- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Catatan Perjalanan OANC
[CATPER] Sanghyang Heuleut


TS
angelkanija
[CATPER] Sanghyang Heuleut
Quote:
Ini adalah catatan perjalanan saya menuju Sanghyang Heuleut. Baru pertama kali sih bikin catatan perjalanan ini, jadi harap koreksiannya

Perjalanan : Kamis, 11 Agustus 2016.
Kota Bandung (St. Kiaracondong) > (St.Cilame) Sanghyang Heuleut
Spoiler for Perjalanan:
Perjalanan dari Kota Bandung menuju Sanghyang Heuleut
Quote:
Ini adalah perjalanan pertama saya dan teman SD saya menuju Sanghyang Heuleut, yang menyarankan perjalanan ini sih teman saya, --Mayang--, tapi sangat disayangkan dia tidak ikut jadi kita katakanlah "Buta Arah".
Mayang menyarankan kami untuk berangkat dari Stasiun Kiaracondong menuju Stasiun Rajamandala karena katanya lebih dekat dari Rajamandala dibandingkan Padalarang. Kami mengikuti sarannya, kereta pertama menuju Stasiun Rajamandala datang pada pukul 7.02 pagi. Namun sayang sekali kami harus ditinggal kereta karena telat sampai Stasiun, akhirnya kami menanyakan kereta menuju Sanghyang Heuleut ke mbaknya, katanya pukul 8 ada kereta menuju Sanghyang Heuleut. Lalu, sang penjaga mengatakan kalau turun di Cilame (Via Kircon-Purwakarta) bisa lebih dekat kesana, kami pun mengiyakan, tapi ternyata itu keputusan yang salah
.
Kami akhirnya berangkat menuju Cilame pada pukul 8 pagi, kereta terpantau sepi, mungkin karena masih pagi. Kalau saya pribadi sih ikut trip ini karena ingin naik keretanya aja
, kalau soal ke Sanghyang Heuleutnya gimana nanti. Saat sampai di Stasiun Padalarang, kereta berhenti cukup lama, padahal setelah Padalarang itu sampai Cilame. Setelah 20-30 menit menunggu, akhirnya kereta berangkat menuju Cilame. Pemandangan yang disuguhkan dari jendela kereta cukup menyanjung, ada jalan tol, persawahan dan pemandangan hijau lainnya.
Sesampainya di Cilame, kami bertanya jalan pada orang sekitar, mereka menyarankan untuk jalan dulu sampai jalan besar lalu naik angkot sampai Orion (kalau tak salah tulis), sampai di Orion naik angkot menuju perempatan Saguling. Sepanjang jalan sih jalanannya ngga begitu bagus, banyak bebatuannya. Lalu, sesampainya di jalan besar, kami menaiki angkot berwarna kuning, teman saya bertanya-tanya jalan pada bapak supir, dan katanya "kenapa turun di Cilame? Padahal dari Padalarang lebih deket" seketika ingin berkata kasar, nuhun mba yang di stasiun
8000 sama 4000 teh da ngga lumayan ngga. Karena kebuta arahan kami, bapak supir ini menawarkan jasa carter ke perempatan Saguling dengan biaya Rp. 10.000 perorang, kami mengiyakan. Perjalanannya lumayan lama, sekitar 30 menit tanpa hambatan.
Sesampainya di perempatan Saguling, kami sudah ditodongi pertolongan oleh mang ojek disana. Kata Mia, perjalannya masih jauh dan ngga ada angkot, jadi mau ngga mau kita naik ojek. Rp. 20.000 ribupun melayang. Saat perjalanan, saya dan teman saya terpisah dengan 4 teman saya yang lain. Saya berhenti di pintu masuk jalur PLTA Saguling (Sweet Jar), sementara teman saya yang lain berhenti di pintu masuk jalur Batu Akik, dan sekali lagi, keputusan yang kita ambil kembali salah
. Feeling saya bersihkeras kalau jalan PLTA Saguling lebih mending dibandingkan via Batu Akik, karena kata mang ojeknya, jalur Batu Akik lebih berat dan ngga recommended buat perempuan, tapi gatau kenapa akhirnya saya ngalah. Saya dan teman saya pun menyusul ke Batu Akik.
Sesampainya di Batu Akik, ada 3 teman saya yang lain menyusul pakai motor, gak disangka perjalanan mereka lebih singkat dibandingkan perjalanan kami. Disana, kami makan dulu, karena takut di Sanghyang Heuleutnya bakal mahal. Di warung Batu Akik cuman jual makanan yang mudah, seperti Mie, dan jajanan. Nasi sih ada, cuman lauknya aja yang ga ada. Skip, sebelum masuk kita harus bayar Rp. 5.000/orang dan Rp.10.000/Motor, tak lupa juga kita isi biodata salah seorang perwakilan dari kami seperti nama, asal tempat, no.telp dsb. Sehabis itu kitapun caw!
Mayang menyarankan kami untuk berangkat dari Stasiun Kiaracondong menuju Stasiun Rajamandala karena katanya lebih dekat dari Rajamandala dibandingkan Padalarang. Kami mengikuti sarannya, kereta pertama menuju Stasiun Rajamandala datang pada pukul 7.02 pagi. Namun sayang sekali kami harus ditinggal kereta karena telat sampai Stasiun, akhirnya kami menanyakan kereta menuju Sanghyang Heuleut ke mbaknya, katanya pukul 8 ada kereta menuju Sanghyang Heuleut. Lalu, sang penjaga mengatakan kalau turun di Cilame (Via Kircon-Purwakarta) bisa lebih dekat kesana, kami pun mengiyakan, tapi ternyata itu keputusan yang salah

Kami akhirnya berangkat menuju Cilame pada pukul 8 pagi, kereta terpantau sepi, mungkin karena masih pagi. Kalau saya pribadi sih ikut trip ini karena ingin naik keretanya aja

Sesampainya di Cilame, kami bertanya jalan pada orang sekitar, mereka menyarankan untuk jalan dulu sampai jalan besar lalu naik angkot sampai Orion (kalau tak salah tulis), sampai di Orion naik angkot menuju perempatan Saguling. Sepanjang jalan sih jalanannya ngga begitu bagus, banyak bebatuannya. Lalu, sesampainya di jalan besar, kami menaiki angkot berwarna kuning, teman saya bertanya-tanya jalan pada bapak supir, dan katanya "kenapa turun di Cilame? Padahal dari Padalarang lebih deket" seketika ingin berkata kasar, nuhun mba yang di stasiun

Sesampainya di perempatan Saguling, kami sudah ditodongi pertolongan oleh mang ojek disana. Kata Mia, perjalannya masih jauh dan ngga ada angkot, jadi mau ngga mau kita naik ojek. Rp. 20.000 ribupun melayang. Saat perjalanan, saya dan teman saya terpisah dengan 4 teman saya yang lain. Saya berhenti di pintu masuk jalur PLTA Saguling (Sweet Jar), sementara teman saya yang lain berhenti di pintu masuk jalur Batu Akik, dan sekali lagi, keputusan yang kita ambil kembali salah

Sesampainya di Batu Akik, ada 3 teman saya yang lain menyusul pakai motor, gak disangka perjalanan mereka lebih singkat dibandingkan perjalanan kami. Disana, kami makan dulu, karena takut di Sanghyang Heuleutnya bakal mahal. Di warung Batu Akik cuman jual makanan yang mudah, seperti Mie, dan jajanan. Nasi sih ada, cuman lauknya aja yang ga ada. Skip, sebelum masuk kita harus bayar Rp. 5.000/orang dan Rp.10.000/Motor, tak lupa juga kita isi biodata salah seorang perwakilan dari kami seperti nama, asal tempat, no.telp dsb. Sehabis itu kitapun caw!
Spoiler for Jembatan di Cilame:
![[CATPER] Sanghyang Heuleut](https://s.kaskus.id/images/2016/08/14/7670620_201608140432570513.jpg)
Spoiler for via Batu Akik:
Kondisi Jalur Batu Akik
Quote:
Baru beberapa langkah, kami sudah disambut oleh jurang yang tertutupi pepohonan disebelah kanan. Kita berjalan mengikuti tanda panah merah yang digambar di gypsum dan yang digambar di pohon. Jalan setapak ini mula-mulanya sih ngga begitu berat, dan penunjuk jalannya pun masih jelas. Semakin kemari, jalananan semakin curam ke bawah, tanda jalan tak ada, kalau ada jalan yang curam paling hanya ditutupi batang pohon, cuman enaknya sih ngga begitu terkena sorot matahari karena tertutupi dedaunan pohon yang rimbun. Makin kebawah, jalanannya berpasir dan penuh daun kering, jadi sulit untuk berpijak, bahkan bisa sampai terpeleset, saya sendiri sudah jatuh terduduk lebih dari 3 kali. Jika agan sista mau coba jalan ini boleh, tapi harus hati-hati, karena jalan yang sulit dilewati serta disisinya yang curam. Ada juga beberapa jalan yang memakai batang pohon sebagai gantinya. Harap perhatikan benda yang ingin dijadikan pegangan karena disanapun terdapat banyak tumbuhan berduri. Kami pun semakin dekat seiring dengan terdengarnya suara air dan teriakan. Saya tidak begitu ingat estimasi waktunya, tapi kata teman saya 30-45 menitan ada. Dan ya, akhirnya kami sampai juga di Sanghyang Heuleut!
Spoiler for Batu Akik, belum susah:
![[CATPER] Sanghyang Heuleut](https://s.kaskus.id/images/2016/08/14/7670620_201608140441140512.jpg)
Spoiler for Sanghyang Heuleut:
Sanghyang Heuleut
Quote:
Sanghyang Heuleut ini adalah kolam air di tengah hutan dan bukit, tempat ini dipenuhi batu super besar yang berwarna keabu-abuan. Soal warna air, warna aslinya sih hijau tosca, cuman kalau banyak yang berenang warnanya jadi agak coklat. Dipesisir kolam juga terdapat begitu banyak kerikil, dan di dasar air terdapat tanah liat. Ada banyak bagian-bagian kolam disana, kalau yang saya dan teman saya renangi sih tergolong dangkal, ngga sampai 2 meter. Disini agan sista juga bisa loncat dari batu yang tinggi banget, sekitar 10-15 meteran, dan airnya pun memiliki kedalaman 2-10 meteran. Tapi untuk sampai tebing nan tinggi tersebut agan-sista harus memanjati tumpukan batu besar yang terjal.
Soal tempat, disana cukup ramai, kami bahkan sampai heran karena sekumpulan cewe berhijab plus rok panjang bisa sampai sini, malah ada yang bawa bayi. Disitu kami semua berpikir bahwa kami memang dikerjai mang ojek dengan lewat jalur yang ngga biasa. Disana ada yang jualan makanan dan minuman, untuk tempat shalat juga ada, tapi untuk tempat ganti baju saya ngga tahu dimana. Sempat dikasih tau sama ibu-ibu yang jaga warung, katanya ada tempat ganti baju didekat sungai kecil di belakang warung, tapi setelah kesana-sini ngga nemu-nemu. Alhasil saya ganti baju dipojokan dengan ditutupi sarung doang
Haripun semakin sore, orang-orang udah pada ngga ada alias cuman kita doang. Kita memutuskan balik jam 2.45 melewati jalur lain yaitu PLTA Saguling. Saat kami mau balik, tak disangka ada bapak-bapak yang menawarkan mobilnya untuk mengantarkan kami turun ke perempatan Saguling tadi, karena kondisi yang udah kaya hopeless dan gamau ketemu tukang ojeg lagi, kamipun akhirnya setuju dengan si bapak. Rp. 20.000? melayang lagi
Soal tempat, disana cukup ramai, kami bahkan sampai heran karena sekumpulan cewe berhijab plus rok panjang bisa sampai sini, malah ada yang bawa bayi. Disitu kami semua berpikir bahwa kami memang dikerjai mang ojek dengan lewat jalur yang ngga biasa. Disana ada yang jualan makanan dan minuman, untuk tempat shalat juga ada, tapi untuk tempat ganti baju saya ngga tahu dimana. Sempat dikasih tau sama ibu-ibu yang jaga warung, katanya ada tempat ganti baju didekat sungai kecil di belakang warung, tapi setelah kesana-sini ngga nemu-nemu. Alhasil saya ganti baju dipojokan dengan ditutupi sarung doang

Haripun semakin sore, orang-orang udah pada ngga ada alias cuman kita doang. Kita memutuskan balik jam 2.45 melewati jalur lain yaitu PLTA Saguling. Saat kami mau balik, tak disangka ada bapak-bapak yang menawarkan mobilnya untuk mengantarkan kami turun ke perempatan Saguling tadi, karena kondisi yang udah kaya hopeless dan gamau ketemu tukang ojeg lagi, kamipun akhirnya setuju dengan si bapak. Rp. 20.000? melayang lagi
Spoiler for Kolam Dangkal Sanghyang Heuleut:
![[CATPER] Sanghyang Heuleut](https://s.kaskus.id/images/2016/08/14/7670620_201608140438400132.jpg)
Spoiler for Batu terjal:
![[CATPER] Sanghyang Heuleut](https://s.kaskus.id/images/2016/08/14/7670620_201608140439280976.jpg)
Spoiler for Kolam dalam:
![[CATPER] Sanghyang Heuleut](https://s.kaskus.id/images/2016/08/14/7670620_201608140440190899.jpg)
Spoiler for via PLTA Saguling:
Kondisi Jalur PLTA Saguling
Quote:
Kondisi jalur pulang kami terbilang mudah untuk dilewati. Kalau jalan tadi curam ke bawah, teduh dan jalan berpasir, kali ini justru kebalikannya. Jalan yang kami lewati ini banyak bebatuan besar, mendaki dan kena cahaya matahari langsung. Disisi jalan juga terdapat aliran air dari Sanghyang Heuleut tadi. Ada sebuah spot foto bagus, yang mana tumbuhan melengkung membentuk terowongan. Bukan cuman itu sih, ada juga batu raksasa yang bisa kita jadikan tempat berteduh. Terus ada juga jembatan dari kayu untuk menyebrangi sungai, dibandingkan jalur Batu Akik sih disini lebih banyak tempat istirahat semacam saung yang terbuat dari kayu dan bambu. Entah emang udah kecapean atau apa tapi perjalanan pulang ini emang kayanya sama aja sama yang tadi. Banyaknya tanjakan serta batu yang harus dinaiki bikin kita ngos-ngosan, bahkan teman cowo saya yang badannya besar sampai terduduk-duduk. Kami juga ditinggal oleh si bapak pemandu dan 2 teman kami yang lain karena kebanyakan istirahat. Sepanjang jalan yang kita naiki, kita semua cuman bisa ngeluh, "nuhun", "kapan sampainya?", "kalau pingsan gimana", "minta air", "sampai rumah bobo", serta "besok ngga akan kemana-mana".
Sampai diujung jalan kita disambut oleh pemandangan yang miring-miring gitu hahaha. Maksud saya, kita sudah tidak lagi bertemu hutan-hutanan, melainkan aspal yang diagonal. Ditempat ini juga terdapat dua pipa air milik PLTA. Karena miring, tempat ini bisa dijadikan spot foto yang bagus kok, kalau berdiri kita bisa jadi ya semacam ala-ala Michael Jackson gitu, miring! Kita semua duduk dulu sebentar sambil memandangi gunung dan sunset, sebetulnya sih udah capek banget. Setelah duduk-duduk, kitapun turun ke arah pipa menggunakan tangga. Kita diharuskan nunduk saat melewati pipa, saran saya sih jangan lama-lama banget foto-fotoan atau diam di kolong pipa oranye tersebut soalnya bisa bikin pusing, serius. Setelah melewati pipa, kita naik lagi pakai tangga dan naik kearah kanan mengikuti aspal hinggal sampailah di tanah datar. Lalu jalan mengikuti aspal lagi kesebelah kiri dan akhirnya kita sampai di portal PLTA Saguling! Tempat mang ojeg berhenti pas kita datang tadi
. Lalu ya akhirnya kita pulang naik mobil si bapak, lalu naik angkot kuning kearah Stasiun KA Padalarang. Saya sih gatau tapi pas itu hari kerja dan kita kena Traffic, hasilnya kita kebagian kereta jam 7.30 malam.
Sampai diujung jalan kita disambut oleh pemandangan yang miring-miring gitu hahaha. Maksud saya, kita sudah tidak lagi bertemu hutan-hutanan, melainkan aspal yang diagonal. Ditempat ini juga terdapat dua pipa air milik PLTA. Karena miring, tempat ini bisa dijadikan spot foto yang bagus kok, kalau berdiri kita bisa jadi ya semacam ala-ala Michael Jackson gitu, miring! Kita semua duduk dulu sebentar sambil memandangi gunung dan sunset, sebetulnya sih udah capek banget. Setelah duduk-duduk, kitapun turun ke arah pipa menggunakan tangga. Kita diharuskan nunduk saat melewati pipa, saran saya sih jangan lama-lama banget foto-fotoan atau diam di kolong pipa oranye tersebut soalnya bisa bikin pusing, serius. Setelah melewati pipa, kita naik lagi pakai tangga dan naik kearah kanan mengikuti aspal hinggal sampailah di tanah datar. Lalu jalan mengikuti aspal lagi kesebelah kiri dan akhirnya kita sampai di portal PLTA Saguling! Tempat mang ojeg berhenti pas kita datang tadi

Spoiler for Pipa:
![[CATPER] Sanghyang Heuleut](https://s.kaskus.id/images/2016/08/14/7670620_201608140444220510.jpg)
Spoiler for Saran dari saya:
Saran buat yang mau coba kesini
Quote:
Disini saya mau kasih sejumlah saran yang semoga bisa berguna buat agan sista yang mau coba main Sanghyang Heuleut.
1. Kalau agan sista pakai angkot dari Stasiun Padalarang ke perempatan Saguling, bayar Rp. 5.000 aja cukup kok.
2. Dari perempatan Saguling menuju lokasi ngga ada angkot, paling naik ojeg.
3. Untuk jalur Batu Akik, bagi saya sih jalur ini cukup buat yang suka naik turun gunung aja, soalnya treknya sulit. Kalau sial mungkin jatuh ke sisi dan ya habislah sudah. Jalur ini ngga disaranin buat yang pakai baju gaya-gayaan, soalnya ada kondisi dimana harus turun sambil merosot. Jalur ini juga ngga begitu disaranin buat yang ngga suka kengerian (?)
pokoknya jalur ini khusus buat agansista yang udah settingan mau menjelajah.
3. Jalur PLTA Saguling bisa untuk semua kok, kalau saya pas lewat situ lagi capek banget jadi kesannya kaya yang susah.
4. Bawa baju ganti dan handuk, serius, biar menjanjikan sama treknya yang ngga biasa. Kalau kesini ngga renang, kaya sedikit ngga berbalas gitu
5. Jangan pas musim hujan, kalau lewat Batu Akik pasti bakal susah banget banget banget dan membahayakan. Kalau lewat PLTA ngga akan bisa karena air sungai pasti meluap sehingga ngga ada jalan buat lewat.
6. Jangan bercanda bercandaan, ya mau dimanapun sih emang jangan bercanda.
7. Jangan lupa makan sebelum kesini
8. Bawa minum yang banyak
9. Silahkan kalau yang punya saran
taruh pejwan
1. Kalau agan sista pakai angkot dari Stasiun Padalarang ke perempatan Saguling, bayar Rp. 5.000 aja cukup kok.
2. Dari perempatan Saguling menuju lokasi ngga ada angkot, paling naik ojeg.
3. Untuk jalur Batu Akik, bagi saya sih jalur ini cukup buat yang suka naik turun gunung aja, soalnya treknya sulit. Kalau sial mungkin jatuh ke sisi dan ya habislah sudah. Jalur ini ngga disaranin buat yang pakai baju gaya-gayaan, soalnya ada kondisi dimana harus turun sambil merosot. Jalur ini juga ngga begitu disaranin buat yang ngga suka kengerian (?)

3. Jalur PLTA Saguling bisa untuk semua kok, kalau saya pas lewat situ lagi capek banget jadi kesannya kaya yang susah.
4. Bawa baju ganti dan handuk, serius, biar menjanjikan sama treknya yang ngga biasa. Kalau kesini ngga renang, kaya sedikit ngga berbalas gitu

5. Jangan pas musim hujan, kalau lewat Batu Akik pasti bakal susah banget banget banget dan membahayakan. Kalau lewat PLTA ngga akan bisa karena air sungai pasti meluap sehingga ngga ada jalan buat lewat.
6. Jangan bercanda bercandaan, ya mau dimanapun sih emang jangan bercanda.
7. Jangan lupa makan sebelum kesini
8. Bawa minum yang banyak
9. Silahkan kalau yang punya saran

Quote:
Sekian dari saya, kalau ada yang salah atau saran bisa disampaikan

Spoiler for BONUS! Nemu ini pas lagi capek capeknya:
![[CATPER] Sanghyang Heuleut](https://s.kaskus.id/images/2016/08/14/7670620_201608140446380761.jpg)
Minggu, 14 Agustus 2016
Thread
By
Angelkanija @ KASKUS
Diubah oleh angelkanija 14-08-2016 17:45
0
4.3K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan