- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[KOMBAT MERDEKA] Api Sejarah, Deislamisasi Sejarah Indonesia.


TS
gebolextreme
[KOMBAT MERDEKA] Api Sejarah, Deislamisasi Sejarah Indonesia.
Quote:
![[KOMBAT MERDEKA] Api Sejarah, Deislamisasi Sejarah Indonesia.](https://s.kaskus.id/r720x720/images/2016/08/09/8391241_20160809063255.jpg )
![[KOMBAT MERDEKA] Api Sejarah, Deislamisasi Sejarah Indonesia.](https://s.kaskus.id/images/2016/08/15/4681457_20160815042802.jpg)
Quote:
DISCLAIMER : ANE HANYA BERUSAHA MENGUTIP KARYA BELIAU (PROF. AHMAD MANSUR SURYANEGARA), DI BEBERAPA ARTIKEL DAN RINGKASAN BUKU BELIAU, JIKA ENTE BERNIAT MELIHAT KARYA ASLINYA, SILAHKAN BELI BUKUNYA YAITU API SEJARAH 1 DAN 2.
Spoiler for "cek repsol":
Quote:
![[KOMBAT MERDEKA] Api Sejarah, Deislamisasi Sejarah Indonesia.](https://dl.kaskus.id/static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/mengunjungi-masjid-demak-jawa-tengah-_150622174019-925.jpg)
Pendidikan sejarah di sekolah, kata Ahmad Mansur Suryanegara, memiliki andil besar mengaburkan sejarah Islam di Indonesia. Buku-buku pelajaran sejarah banyak mengacu pada buku-buku sejarah yang sumbernya adalah sudut pandang Belanda.
Menurut sejarawan dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung itu, Belanda memiliki tujuan tertentu ketika masih menjajah Indonesia, yakni berupaya mengaburkan sejarah Islam di Indonesia. "Karena pemerintahan kolonial Belanda mendapatkan perlawanan dari umat Islam," kata Mansur dalam seminar "Menelusuri Indikasi Pengaburan Sejarah Islam Indonesia" di UIN Jakarta, beberapa waktu lalu.
Maka, kata Mansur, wajar bila Belanda lantas berupaya menghilangkan atau mengaburkan peran kesejarahan umat Islam Indonesia. Agus Sunyoto, dari Padepokan Dakwah Sunan Kalijogo, menyebutkan perlawanan raja-raja Muslim terhadap bangsa Eropa di nusantara mendapat dukungan dari guru tarekat dan ulama pesantren.
"Hubungan pribumi Muslim yang berbasis pesantren dengan bangsa Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris nyaris tidak terjembatani," ujar Agus yang berbicara di seminar yang sama.
Agus menyingggung perlawanan Sultan Baabullah terhadap Portugis di Ternate. Ia memimpin rakyatnya mengepung Benteng Gamalama selama lima tahun. Sehingga, pada 1575, Portugis terusir dari Ternate. Di Kalimantan, Sumatra, Sulawesi, dan Jawa, sultan-sultan Muslim juga melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Bahkan, saat Belanda berkeinginan membuat kantor di Banten, banyak pribumi Muslim dengan tegas menolaknya. Sudah puluhan kali perlawanan yang dilakukan umat Muslim semenjak 1600 hingga akhir masa penjajahan Belanda. "Perlawanan dari Kerajaan Islam Ternate Tidore, Gowa-Tallo, dan sebagainya," ujar Agus
----------------
Menurut Mansur, peniadaan atau pengaburan sejarah Islam di Indonesia sangat mudah terjadi. Menurut Mansur, hal ini bisa terjadi akibat para ulama membiarkan sejarah Islam Indonesia ditulis oleh penulis yang tidak punya rasa hormat pada ulama atau Islam.
Anggapan ketidakpedulian ulama terhadap penulisan sejarah tidak sepenuhnya datang dari para sejarawan seperti penulis buku Api Sejarah itu. Penilaian ini juga pernah diungkapkan oleh Sukarno.
Di buku Di Bawah Bendera Revolusi, Sukarno menyebut para ulama tidak memiliki feeling terhadap sejarah. Jika pun ada, menurut Bung Karno, itu hanya membaca tarikh, hanya menngambil 'abu sejarahnya', tetapi tidak pernah menangkap 'api sejarahnya'.
Penyebab utamanya, menurut Mansur, karena para ulama terlalu terbenam dalam mengkaji ilmu fikih atau hadis. Akibatnya, mereka pun tidak memperhatikan penulisan sejarah Islam Indonesia yang benar dan tepat.
Mereka tampak cukup puas dengan silsilah yang berisikan deretan nama yang tertera dalam buku sejarah. "Dan kadang dituliskan pula makamnya," kata Mansur. Namun, mereka jelas tidak mengetahui secara pasti mengenai kisah peristiwa yang pernah terjadi di masa tokoh-tokoh itu hidup.
Kehadiran Belanda yang mendapat perlawanan umat Islam berbeda dengan kehadiran bangsa lain sebelumnya yang datang pada saat Sriwijaya maupun Majapahit mengalami masa-masa surut.
Mansur berpendapat, bentuk perlawanan yang berbeda dari ketiga umat agama itulah yang menyebabkan adanya peniadaan atau pengaburan sejarah terhadap Islam. Dia memahami bahwa Belanda pasti akan berupaya menghilangkan dan mengaburkan peran kesejarahan umat Islam Indonesia.
Pada akhirnya, kata Mansur, Belanda pun mencurahkan perhatian dan penelitiannya serta pemugaran sejarah Indonesia hanya pada peradaban Buddha dan Hindu. Sejarah Islam Indonesia yang sekalipun dianggap sebagai agama mayoritas pribumi Indonesia pun dikaburkan penulisannya.
--------------------
Mansur menjelaskan, pascakemerdekaan, Indonesia mulai membentuk pemerintahannya dengan menentukan jabatan-jabatan yang dianggap sesuai dengan beberapa pihak. Namun, secara tidak sadar, banyak pejabat terutama yang menduduki departemen pusat di Jakarta merupakan orang-orang yang pernah memegang jabatan sebagai pelaksana indirect rule pemerintahan kolonial Belanda.
Banyak ambtenar kantor pada zaman pemerintahan kolonial Belanda yang menduduki jabatan Departemen Pendidikan Kebudayaan dan Pengajaran pada waktu itu. Dengan adanya situasi tersebut, jelas telah mengakibatkan banyak hal, terutama dalam penulisan sejarah yang efeknya terasa hingga saat ini.
Orientasi mereka juga terpusat pada peradaban Buddha, Hindu, dan Kong Fu Tsu. Artinya, mereka dengan tegas memperlihatkan kebijakan yang serupa dengan pemerintahan kolonial Belanda mengenai penulisan sejarah.
Semua hasil dari kebijakan pemerintah tersebut bisa dirasakan saat ini. Rakyat Indonesia bisa dengan mudahnya membaca salah satu buku sejarah untuk SMA. Di buku itu penjelasan tentang sejarah Hindu, Buddha, dan Kong Fu Tsu bisa beratus-ratus halaman.
Sebaliknya, sejarah Islam dari zaman Rasulullah SAW hingga Islam berkembang ke Indonesia hanya mendapat jatah empat halaman. Bahkan, kisah tentang Khulafaur Rasyidin hanya memiliki satu halaman. Kondisi-kondisi tersebut dengan tegas menggambarkan adanya pengaburan dan peniadaan sejarah Islam di nusantara ini.
Begitu banyak isi sejarah Indonesia yang menyimpang dari yang sebenarnya. Misalnya, mengenai anggapan organisasi Budi Utomo sebagai perintis gerakan kebangkitan nasional di Indonesia. Konsep anggapan ini sendiri sudah banyak memperoleh respons penolakan dari pihak-pihak yang mengetahui benar ihwal uraian dari organisasi tersebut.
Budi Utomo (BU) merupakan organisasi yang didirikan oleh Wahidin Sudirohusodo, Sutomo, Cipto Mangunkusumo, dan Gunawan Mangunkusumo. Organisasi ini diketahui hanya melakukan pergerakan di wilayah Jawa dengan sasaran utamanya, yakni rakyat Jawa.
Menurut Mansur, ruang gerak dan sasaran inilah yang menyebabkan beberapa pihak kurang menyetujui organisasi ini sebagai pelopor pergerakan nasional yang pertama di Indonesia.
--------------------------
![[KOMBAT MERDEKA] Api Sejarah, Deislamisasi Sejarah Indonesia.](https://dl.kaskus.id/static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/jejak-islam-di-nusantara-_150623044743-477.jpg)
Menurut Mansur, sebagian ahli sejarah menyebutkan, istilah nasional mulai dipublikasikan ke masyarakat oleh organisasi Syarikat Islam (SI) dalam National Congres Central Sjarikat Islam - 1e Natico di Bandung, 17-24 Juni 1916. Namun, karena organisasi berkenaan dengan Islamlah yang menyebabkan SI tidak dijadikan pelopor dalam gerakan nasional ini. Oleh karena itu, SI tidak dianggap sebagai pelopor pengguna pertama istilah Indonesia dan Indonesia merdeka dalam masa kebangkitan pada masa itu.
Namun, argumen soal nasionalisme terkait dengan BU dan SI masih bisa mengundang perdebatan. Semangat nasionalisme pun sudah ditampakkan oleh RA Kartini, jauh hari sebelum SI berdiri menggantikan Serikat Dagang Islam (SDI). Nasionalisme Kartini berwujud dalam bentuk kepedulian Kartini terhadap kelanjutan pendidikan Agus Salim, pemuda di Minangkabau.
RA Kartini mendapat beasiswa dari Belanda, tapi ia terhalang oleh tradisi Jawa. Ia tidak mendapat izin orang tuanya untuk melanjutkan sekolah. Ketika ia mengetahui Agus Salim memiliki nilai tertinggi, ia lantas mengalihkan beasiswanya kepada Agus Salim. Padahal, Kartini tidak mengenal Agus Salim.
Sebelum BU berdiri, Kartini juga sempat menulis artikel di koran, perlunya para priyayi menyekolahkan anak-anaknya. BU didirikan dengan maksud mendorong priyayi memperhatikan pendidikan rakyatnya. Maka, nasionalisme ala Kartini ini kemudian mewujud dalam organisasi BU, yang tanggal pendiriannya diresmikan oleh Presiden Sukarno pada 1948 sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Pengaburan sejarah Islam nusantara juga telah terjadi pada hal yang berkenaan dengan nasib Kerajaan Hindu Padjadjaran dan Kesultanan Banten. Berdasarkan isi sejarah yang beredar pada umumnya, Panembahan Yusuf Sultan Kedua Banten menaklukkan Pakuan, melakukan pembantaian, dan pemaksaan terhadap seluruh keluarga istana. Isi sejarah ini pernah ditulis oleh DGE Hail dalam buku A History of South East Asia.
------------------------
Begitu banyak istilah yang bernuansa Islam di bumi Indonesia ini. Fenomena ini telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia mengalami keterkaitan kuat dengan keislaman. Bahkan, penyebutan ilmu masa lalu sebagai sejarah di Indonesia ini tidak lepas dari pengaruh Islam di dalamnya.
Seperti yang diketahui dalam buku sejarah Indonesia pada umumnya, kata 'sejarah' berasal dari bahasa Arab, syajaroh. "Arti harfiah dari kata syajaroh ini memiliki arti pohon," jelas Mansur.
Maksudnya, kata Mansur, kisah aktivitas manusia yang menciptakan perubahan besar tata kemasyarakatan diibaratkan seperti biji kecil yang berubah menjadi pohon rindang.
"Secara istilah, penyebutan sejarah memang diambil dari bahasa Arab bukan Sansekerta atau Inggris," ujar Mansur. Namun, isi di dalam sejarah Indonesia malah mengalami pengaburan atau deislamisasi sejarah Islam.
Mansur menyebutkan, banyak pemikir Islam yang telah menuliskan naskah. Naskah-naskah mereka jelas telah dibiarkan untuk tidak diungkapkan uraiannya dalam sejarah Indonesia.
"Sekeping Prasasti Hindu dibicarakan berlebihan sehingga Hindu dan Buddha yang hanya dengan satu candi atau satu patung dinilai berpengaruh di nusantara," ungkap Mansyur.
Sebaliknya, lanjut Mansur, Islam dengan berjuta masjid dan naskah dinilai tidak memiliki pengaruh kuat dalam membentuk budaya dan peradaban bangsa Indonesia.
-----------------------------------------
Quote:
Beberapa ringkasan poin isi buku tersebut.
PENGARUH KEBANGKITAN ISLAM DI INDONESIA
Penamaan berbagai tempat dan selat dengan bahasa Arab, karena sudah sejak lama Islam telah banyak melahirkan cendikiawan muslim jauh sebelum Barat tampil sebagai imperialis.
Adapun sistem pendidikan umat Islam disebut dengan madrasah. Karenanya dulu ada Madrasah Qurtubah di Kordoba Spanyol, Madrasah Al Azhar di Mesir, Madrasah Nizhimiyah.
Persinggungan yang kuat dengan Islam, maka sampai muncullah kekuatan politik Islam seperti: Leran Gresik, Samodra Pasai, Aceh, Demak, Mataram, Cirebon, Banten, Jayakarta, Sumedang, Pontianak, Ternate, Tidore, Ambon, Malaka, Brunei, dll
PERAN KEKUASAAN POLITIK ISLAM MELAWAN IMPERIALISME BARAT
Wirausahawan muslim yang datang ke Indonesia tidak hanyasebatas bertindak sebagai pelaku pasar semata, namun juga pengaruh pasar juga mengakumulasi kebutuhan ekonominya dan dari pasar tumbuh kebutuhan lain, yakni pendidikan generasi muda dan pesantren maka lahirlah komunitas baru di tengah masyarakat Nusantara Indonesia yang antara lain:
1)Wirausahawan dari pasar dan Bandar pelabuhan;
2)Ulama dari pesantren dan masjid serta pasar;
3)Santri dari masyarakat, putra sultan dan putra wirausahawan;
4)Perkembangan berikutnya komunitas ini, menuntut dibentuknya pemerintahan atau kekuasaaan politik Islam atau Khilafah.
Pada abad ke-9 Masehi telah terbentuk kekuasaan politik Islam di Aceh. Abad ke-11 Masehi telah berdiri pula kekuasaan politik Islam di Leran Gresik, Jawa Timur, yang dibangun oleh Fatimah Hibatoellah binti Maimoen jauh sebelum Keradjaan Hindoe Madjapahit dibangun di Trowulan Mojokerto, Jawa Timur 1294 Masehi.
Perlawanan kekuasaan politik Islam terhadap Barat adalah karena imperialisme mereka yang hendak menjadikan rakyat Indonesia sebagai budak di tanah sendiri.
Muncul berbagai perlawanan kekuasaan politik Islam seperti Kesultanan Demak dan Kesultanan Aceh untuk merebut kembali Malaka, 1512 Masehi yang telah direbut oleh Imperialis Katolik Portoegis, Albuquerque 1511 Masehi. Kesultanan Cirebon oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati 1527 Masehi, Kesultanan Banten/Mataram oleh Sultan Agung 1613-1645 Masehi, Sultan Hasanuddin Makasar 1653-1669 Masehi, Pangeran Diponegoro 1825-1830 Masehi, Imam Bonjol Sumatera Barat 1821-1837 Masehi, Si Singamangaradja XII 1872-1907 Masehi.
Memasuki abad ke-20, 1900-1939 Masehi muncullah beberapa -Isme yang timbul pada masa kebangkitan kesadaran nasional Indonesia yang dipelopori oleh Nasionalisme Islam diikuti oleh –Isme kontranya:
1)ISLAMISME (memelopori bangkitnya kesadaran nasionalisme Islam seperti Djamiatoel Choir, Al-Irsjad, Sjarikat Dagang Islam, Sjarikat Islam, Persjarikatan Moehammadijah, Persjarikatan Oelama, Matla’oel Anwar, Nahdlatoel Oelama, Nahdlatul Wathan, Persatoean Moeslimin Indonesia dan Persatuan Islam;
2)DJAWANISME, TRADISIONALISME, KESOENDENISME (Boedi Oetomo, Serikat Prijaji, Igama Djawa Pasoendan, Seloso Kliwon-Taman Siswa;
3)KOMUNISME (Ide komunis internasional yaitu Perserikatan Kommunist di India (PKI) diikuti ide komunis nasional;
4)MARHAENISME (Perserikatan Nasional Indonesia/PNI); dan
5)KEBANGSAAN SEKULER (Partai Indonesia Radja/Parindra, Gerakan Rakjat Indonesia/Gerindo)
PERAN ULAMA DALAM GERAKAN KEBANGKITAN KESADARAN NASIONAL
Kondisi penjajahan dan penindasan yang telah dilakukan oleh Barat melahirkan pemahaman bagi rakyat Indonesia bahwa Islam identik dengan kebangsaan atau Nasionalisme, sedangkan imperialisme atau penjajahan itu identik dengan kristenisasi. Oleh karena itu, Islam menjadiSimbol Nasionalisme Bangsa Indonesia pada saat itu.
Sampai awal abad ke-20, masyarakat Indonesia hanya menganal huruf Arab Al Qur’an, huruf Arab Melayu, atau huruf daerah. Hal ini menunjukkan sebegitu kuatnya dampak pengaruh Ulama dan Pesantren sebagai lembaga pencerdas bangsa.
Menurut Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo dalam Pemberontakan Petani Banten 1888. Disebutkan di pulau Jawa terdapat sekitar 300 pesantren, kemudian kemasyuran dan daya tarik nasional yang melekat pada sebuah pesantren, sangat bergantung kepada reputasi gurunya. Ajaran pesantren telah meniadakan rasa etnoregional dan menjadikan Islam sebagai simbol gerakan nasional. Dengan kata lain, pengaruh ajaran ulama mengubah jiwa sukuisme atau rasisme menjadi nasionalisme.
Sjarikat Dagang Islam oleh para sejarawan Orde Lama dianggap sebagai pelopor Kebangkitan kembali kesadaran Nasional Indonesia
Hadji Samanhoedi (1868-1956) melalui Sjarikat Dagang Islam nya telah berhasil membangun pondasi yang kokoh untuk menjawab tantangan zamannya, hal ini karena suatu perubahan politik terjadi disebabkan pengaruh pasar. Hal demikian sekaligus merupakan pengulangan kembali sejarah, dimana keberhasilan Islam masuk ke Nusantara dan cepatnya proses perkembangannya karena penguasaan pasar dan pemasarannya.
Realitas sejarah tentang adanya eksistensi kekuasaan politik Islam di Nusantara semenjak abad ke-9 hingga 20 Masehi digunakan oleh para ulama dan santri untuk menyadarkan kembali kebangkitan politik umat Islam Indonesia. Hal ini dilakukan melalui pembantukan organisasi modern sebagai wahana mobilitas dan mendinamikakan semangat juang umat Islam Indonesia.
Organisasi Modern tersebut diantaranya Hadji Samanhoedi dengan Sjarikat Dagang Islam (SDI) 1905; Oemar Said Tjokroaminoto dengan Sjarikat Islam 1912 yang sebelumnya telah berdiri di Surakarta pada 1906; Sajid Al Fachir bin Abdurrahman Al Masjhoer mencerdaskan umat melalui Djamiat Choir 1905; K.H. Achmad Dahlan dengan Persjarikatan Moehammadijah 1912; K.H. Abdoel Halim dengan Persjarikatan Oelama 1915; K.H.M. Jasin dengan Mathla’ul Anwar; Moehammad Joenoes bersama Hadji Zamzam dengan Persatoean Islam 1923; K.H. Hasjim Asj’ari dengan Nahdlatul Oelama 1926 dan masih banyak lagi.
Rapat Akbar Sjarikat Islam di Surabaya 1913 menghasilkan keputusan didirikannya Centraal Sjarikat Islam (CSI) di Surabaya, Yogyakarta, dan Bandung sebagai organisasi politik dengan tuntutan politiknya adalah dengan mendirikan Pemerintaha sendiri atau Indonesia Merdeka.
Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, Hadjie Agoes Salim, Abdoel Moeis, dan Wignjadisastra memelopori istilah Nasional melalui National Congres Centraal Sjarikat Islam Pertama – 1e Natico di Gedung Concordia atau Gedung Merdeka Bandung 1916
National Congres Centraal Sjarikat Islam Pertama (1e Natico) di Bandung dihadiri oleh 80 Sjarikat Islam local dengan anggota 860.000 orang. National Congres Centraal Sjarikat Islam Kedua (2e Natico) di Jakarta dihadiri oleh 71 Sjarikat Islam local dengan anggota 825.000 orang. National Congres Centraal Sjarikat Islam Ketiga (3e Natico) di Surabaya dihadiri oleh 87 Sjarikat Islam local dengan anggota 450.000 orang. National Congres Centraal Sjarikat Islam Keempat (4e Natico) di Surabaya dihadiri oleh 83 Sjarikat Islam local dengan anggota 2.500.000 orang.
National Congres Centraal Sjarikat Islam di Madiun 1923 menghasilkan keputusan pemberlakuan Disiplin Partai dan perubahan Sjarikat Islam menjadi Partai Sjarikat Islam. Dengan demikian Sjarikat Islam menjadi pelopor pertama pendirian Partai Politik dari kalangan Pribumi disusul oleh PKI 1924 dan PNI 1928.
Antara 1905 sampai 1928 di Pulau Jawa dan Sumatera telah berdiri beberapa organisasi yang benar-benar berakar di tengah masyarakat antara lain:
Sjarikat Dagang Islam pimpinan Hadji Samanhoedi 1905 dan Sjarikat Islam 1906 kemudian pimpinannya diserahkan kepada Oemar Said Tjokroaminoto di Surabaya pada tahun 1912.
Persjarikatan Moehammadijah pimpinan Kiai Hadji Achmad Dahlan di Yogyakarta pada 1912
Hajatoel Qoeloeb pada 1915 yang kemudian berubah nama menjadi Persjarikatan Oelama pimpinan Kiai Hadji Abdoelhalim di Majalengka 1917
Djamiah Nahdlatul Wathon pimpinan Wahab Chasboellah dan Mas Mansoer di Surabaya 1916, kemudian menjadi Djami’ah Nahdlatul Oelama pimpinan Rois Akbar K.H. Hasjim Asj’ari pada 1926
Matlaoel Anwar pimpinan Hadji Mohammad Jasin di Menes, setelah Nahdlatul Oelama berdiri 1926, namanya berubah menjadi Matlaoel Anwar Lil Nahdlatul Oelama
Persatoean Islam pimpinan Hadji Mohammad Joenoes dan Hajdi Zamzam pada 1923 di Bandung. Kelanjutannya A. Hassan dikenal sebagai Guru Utama Persatuan Islam
Jong Islamieten Bond 1925 pimpinan R. Samsoeridjal dan pemimpin pemogokan buruh dari Centraal Sjarikat Islam
Perlu diperhatikan bahwa kesemua organisasi tersebut telah ada jauh sebelum adanya Soempah Pemoeda 1928.
lanjut bawah
Diubah oleh gebolextreme 15-08-2016 17:12
0
5.8K
Kutip
23
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan