- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tugu Bener, Sejarah Yang Terlupakan
TS
tts123
Tugu Bener, Sejarah Yang Terlupakan
Selamat Malam/Pagi/Siang/Sore Semuanya
Jika melakukan perjalanan dari Magelang ke Purworejo atau sebaliknya dari Purworejo anda akan melewati suatu Bangunan yang menjulang disisi Barat jalan. Bentuknya semacam Tugu yang besar dan tulisan 1862 yang besar dan nampak dari kejauhan.
Quote:
Jalan raya Purworejo-Magelang merupakan salah satu karya besar RAA Cokronagoro I. Jalan dengan panjang lebih kurang 40 kilomater itu sampai sekarang tetap dijadikan jalur utama. Semula jalan Purworejo-Magelang akan dibangun lewat Kaligesing.
Dari arah Kaligesing menuju Boronudur dan kemudian masuk Magelang. Alasanya, pada waktu itu karena di daerah timur Sungai Bogowonto sudah cukup ramai. Jauh lebih ramai dibanding Purworejo menuju utara lewat Geger Menjangan. Tetapi pembanguan jalan Purworejo-Magelang lewat Kaligesing akhirnya dibatalkan karena ada beberapa persoalan.
Diantaranya, daerah Kaligesing menuju Borobudur harus melewati jalan yang sangat menanjak dan banyak jurang terjal. Selain itu faktor gangguan keamanan juga menjadi salah satu penyebabnya. Pada waktu itu memang masih banyak gerombolan pengacau keamanan yang diduga dilakukan oleh sisa-sia pengikut setia Pangeran Diponegoro. RAA Cokronagoro sendiri pada waktu itu juga agak keberatan bila jalan Purworejo-Magelang lewat Geger Menjangan.
Sebab untuk melewati Geger Menjangan harus mendaki bukit yang cukup tinggi. Sementara sarana transportasi yang ada pada waktu itu hanya dokar dan pedati. Dikhawatirkan baik dokar maupun pedati tidak sanggup melewati bukit Geger Menjangan. Namun demikian, setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya pembangunan jalan tersebut tetap melintasi Geger Menjangan.
Untuk memperingati pembangunan jalan Purworejo-Magelang dibangun tugu peringatan yang terletak di Desa Bener Krajan, Kecamatan Bener, Purworejo. Tugu peringatan itu dibangun diatas tanah seluas 36 meter persegi. Sayangnya tugu peringatan tersebut kini kondisinya kurang terawat dan semakin tertutup dengan banyaknya pemukiman penduduk. Bentuk bangunan tersebut oblish persegi, dengan tubuh tugu meruncing bagian atas lebih kecil.
Mungkin orang tidak begitu memperhatikan bangunan ini, meskipun sangat eye catching karena sudah sangat terbiasa setiap hari melihatnya atau karena tidak peduli. Padahal bangunan ini sangat bersejarah dan behubungan dengan perkembangan Indonesia. Terutama hubungan antar wilayah terutama di Jawa Tengah dan eks karesidenan Kedu yg sekarang meliputi wilayah kodya Magelang, kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten purworejo sendiri
Inilah prasasti yang tertulis di tubuh Tugu atau dalam bahasa belanda De Pall. Ditulis dengan bahasa Belanda dan meski tidak terawat dan telah berumur ratusan tahun masih jelas terbaca. Dengan kalimat sebagai berikut:
“Deze weg is daargesteld onder het bestuur der Residen van Bagelen Jonkh JGOS Don Schmidt Auf Altenstadt En R De Filletaz Bousqet En onder mederwerking van Raden Adipati Tjokronegoro Regent van Purworejo In de jarem 1845-1850”.
Dalam bahasa Indonesia bia diartikan demikian:“Jalan ini sudah dibangun beberapa tahun lalu, ketika Karesidenan Bagelen diperintah oleh Jonkh JGOS Don Schmidt setelah menugaskan R De Filletaz Bousqet dan jalan dikerjakan oleh Raden Adipati Tjokronegoro Bupati Purworejo pada tahun 1845-1850”
Pada sisi bagian atas Tugu terdapat angka 1862 yang merupakan tahun saat tugu ini didirikan. lokasi Tugu ini ada di desa Desa Bener Krajan, Kecamatan Bener, Purworejo. Sebenarnya tugu peringatan inidibangun diatas tanah seluas 36 meter persegi, tetapi karena tidak terawat sehinga akhirnya tertutup Bangunan penduduk.
Dari arah Kaligesing menuju Boronudur dan kemudian masuk Magelang. Alasanya, pada waktu itu karena di daerah timur Sungai Bogowonto sudah cukup ramai. Jauh lebih ramai dibanding Purworejo menuju utara lewat Geger Menjangan. Tetapi pembanguan jalan Purworejo-Magelang lewat Kaligesing akhirnya dibatalkan karena ada beberapa persoalan.
Diantaranya, daerah Kaligesing menuju Borobudur harus melewati jalan yang sangat menanjak dan banyak jurang terjal. Selain itu faktor gangguan keamanan juga menjadi salah satu penyebabnya. Pada waktu itu memang masih banyak gerombolan pengacau keamanan yang diduga dilakukan oleh sisa-sia pengikut setia Pangeran Diponegoro. RAA Cokronagoro sendiri pada waktu itu juga agak keberatan bila jalan Purworejo-Magelang lewat Geger Menjangan.
Sebab untuk melewati Geger Menjangan harus mendaki bukit yang cukup tinggi. Sementara sarana transportasi yang ada pada waktu itu hanya dokar dan pedati. Dikhawatirkan baik dokar maupun pedati tidak sanggup melewati bukit Geger Menjangan. Namun demikian, setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya pembangunan jalan tersebut tetap melintasi Geger Menjangan.
Untuk memperingati pembangunan jalan Purworejo-Magelang dibangun tugu peringatan yang terletak di Desa Bener Krajan, Kecamatan Bener, Purworejo. Tugu peringatan itu dibangun diatas tanah seluas 36 meter persegi. Sayangnya tugu peringatan tersebut kini kondisinya kurang terawat dan semakin tertutup dengan banyaknya pemukiman penduduk. Bentuk bangunan tersebut oblish persegi, dengan tubuh tugu meruncing bagian atas lebih kecil.
Mungkin orang tidak begitu memperhatikan bangunan ini, meskipun sangat eye catching karena sudah sangat terbiasa setiap hari melihatnya atau karena tidak peduli. Padahal bangunan ini sangat bersejarah dan behubungan dengan perkembangan Indonesia. Terutama hubungan antar wilayah terutama di Jawa Tengah dan eks karesidenan Kedu yg sekarang meliputi wilayah kodya Magelang, kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten purworejo sendiri
Inilah prasasti yang tertulis di tubuh Tugu atau dalam bahasa belanda De Pall. Ditulis dengan bahasa Belanda dan meski tidak terawat dan telah berumur ratusan tahun masih jelas terbaca. Dengan kalimat sebagai berikut:
“Deze weg is daargesteld onder het bestuur der Residen van Bagelen Jonkh JGOS Don Schmidt Auf Altenstadt En R De Filletaz Bousqet En onder mederwerking van Raden Adipati Tjokronegoro Regent van Purworejo In de jarem 1845-1850”.
Dalam bahasa Indonesia bia diartikan demikian:“Jalan ini sudah dibangun beberapa tahun lalu, ketika Karesidenan Bagelen diperintah oleh Jonkh JGOS Don Schmidt setelah menugaskan R De Filletaz Bousqet dan jalan dikerjakan oleh Raden Adipati Tjokronegoro Bupati Purworejo pada tahun 1845-1850”
Pada sisi bagian atas Tugu terdapat angka 1862 yang merupakan tahun saat tugu ini didirikan. lokasi Tugu ini ada di desa Desa Bener Krajan, Kecamatan Bener, Purworejo. Sebenarnya tugu peringatan inidibangun diatas tanah seluas 36 meter persegi, tetapi karena tidak terawat sehinga akhirnya tertutup Bangunan penduduk.
Spoiler for Penampakan:
Spoiler for Direnovasi:
Quote:
Setelah bertahun-tahun tak terurus, tugu bersejarah yang berdiri di Desa Bener Krajan, Kecamatan Bener akhirnya direnovasi.
Proses renovasi dilakukan dengan membersihkan lumut dan rumput liar yang tumbuh di sekitar Tugu Prasasti, tanpa mengubah bentuk aslinya. Setelah dibersihkan, tugu tersebut kemudian dicat agar tampak lebih bersih.
Inisiator renovasi Tugu Prasasti Bener, Joko Winangun yang juga menjabat sebagai kasi Jalan BPT Bina Marga Wilayah Magelang mengaku, tersentuh untuk memperbaiki tugu itu karena terlihat kumuh dan kotor tak terawat.
Padahal, bangunan tersebut merupakan simbol kejayaan pemerintah pada masa itu saat membangun jalan Purworejo – Magelang pada 1845-1850. ‘’Saya tidak memiliki niat apa-apa, kecuali ingin merawat prasasti ini. Perbaikan ini saya lakukan atas nama pribadi,’’ tuturnya, Senin (2/5).
Menurut salah satu warga Desa Bener Krajan, Syarif (40) mengatakan, diperkirakan renovasi itu merupakan kali ketiga dilakukan sejak prasasti itu dibangun. Proses renovasi hanya dilakukan dengan membersihkan tugu tanpa merubah bentuk aslinya. ‘’Ya, dulu memang sudah pernah ada yang memperbaiki, tapi tahunnya saya sudah lupa,’’ katanya. Dia mengungkapkan, bangunan bersejarah yang dibuat pada 1862 itu dulu menjadi salah satu tujuan wisatawan mancanegara.
Saat ada turis melintas di jalan tersebut, mereka selalu berhenti dan foto bersama di bawah tugu. ‘’Waktu saya masih SD, banyak turis yang mampir ke tugu ini. Tapi sekarang sudah sangat jarang. Mungkin karena tertutup pohon dan bangunan SD Bener yang ada di selatan tugu,’’ ujarnya.
Butuh Perhatian
Syarif mengaku, tugu tersebut kini direnovasi oleh Joko Winangun. Pihaknya berharap, tugu bersejarah itu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah agar lebih terjaga. ‘’Kalau tidak diperhatikan, tugu ini mungkin bisa rusak,’’ katanya.
Warga lain, Turimen (90) mengatakan, tugu tersebut dibangun setelah pembuatan jalur Purworjeo-Magelang selesai dilakukan. ‘’Prasasti tugu ini sebagai pertanda adanya pembangunan jalan Zaman Belanda. Dulu jalan itu merupakan jalur utama rute tentara Belanda menuju Magelang atau sebaliknya,’’ kisahnya.
Pada prasasti itu terdapat tulisan berbahasa Belanda ‘’Deze weg is daargesteld onder het bestuur der Residen van Bagelen Jonkh JGOS Don Schmidt Auf Altenstadt En R De Filletaz Bousqet En onder mederwerking van Raden Adipati Tjokronegoro Regent van Purworejo In de jarem 1845-1850”. Pada sisi bagian atas tugu terdapat angka 1862 yang merupakan tahun saat tugu itu didirikan. ‘’Kami menyambut baik perbaikan tugu ini,’’ tuturnya. (K42-42)
Proses renovasi dilakukan dengan membersihkan lumut dan rumput liar yang tumbuh di sekitar Tugu Prasasti, tanpa mengubah bentuk aslinya. Setelah dibersihkan, tugu tersebut kemudian dicat agar tampak lebih bersih.
Inisiator renovasi Tugu Prasasti Bener, Joko Winangun yang juga menjabat sebagai kasi Jalan BPT Bina Marga Wilayah Magelang mengaku, tersentuh untuk memperbaiki tugu itu karena terlihat kumuh dan kotor tak terawat.
Padahal, bangunan tersebut merupakan simbol kejayaan pemerintah pada masa itu saat membangun jalan Purworejo – Magelang pada 1845-1850. ‘’Saya tidak memiliki niat apa-apa, kecuali ingin merawat prasasti ini. Perbaikan ini saya lakukan atas nama pribadi,’’ tuturnya, Senin (2/5).
Menurut salah satu warga Desa Bener Krajan, Syarif (40) mengatakan, diperkirakan renovasi itu merupakan kali ketiga dilakukan sejak prasasti itu dibangun. Proses renovasi hanya dilakukan dengan membersihkan tugu tanpa merubah bentuk aslinya. ‘’Ya, dulu memang sudah pernah ada yang memperbaiki, tapi tahunnya saya sudah lupa,’’ katanya. Dia mengungkapkan, bangunan bersejarah yang dibuat pada 1862 itu dulu menjadi salah satu tujuan wisatawan mancanegara.
Saat ada turis melintas di jalan tersebut, mereka selalu berhenti dan foto bersama di bawah tugu. ‘’Waktu saya masih SD, banyak turis yang mampir ke tugu ini. Tapi sekarang sudah sangat jarang. Mungkin karena tertutup pohon dan bangunan SD Bener yang ada di selatan tugu,’’ ujarnya.
Butuh Perhatian
Syarif mengaku, tugu tersebut kini direnovasi oleh Joko Winangun. Pihaknya berharap, tugu bersejarah itu mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah agar lebih terjaga. ‘’Kalau tidak diperhatikan, tugu ini mungkin bisa rusak,’’ katanya.
Warga lain, Turimen (90) mengatakan, tugu tersebut dibangun setelah pembuatan jalur Purworjeo-Magelang selesai dilakukan. ‘’Prasasti tugu ini sebagai pertanda adanya pembangunan jalan Zaman Belanda. Dulu jalan itu merupakan jalur utama rute tentara Belanda menuju Magelang atau sebaliknya,’’ kisahnya.
Pada prasasti itu terdapat tulisan berbahasa Belanda ‘’Deze weg is daargesteld onder het bestuur der Residen van Bagelen Jonkh JGOS Don Schmidt Auf Altenstadt En R De Filletaz Bousqet En onder mederwerking van Raden Adipati Tjokronegoro Regent van Purworejo In de jarem 1845-1850”. Pada sisi bagian atas tugu terdapat angka 1862 yang merupakan tahun saat tugu itu didirikan. ‘’Kami menyambut baik perbaikan tugu ini,’’ tuturnya. (K42-42)
Suara Merdeka
Untuk foto setelah direnovasi belum ada gan, tapi kemaren saya sempet lewat dan sekarang sudah terliah bagus.
SUMUR 1
SUMUR 2
Terimakasih Sudah Membaca
0
9K
Kutip
27
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan