoni di Sinai “menginformasikan kami bahwa perintah telah diberikan kepada unit kami untuk segera merencanakan sebuah operasi penyelamatan. Selama malam itu ada juga beberapa panggilan telpon lain.. kebanyakan dari muki (seorang perwira dari unit yang nantinya akan menjadi orang nomor 2 yoni dalam penyerbuan tersebut) muki medesak kami untuk segera kembali ke Israel, karena dia berulang kali bertanya : “kapan yoni bisa kesini? Dengan semua panggilan telepon yang masuk, kamu mengatakan kepada dirimu sendiri bahwa mungkin pada akhirnya sesuatu akan terjadi. Desakan tersebut tampak cukup serius, dan kami memahami bahwa pada hari berikutnya, hal pertama yang dilakukan adalah kami harus segera terbang kembali ke Israel.

That morning, however, with the ultimatum nearing its deadline and with no acceptable rescue plan available, the government of Israel decided to negotiate with the terrorists, stating its willingness to release terrorists for hostages. By then, most of the non-Israeli hostages had been released and flown from Entebbe to Paris. Of the 106 hostages remaining in Entebbe, most were Israelis. “My intention was not to use a ruse or a tactical ploy to gain time,” Prime Minister Rabin wrote of his government’s decision, “but to enter into serious negotiations, with Israel fulfilling whatever commitments it made.”

pada pagi itu, bagaimanapun, dengan ultimatum mendekati deadline nya dan dengan tidak adanya nya rencana penyelamatan yang masuk akal tersedia, pemerintah Israel akhirnya memutuskan untuk mulai bernegosiasi dengan para terrorist, menyatakan kesediaan nya untuk melepaskan para terrorist tersebut sebagai ganti dari para tawanan. Pada akhirnya, kebanyakan dari tawanan yang non-israel telah dibebaskan dan terbang dari Entebbe menuju ke paris. Dari 106 tawanan yang tersisa di Entebbe, kebanyakan dari mereka adalah warga Israel. Intensi saya adalah untuk tidak menggunakan tipu daya atau cara taktis untuk mengulur waktu,” tulisan perdana mentri rabin dalam keputusan pemerintahannya “tapi memasuki sebuah negosiasi yang serius, dengan Israel memenuhi semua komitmen yang sudah dibuat.


With the release of the non-Israeli hostages, important information started to come in on the state of affairs in the old terminal at Entebbe. Such information was crucial for planning any rescue, and so the military option had acquired momentum. By evening, Yoni received the formal order to start planning and preparing the Unit for a possible raid on Entebbe.

Dengan dibebaskannya para tawanan yang non-israel, informasi-informasu penting mulai berdatangan mengenai keterlibatan Uganda di terminal tua Entebbe. Seperti informasi yang krusial untuk mulai menyusun rencana penyelamatan, dan opsi militer mendapatkan momentumnya. Pada malam hari, yoni menerima perintah formal dan mulai merencanakan dan mempersiapkan unit untuk kemungkinan penyergapan di Entebbe.


Landing C-130 transports directly at the airport of Entebbe was considered a feasible way of bringing in the rescue force. Sayeret Matkal, the Unit that Yoni commanded, was given the brunt of the job. It had been ordered to take control of the old terminal building, where the hostages were being held and where the terrorists and the Ugandan troops were positioned, and was also to seal off the whole area from any possible counterattack by the Ugandan army until the planes could take off.

Mendaratkan pesawat transportasi C-130 secara langsung ke bandara Entebbe dipertimbangkan dapat dilakukan untuk membawa pasukan penyelamat. Sayeret matkal, unit yang dikomandoi oleh yoni mendapatkan beban pekerjaan tersebut. Unit tersebut diperintahkan untuk mengambil alih gedung terminal tua bandara tersebut, dimana para tawanan ditahan dan dimana para terrorist dan pasukan-pasukan Uganda berada, dan juga menutup seluruh area dari kemungkinan serangan balik oleh tentara Uganda sampai pesawat-pesawat penyelamat dapat take-off.

“The instructions were extremely general,” says Biran, the intelligence officer of Dan Shomron, the man who was given overall command of the ground operation. “Yoni had logistical questions … for which we as yet had no answers. Everything was still up in the air.” In the meeting between Yoni and Shomron and their staffs, “we still did not go into specifics about who, how many, how, and what. It was obvious that all this would have to be studied and developed. As for the Unit’s plan of action, Shomron did not get involved. He said: ‘These are men who know their job. There’s no point for me to interfere.’ ”

“Instruksi yang diberikan sangat sederhana” kata biran, petugas intel Dan Shomron, pria yang yang diberikan komando atas operasi darat. Yoni memiliki beberapa pertanyaan logistical……yang jawaban nya tidak kami miliki. Semua nya masih mengawang-awang. Dalam pertemuan antara yoni dan shomrom dan staff-staff mereka, kami masih belum mencapai penjelasan spesifik mengenai SIAPA, BERAPA BANYAK ORANG, BAGAIMANA, dan APA. Itu jelas bahwa semua hal ini harus dipelajari dan dikembangkan. Adapun shomron tidak terlibat dengan rencana unit tersebut untuk menjalankan aksinya. Dia mengatakan “ mereka ini adalah orang-orang yang sangat memahami pekerjaan mereka, tidak ada guna nya saya ikut campur”


Planning The Unit's Action

Yoni returned to his Unit, gathered a few of his officers at his office, and started formulating with them the Unit’s plan of action for the rescue at Entebbe. For a while, Colonel Ehud Barak, who left the following day for Kenya to coordinate the eventual landing of the planes there, also sat in at the meeting.

Yoni kembali ke unit nya, mengumpulkan beberapa perwira nya di kantor nya, dan bersama mereka mulai memformulasikan rencana unit mereka untuk melakukan misi penyelamatan di Entebbe. Beberapa saat kemudian, colonel ehud barak, yang beberapa hari lalu pergi ke kenya untuk mengkoordinasikan pendaratan akhir pesawat disana, juga ikut duduk dalam meeting tersebut.

All the while, intelligence information concerning the hostages and terrorists, as well as about the layout of the old terminal building, was filtering in. After several hours of brain-storming, some of which Yoni did by himself later, in the middle of the night, the Unit’s preliminary plan of action was formed. Altough certain revisions would be made by Yoni during the following day and a half, the plan for the most part remained unchanged. In fact, it was carried out almost to the letter.

Sementara itu, semua informasi intelligent yang menyangkut tentang para tawanan dan para terrorist, juga tentang layout gedung terminal tua tersebut, mulai disaring masuk. Setelah melalui beberapa jam brain-storming, yang nanti nya akan dilakukan oleh yoni sendiri di tengah malam, perencanaan langkah awal unit tersebut mulai terbentuk. Walaupun beberapa perubahan kemudian dilakukan oleh yoni sendiri satu setengah hari kemudian, sebagian besar rencana yang sudah terbentuk tersebut tidak berubah. Faktanya, rencana tersebut dijalankan hampir sepenuhnya.

The plan called for the Unit’s initial force of twenty nine men to be flown to Entebbe and to land at night near the new terminal. From there the men were to proceed to the old terminal, arriving in a Mercedes and two Land Rover jeeps, the kind of vehicles frequently used by the Ugandan army. It was hoped that the Ugandan guards surrounding the building would assume that this was a force of their own, perhaps the one that accompanied President Idi Amin on his occasional visits to the hostages. In this manner, it was hoped that the Unit’s men would be able to approach the Ugandan guards without first being fired upon.

Rencana tersebut menyebutkan bahwa pasukan awal dari unit yang terdiri atas 9 pria akan diterbangkan ke Entebbe dan mendarat didekta terminal baru pada malam hari. Dari sana, pasukan ini akan langsung menuju ke terminal lama, datang dengan menggunakan marcedes dan 2 jeeps land rovers. Jenis kendaraan yang secara frekuentif digunakan oleh tentara-tentara Uganda. Diharapakan bahwa pasukan Uganda yang menjaga keseluruhan gedung tesebut akan berasumsi bahwa ini adalah pasukan mereka sendiri. Dan juga diharapkan dalam hal ini adalah para pasukan tersbut dapat mendekati tentara Uganda yang sedang berjaga tanpa harus menjadi pihak pertama yang menembakan senjata.

“According to the intelligence we had at the time, there were dozens of Ugandan guards,” explains Avi. “Yoni was adamant that we had to find some sort of solution to the problem concerning the Ugandan security belt.” Thus they came upon the idea of the Mercedes and jeeps, which was meant to “delay opening of fire by the Ugandans as long as possible.” Ideally, the guards might even wave the vehicles through. However, should they want to check the vehicles and their passengers, “our men would have to open fire,” continued Avi. “They would be at the point of no return anyway.”

“menurut data intel yang kami dapatkan ketika itu, disana ada beberapa lusin tentara Uganda yang berjaga” jelas Avi. “yoni bersikeras bahwa kita harus memiliki semacam solusi untuk masalah yang menyangkut tentara-tentara Uganda ini. Jadi mereka kemudian datang dengan sebuah ide untuk menggunakan Mercedes dan jeeps, yang dimaksudkan untuk mendunda terjadi nya konta senjata dengan tentara-tentara Uganda selama mungkin. “idealnya, para tentara Uganda itu akan membiarkan mobil-mobil kami lewat. Bagaimanapun, jika kemudian mereka ingin memeriksa kendaraan kami dan penumpang-penumpang nya, orang-orang kami akan terpaksa melepaskan tembakan, lanjut avi. Mereka akan berada pada momen dimana tidak ada jalan kembali.


The remainder of the plan was as follows After the possible encounter with the guards, the force would proceed rapidly to the building, get out of the vehicles, and run to the various entrances, the squads entering their assigned entrances simultaneously. Several squads were assigned to the two main halls on the ground floor where the hostages were thought to be held; other squads were assigned to the top floor, where Ugandan soldiers were stationed; while some commandos were to clear the other rooms on the ground floor that were occupied by the terrorists. Yoni and his command team would position themselves outside the main entrance in order to be able to control the flow of men and, in case of a hitch, go in. At the second stage of the mission, a second force of the Unit, driving in four APC’s, would land and quickly proceed to the old terminal, cordoning its environs from any possible counterattack by the Ugandan army. Besides the large Ugandan force believed to be stationed in the old terminal, there was an Ugandan regimental air force base some 200 yards from the building.

Rencana berikut nya setelah mengatasi kemungkinan bertemu dengan para penjaga, pasukan kami kana langsung menuju ke gedung tujuan dengan segera, keluar dari kendaraan kami, dan berlari menuju beberapa pintu masuk, the squad kemudian memasuki pintu masuk yang telah ditunjuk kepada mereka masing-masing secara simultan. Beberapa squad ditugaskan ke 2 main main hall di lantai dasar dimana diperkirakan para tawanan berada. Beberapa squad lain nya ditugaskan ke lantai atas, dimana para tentara Uganda berada, sementara beberapa komando lain memeriksa ruangan-ruangan lain di lantai dasar yang dihuni oleh para terrorist-terrorist tersebut, yoni dan teman yang dikomandoinya akan memposisikan diri di luar pintu masuk utama dengan tujuan untuk mengontrol para tawanan yang keluar, dan apabila terjadi halangan, mereka akan langsung menerjang masuk. Pada stage kedua dari misi kami, pasukan kedua dari unit kami akan berkendara dalam 4 APC (armoured personnel carrier), akan mendarat dan segera bergerak menuju ke terminal lama, menjaga daerah sekitar terminal lama tersebut dari kemungkinan serangan balik dari tentara Uganda. Disamping dari kemungkinan bahwa pasukan Uganda dalam jumlah besar dipercaya ditempatkan dalam terminal lama tersebut, disana ada sebuah pangkalan resimen angkatan udara tentara Uganda sekitara 200 yard dari gedung tersebut.

The Unit’s officers convened around 1 A.M. to receive an initial briefing from Yoni and instructions on preparations. “Yoni was very tired,” recalls Muki. “You could see it by looking at him. Actually we were all tired from the whole week we had just finished, the officers in particular. So at a certain point I suggested that we stop and get some sleep. This was around 2 or 3 A.M. on Friday morning. Yoni agreed, and the small planning team went to sleep, but it turned out later that Yoni remained alone at his office and continued to work on the plan. And in fact, when he presented the plan at 7 A.M. the following morning, after sleeping at most one or two hours, I saw how far he had carried the work from where we left off. There were many points in the plan that we had not considered, which Yoni had thought through to the end. That morning he presented the plan complete, perfect, down to the last detail.”

Para anggota unit dikumpulkan sekitar pukul 1 subuh untuk menerima briefing dari yoni dan menerima instruksi dan beberapa persiapan. “yoni tampak sangat lelah” kenang muki. “kamu bisa merasakan nya hanya dengan melihat dirinya. Sebenarnya kami semua juga lelah setelah melalui satu minggu penuh yang baru kami lalui, terutama para anggota unit yang dipilih. Jadi pada titik tertentu saya menyarankan agar kami berhenti untuk beristirahat sejenak. Ini sudah sekitar pukul 2 atau 3 subuh di jumat pagi. Yoni setuju dan kemudian tim kecil yang sudah direncanakan tersebut kemduian pergi tidur, tapi kemudia tampaknya yoni tetap berada di kantor nya sendirian untuk melanjutkan pekerjaaan nya pada rencana yang akan mereka jalankan, dan faktanya, ketika dia mempresentasikan rencana tersebut pada pukul 7 pada pagi itu, setelah tidur selama 1 atau 2 jam, saya melihat bagaimana dia menyelesaikan semua pekerjaan dari titik dimana kami semua pergi tidur. Ada banyak point dalam rencana tersebut yang tidak kami perkirakan, yang kemudian dipikirkan yoni pada akhirnya. Pada pagi itu dia mempresentasikan rencana tesebut dengan lengkap, sempurna, dan sampai ke detail-detail terkecil.


TO BE CONTINUED
Diubah oleh DevilGuardian 20-08-2016 03:22
0
11.9K
56
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan