Hujan tak lagi romantis tanpa kamu! Hujan hanya hujan sejak hari itu. Hujan bukan lagi bahan untuk mebuka percakapan. Hujan bukan lagi saat kamu genggam tanganku. Dan hujan bukan lagi kamu yang tiba tiba datang bawa jaket saat aku bilang "aku dipinggir jalan ini, bajuku basah. Jadi gk jadi pergi sama temen temen" aku yg gk berharap sama sekali kamu datang karna habis itu hp ku mati. Dan ternyata kamu datang.
Kamu datang bawa jaket dan kopi.
"Tau dari mana aku disini?" Tanyaku
"Nebak. Aku tanya temen temenmu gk ada yg tau kamu dimana."
Dan bener. Besoknya mereka heboh tentang kamu yang ganggu mereka nonton cuma karna nyariin aku haha.

Hujan berbeda sejak aku pergi.
Ya, bodoh kan aku pergi dari kamu? Sekarang aku terjebak dalam awan mendung menunggu hujan yang sama. Hujan yang tentang kamu.
Bukannya aku berharap, karna harapan itu semakin hari semakin tipis. Semakin menyesakkan.
Aku yang pergi dan aku yang merindu.
Aku yang pergi dan aku yang menunggu.
Aku memang belum cukup dewasa kaya katamu.
Berharap sesak ini hilang setiap tahunnya, tapi ini sudah tahun ke 6 dan semakin menyakitkan terkadang!

Hari itu pertama kalinya kamu gk balas chatku.
Biasanya kamu selalu ada. Seberusahanya aku nyuekin kamu, sesukanya aku datang dan pergi, semaunya aku jalan sama orang lain. Tapi kamu selalu ada saat aku butuh! Dan gk lagi sejak hari itu!
Sampai sekarang aku masih menunggu kamu memulai!
Karna aku terlalu gengsi untuk itu.
Atau kamu sudah gk ada hasrat untuk memulai?
Apa kamu sudah capek main dengan hujan dimana ada aku disitu?
Iya kamu bilang aku sama kaya hujan.
Datang pergi semaunya.
Tapi kan kamu yang bilang, meskipun hujan akan pergi kamu percaya hujan pasti datang lagi. Meski kamu harus menunggu dalam mendung.
Dan sekarang.
Kamu yang buat aku menunggu dalam mendung.
Hujan memang datang. Tapi gk ada kamu didalamnya.
Sekalipun aku menunggu dipinggir jalan dengan baju yang basah.
Hujan tidak pernah membawamu datang dengan jaket dan kopi.