doddifirdausAvatar border
TS
doddifirdaus
Fakta Soal Kilang Minyak di Indonesia, Kalah Jauh dari Singapura (negeri liliput)
Ass. WR. WB. gan

dari berbagai sumber gw, ada yang menarik untuk gw share di sini gan. salah satunya tentang produksi minyak di Indonesia yang dihasilkan dari kilang-kilang minyak yang dimiliki oleh Republik Indonesia.


Ternyata, selama ini produksi minyak nasional cuma 850 ribu barrel/hari para agan-agan semua... sementara kebutuhan kita akan BBM di dalam negeri, per Agustus ini sudah mencapai 1,6 juta barrel hari. Jadi kita sudah minus, 800 ribu barrel / hari. maka sisanya mesti impor gan.

Ini berbanding terbalik sama Singapura gan. Kebutuhan BBM dalam negeri mereka cuma 115 barrel / hari gan... sementara produksi minyak mereka bisa mencapai 3,5 juta barrel per hari...
Jadi Singapura punya kelebihan produksi sampai 3,385 juta barrel per hari...
Nah Indonesia mesti imor minyak entah itu jenis premium, Ron 92 (pertamax), solar atau apa pun minyak siap pakai dari mereka.

Ini membuat ketergantungan kita, sama negeri liliput itu menjadi sangat besar. Ibaratnya, Singapura ngambek gak mau jual minyak ke Indonesia, maka nagislah kita, huhuhuhu

Ini semua terbuka oleh Dwi Soetjipto, Dirut Pertamina yang ngasih kuliah perdana di Universitas Pertamin, agan yg baik semua....

http://seputarenergi.com/?p=4230

Ngeri banget kan gan...


Kilas balik dulu gan....

Keberadaan kilang minyak di Indonesia sendiri memang memprihatinkan. Selain sudah tua, kilang yang ada gak mampu produksi dan cukupi kebutuhan rakyat Indonesia. Dengan alasan ini, pemerintah harus mengimpor minyak yang sudah diolah atau BBM.

Puluhan tahun Indonesia tidak membangun kilang baru. Bahkan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan Indonesia sudah 22 tahun tak bangun kilang baru.

"Kalau industri katakanlah di hulu, sudah berapa tahun kita tidak bangun kilang minyak? Jawabannya 22 tahun. Itu terakhir kita bangun. Ada yang salah pada kebijakannya yang harus dibenahi," ujar Darmin.

Membangun kilang membutuhkan investasi yang sangat besar. Banyak pertimbangan yang harus dihitung sebelum membangun. Vice President for Corporate Communication PT Pertamina, Wianda Pusponegoro juga mengatakan, salah satu pertimbangan membangun kilang adalah supply minyak yang nanti mengisi. Jangan sampai kilang yang dibuat kosong dan merugikan.

"Investasinya mahal bisa mencapai USD 15 miliar satu kilang. Kita harus pertimbangkan pasokan," ucap Wianda.

agan-agan semua, sertimbangan pertama membangun kilang adalah efisien. Ini harus dihitung dua arah antara produsen dan pemilik lokasi sumur atau kilang.



Kita harus memastikan kita bisa dapat supply aman selama 25 atau 30 tahun ke depan lalu memproduksinya. Namun demikian, sebenarnya banyak pihak yang menawarkan pembangunan kilang di Indonesia. Tapi batal.

Salah satu pihak yang batal membangun kilang di Indonesia adalah Kuwait. Tahun 2013 silam, Kuwait Petroleum Corporation (KPC) membatalkan rencana pembangunan kilang berkapasitas 300.000 barel minyak mentah per hari senilai Rp 90 triliun di Indonesia.

Pemerintah tidak bisa memberikan insentif fiskal yang diminta KPC karena dinilai terlalu berlebihan. KPC antara lain meminta pembebasan pajak penghasilan (PPh) atau "tax holiday" selama 30 tahun dan selanjutnya lima persen. Padahal, PPh badan lainnya dikenakan 20 persen.

Perusahaan Kuwait itu juga meminta keringanan pajak lainnya seperti pajak daerah dan bea masuk. KPC sudah menyelesaikan studi kelayakan pembangunan kilang di Indonesia. Hasil studi kelayakan antara lain permintaan sejumlah insentif agar kilang ekonomis. Namun, pemerintah menolak memberikan insentif yang diminta karena dinilai berlebihan.

Masih ada perusahaan lain yang ingin membangun kilang di Indonesia, yaitu Saudi Aramco. Perusahaan minyak dan gas asal Arab Saudi, Saudi Aramco juga sempat ingin membatalkan rencana pembangunan kilang di Indonesia beberapa tahun silam. Namun akhirnya mereka tetap membangun di Cilicap, tahun ini.

Bahkan Saudi juga bersedia untuk memasok kilang minyak di Cilacap itu dengan dengan minyak mentah yng diproduksi dari negeri onta itu, langsung di bawa ke Cilacap, di kilang lalu dijual di Indonesia. Lumayan kalo yang ini gan....

Di tengah banyaknya pembatalan proyek pembangunan kilang. Pertamina mengeluarkan pernyataan kalau pemerintahan sebelum Jokowi menghambat pembangunan kilang baru.



PT Pertamina (Persero) menuding adanya pihak yang tidak ingin Indonesia memiliki kemandirian energi. Salah satu caranya dengan menghambat pembangunan kilang minyak yang sudah 22 tahun tidak dibangun. Ini tentu kerjaannya mafia migas yg ingin dpt duit persenan karena jasa ngimpor minyak gan.

Sekretaris Perusahaan Pertamina, Wisnuuntoro mengatakan sejak tahun 2000, banyak investor yang ingin membantu Indonesia untuk membangun kilang minyak. Namun, ada pihak pemerintahan yang tidak ingin kilang Indonesia maju. baik kan gan????


"Ya terbukti tapi pemerintah yang dulu-dulu, saya tidak sebutkanlah. Dan baru pemerintahan sekarang ini kita mungkin nanti satu atau dua bulan ini kita resmikan yang di Cilacap. Intinya kita berbenah untuk bangun kilang," kata dia.

Wisnu menambahkan saat ini kilang minyak milik Pertamina tidak bisa menutupi kebutuhan setiap harinya. Kebutuhan BBM per hari dapat mencapai 1,6 juta barel, sedangkan produksi kilang Pertamina hanya mencapai 850 ribu barel per hari. Dengan begitu, pemerintah harus mengimpor minyak untuk menutupi kebutuhan tersebut.

"Jadi itu kita impor produk dan impor crude. Artinya kita gak usah jual ke mana-mana, mikirin kebutuhan sendiri saja perlu impor dengan kebutuhan 1,6 kilang. Dari dulu itu selalu tidak berhasil. Tanda tanya besar. Alhamdulillah mudah-mudahan sekarang ini berkembang terus, pemerintahan pertama ini kita sudah punya kilang yang fight, paling enggak kita bisa bikin 1,6 juta barel per hari. Jadi tidak dimainkan dengan Singapura lagi. Kita lebih mandiri lah," katanya.

Wianda Pusponegoro tidak mau berkomentar mengenai ini. Menurutnya, Pertamina kini fokus pembangun ke depan dan tidak mau bicara yang dulu-dulu.




Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja membenarkan kabar ini. Dia bahkan berharap agar pembangunan kilang baru oleh Saudi Aramco dapat segera terwujud. Apalagi mengingat perusahaan tersebut memiliki modal yang besar.

Saudi Aramco, lanjut Wiratmaja, berminat membangun kilang serta distribusinya. Untuk itu, Pemerintah akan segera mendiskusikan lebih lanjut, termasuk juga kemungkinan bekerja sama dengan PT Pertamina.

"Kerja sama sampai ke hilir boleh, tapi nanti dibikin regulasinya yang cantik. Jangan hanya (membangun) di tempat-tempat yang gemuk saja. Mungkin membangun di Jakarta. Bangun juga di Sulawesi, Ambon. Jadi pembangunan infrastruktur merata," katanya seperti dilansir dari situs Kementerian ESDM di Jakarta, Rabu (16/9).

Dengan permodalan Saudi Aramco yang besar, diharapkan juga dapat membantu Indonesia memperkuat infrastruktur di daerah-daerah frontier demi ketahanan energi nasional.


Wiratmaja mengatakan, tidak tertutup kemungkinan nantinya Pemerintah akan membuka kembali FS yang telah dilakukan di Tuban tersebut. Namun untuk kepastiannya, masih harus didiskusikan lagi.

Selain Saudi Aramco, sejumlah negara maupun perusahaan telah menyurati Pemerintah Indonesia dan menyatakan minatnya untuk membangun kilang dan.storage. Antara lain Kanada, China melalui Sinopec, Irak dan Kuwait serta perusahaan asal Korea.

Untuk mendukung pembangunan kilang, dalam waktu dekat akan segera diterbitkan Peraturan Presiden tentang pembangunan kilang minyak baru yang isinya antara lain empat opsi pembangunan yaitu dibangun oleh badan usaha, kerja sama Pemerintah dengan badan usaha, penugasan khusus kepada PT Pertamina dan dibiayai oleh APBN. Dalam aturan tersebut, disebutkan juga mengenai insentif fiskal untuk para investor.

0
4.7K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan