SEJAK Ahok memutuskan lewat parpol untuk Pilgub DKI 2017, namanya habis dibully di medsos. Predikat mencla-mencle, kutuloncat sampai permainkan “Teman Ahok” ditimpakan kepada mantan Bupati Bangka Belitung itu. Sebetulnya Ahok meninggalkan jalur independen itu demi menyelamatkan nyawa Habiburrahman politisi Gerindra. Sebab jika ternyata kopi KTP yang dikumpulkan “Teman Ahok” mencapai 1 juta, Habiburrahman harus terjun dari Monas untuk menenuhi sumpahnya.

Politisi yang berubah-ubah sikap itu memang jamak. Dia tak merasa berdosa ketika berubah-ubah sikap. Sepanjang itu lebih menguntungkan langkah politiknya, pasti akan ditempuhnya. Maka salah jika beranggapan bahwa politisi itu akan selalu konsisten dan konsekwen. Kalau “dikongkon kesuwen” memang iya. Ahok ini misalnya, diminta menyetop reklamasi pulau G, tak jalan juga, bahkan sampai Menko Rizal Ramli out.

Dulu Ahok memilih jalur independen karena pesimis dapat dukungan parpol, dan ternyata “Teman Ahok” memfasilitasi. Mereka siap mengumpulkan kopi KTP DKI dari 532.000 yang seharusnya, hingga 1 juta. Banyak yang mencibir tekad pendukung Ahok ini, bahkan politisi Gerindra Habiburrohman siap terjun dari Monas jika Teman Ahok sukses mengumpulkan KTP sebanyak itu.

Melihat kegigihan pendukung Ahok, sementara Ahok sendiri gayanya memimpin Jakarta sangat memikat Hanura dan Nasdem, mereka pun siap mendukung dan mengusung Ahok di Pilgub DKI. Golkar di bawah Setya Novanto juga makmum saja, sehingga trio partai ini kemudian meneken perjanjian siap mendukung Ahok di Pilgub DKI 2017.

Teman Ahok juga sudah berhasil mengumpulkan sejuta KTP. Cuma UU Pilkada produk DPR isinya sangat menyerimpung peserta jalur independen. Tahapan verifikasi KTP sungguh bikin pesimis Ahok, mengingat waktunya hanya 3 hari. Maka atas izin “Teman Ahok” Ahok pun berubah haluan, memilih lewat parpol yang lebih aman. Ahok pun langsung habis dibully di medsos.

Namun sesungguhnya, Ahok memilih parpol sebagai kendaraannya, juga karena ingin menyelamatkan nyawa Habiburrahman. Sebab lewat jalur independen, mau tak mau KTP dukungan itu harus dihitung. Bila mencapai 1 juta, suka atau tidak suka, Habiburrahman harus terjun dari Monas dengan resiko kematian. – gunarso ts

http://poskotanews.com/2016/08/01/ah...habiburrahman/

eh bener juga