

TS
gracemandujano
Sindrom Hemolitik Uremik
Sindrom hemolitik uremik (SHU) adalah suatu kondisi yang dihasilkan dari kehancuran dini yang abnormal dari sel-sel darah merah. Setelah proses ini dimulai, sel-sel darah merah yang rusak mulai menyumbat sistem penyaringan pada ginjal, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal yang mengancam jiwa yang berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.
Sebagian besar kasus SHU berkembang pada anak-anak setelah beberapa hari diare karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E. Coli). Orang dewasa juga dapat menderita SHU setelah infeksi E. Coli, namun lebih sering penyebabnya tidak jelas atau bahkan tidak diketahui.
Tanda dan Gejala Sindrom Hemolitik Uremik
Tanda sindrom uremik hemolitik bebrapa diantaranya adalah :
1. Muntah
2. Sakit Perut
3. Diare Berdarah
4. Buang Air Kecil Menurun
5. Terdapat Darah Saat Buang Air Kecil
6. Warna Kulit Pucat
7. Pembengkakan Wajah, Tangan, Kaki Dan Seluruh Tubuh
8. Memar atau Pendarahan Dari Hidung dan Mulut
9. Demam, Biasanya tidak demam tinggi bahakan tidak ada demam sama sekali
10. Mudah lelah dan lekas marah
11. Kebingungan
Gejala sindrom uremik hemolitik
1. Kehamilan, waktu setelah melahirkan dan penggunaan pil KB.
2. Infeksi saluran pencernaan, misalnya akibat bakteri Coli, Shigella dan Salmonella.\
3. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti beberapa obat kemoterapi, obat penekan sistem imun, pil KB, ticlopidine, mitomycin C dan quinine.
4. Pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia (walau jarang kasus dijumpai)
5. Penyakit AIDS
6. Mutasi genetik yang bisa diturunkan.
Tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui anda menderita penyakit ini atau tidak adalah .
1. Tes urine
Dokter Anda juga dapat mengumpulkan sampel urin untuk menguji darah dalam urin Anda.
2. Tinja sampel
Selain itu, dokter akan mengambil sampel tinja untuk menguji keberadaan bakteri.
3. Tes darah
Tes darah dapat mengungkapkan jumlah rendah trombosit, jumlah sel darah merah yang rendah atau lebih tinggi dari normal tingkat kreatinin – produk pemecahan creatine, merupakan bagian penting dari otot – dalam darah Anda. Sampel darah juga dapat digunakan untuk menentukan apakah sel-sel darah merah yang rusak.
Pengobatan Sindrom Hemolitik Uremik
1. Antibiotika
Diberikan bila Sindrom Hemolitik Uremik berhubungan dengan infeksi streptokokus pneumonia atau nosokomial. Pada SHU D+ yang berhubungan dengan diare, pemberian antibiotika masih kontroversial oleh karena antibiotik tidak mempengaruhi lama gejala dan tidak merubah resiko terhadap SHU. Oleh karena munculnya SHU diperantarai oleh shiga – like toksin, maka pemberian antibiotik tertentu secara teoritis tidak menyebabkan dinding bakteri lisis sehingga toksin yang lepas ke dalam lumen usus meningkat dan merupakan faktor resiko dalam memperberat proses penyakit.
2. Tranfusi Darah
Bila proses hemolisis masih aktif dan hemoglobin turun dibawah 6 g/dl maka perlu diberikan transfusi PRC, transfusi rombosit dilakukan bila terdapat perdarahan aktif atau trombositopenia berat. Pemberian transfusi plama/ plasmafaresis menunjukkan hasil yang baik pada SHU D- yang berhubungan dengan faktor herediter atau SHU rekuren. Tetapi tidak dianjurkan diberikan untuk SHU paska pneumococcal yang disebabkan oleh neuraminidase sebab plasma normal mengandung antibodi yang menimbulkan terjadinya komplek antigen – antibodi TF yang dapat memperberat hemolisis.
3. Terapi cairan dan Elektrolit
Bayi atau anak dengan Sindrom Hemolitik Uremik sering mengalami dehidrasi oleh karena diare dan muntah. Penderita ini perlu mendapatkan terapi cairan dan elektrolit sesuai protokol yang ada. Jumlah cairan harus diawasi secara ketat untuk menghindari hidrasi. Bila tidak ada tanda dehidrasi jumlah cairan yang diberi, harus dibatasi yaitu IWL + OGL. Jenis cairan tergantung ada tidaknya oligouria, bila penderita mengalami oligouria komposisi cairan yang diberikan adalah larutan glukosa NaCl 3 banding 1, sedang bila penderita dalam keadaan anuria cairan yang diberi hanya Glukosa 10% melalui infus. Balans cairan harus diawasi, balans cairan yang baik bila berat badan turun 0,5 – 1 % / hari. Koreksi elektrolit secara medis dilakukan bila terdapat gangguan elektrolit seperti hiponatremia, hiperkalemia, hipokalsemia, hiperfosfatemia, hiperurisemia dan asidosis metabolik. Bila gagal, terapi dialisis merupakan langkah selanjutnya.
4. Tunjangan Nutrisi
Pemberian kalori yang adekuat dan asam amino esensial diperlukan untuk mengurangi katabolisme protein dan lemak untuk mencegah balans nitrogen negatif. Kebutuhan kalori minimal adalah sebanyak 400 kcl/m2/hari.
5. Antikonvulsan
Kejang merupakan salah satu manifestasi gangguan SSP yang dapat dijumpai pada pasien SHU D-. Untuk mengatasinya dapat diberikan obat anti kejang yang lazim digunakan dan perlu dicari faktor resiko lain yang menjadi penyebab kejang seperti gangguan elektrolit serta dilakukan koreksi.
6. Plasma exchange
Plasma adalah bagian dari darah yang mendukung sirkulasi sel darah dan trombosit.Kadang-kadang mesin yang digunakan untuk membersihkan darah dari plasma sendiri dan menggantinya dengan plasma donor segar atau beku.Proses ini disebut plasmapheresis.
7. Trombosit transfusi
Jika Anda perdarahan atau memar dengan mudah, transfusi trombosit dapat membantu pembekuan darah Anda lebih normal.Seperti transfusi sel darah merah, transfusi trombosit diberikan melalui jarum IV.
Pemulihan
Perbaikan gejala sindrom hemolitik uremik ditandai dengan membaiknya fungsi ginjal dan gangguan hematologi pada fase akut SHU. Pada kebanyakan kasus LFG menjadi normal kembali antara 7 sampai 13 bulan dan rata rata 3 bulan. Kadar hemoglobin menjadi normal kembai setelah 3 bulan dari saat munculnya penyakit. Trombositopeni dan gangguan faktor pembekuan lain tidak tampak lagi pada masa pemulihan. Gejala sisa yang muncul berhubungan dengan derajat penyakit. Gejala sisa berupa kelainan urinalisis yang menetap, hipertensi persisten, gagal ginjal kronik dan sekuele neurologik.
Bersumber dari http://caraalami.xyz/sindrom-hemolitik-uremik/
Sebagian besar kasus SHU berkembang pada anak-anak setelah beberapa hari diare karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli (E. Coli). Orang dewasa juga dapat menderita SHU setelah infeksi E. Coli, namun lebih sering penyebabnya tidak jelas atau bahkan tidak diketahui.
Tanda dan Gejala Sindrom Hemolitik Uremik
Tanda sindrom uremik hemolitik bebrapa diantaranya adalah :
1. Muntah
2. Sakit Perut
3. Diare Berdarah
4. Buang Air Kecil Menurun
5. Terdapat Darah Saat Buang Air Kecil
6. Warna Kulit Pucat
7. Pembengkakan Wajah, Tangan, Kaki Dan Seluruh Tubuh
8. Memar atau Pendarahan Dari Hidung dan Mulut
9. Demam, Biasanya tidak demam tinggi bahakan tidak ada demam sama sekali
10. Mudah lelah dan lekas marah
11. Kebingungan
Gejala sindrom uremik hemolitik
1. Kehamilan, waktu setelah melahirkan dan penggunaan pil KB.
2. Infeksi saluran pencernaan, misalnya akibat bakteri Coli, Shigella dan Salmonella.\
3. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti beberapa obat kemoterapi, obat penekan sistem imun, pil KB, ticlopidine, mitomycin C dan quinine.
4. Pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia (walau jarang kasus dijumpai)
5. Penyakit AIDS
6. Mutasi genetik yang bisa diturunkan.
Tes yang dapat dilakukan untuk mengetahui anda menderita penyakit ini atau tidak adalah .
1. Tes urine
Dokter Anda juga dapat mengumpulkan sampel urin untuk menguji darah dalam urin Anda.
2. Tinja sampel
Selain itu, dokter akan mengambil sampel tinja untuk menguji keberadaan bakteri.
3. Tes darah
Tes darah dapat mengungkapkan jumlah rendah trombosit, jumlah sel darah merah yang rendah atau lebih tinggi dari normal tingkat kreatinin – produk pemecahan creatine, merupakan bagian penting dari otot – dalam darah Anda. Sampel darah juga dapat digunakan untuk menentukan apakah sel-sel darah merah yang rusak.
Pengobatan Sindrom Hemolitik Uremik
1. Antibiotika
Diberikan bila Sindrom Hemolitik Uremik berhubungan dengan infeksi streptokokus pneumonia atau nosokomial. Pada SHU D+ yang berhubungan dengan diare, pemberian antibiotika masih kontroversial oleh karena antibiotik tidak mempengaruhi lama gejala dan tidak merubah resiko terhadap SHU. Oleh karena munculnya SHU diperantarai oleh shiga – like toksin, maka pemberian antibiotik tertentu secara teoritis tidak menyebabkan dinding bakteri lisis sehingga toksin yang lepas ke dalam lumen usus meningkat dan merupakan faktor resiko dalam memperberat proses penyakit.
2. Tranfusi Darah
Bila proses hemolisis masih aktif dan hemoglobin turun dibawah 6 g/dl maka perlu diberikan transfusi PRC, transfusi rombosit dilakukan bila terdapat perdarahan aktif atau trombositopenia berat. Pemberian transfusi plama/ plasmafaresis menunjukkan hasil yang baik pada SHU D- yang berhubungan dengan faktor herediter atau SHU rekuren. Tetapi tidak dianjurkan diberikan untuk SHU paska pneumococcal yang disebabkan oleh neuraminidase sebab plasma normal mengandung antibodi yang menimbulkan terjadinya komplek antigen – antibodi TF yang dapat memperberat hemolisis.
3. Terapi cairan dan Elektrolit
Bayi atau anak dengan Sindrom Hemolitik Uremik sering mengalami dehidrasi oleh karena diare dan muntah. Penderita ini perlu mendapatkan terapi cairan dan elektrolit sesuai protokol yang ada. Jumlah cairan harus diawasi secara ketat untuk menghindari hidrasi. Bila tidak ada tanda dehidrasi jumlah cairan yang diberi, harus dibatasi yaitu IWL + OGL. Jenis cairan tergantung ada tidaknya oligouria, bila penderita mengalami oligouria komposisi cairan yang diberikan adalah larutan glukosa NaCl 3 banding 1, sedang bila penderita dalam keadaan anuria cairan yang diberi hanya Glukosa 10% melalui infus. Balans cairan harus diawasi, balans cairan yang baik bila berat badan turun 0,5 – 1 % / hari. Koreksi elektrolit secara medis dilakukan bila terdapat gangguan elektrolit seperti hiponatremia, hiperkalemia, hipokalsemia, hiperfosfatemia, hiperurisemia dan asidosis metabolik. Bila gagal, terapi dialisis merupakan langkah selanjutnya.
4. Tunjangan Nutrisi
Pemberian kalori yang adekuat dan asam amino esensial diperlukan untuk mengurangi katabolisme protein dan lemak untuk mencegah balans nitrogen negatif. Kebutuhan kalori minimal adalah sebanyak 400 kcl/m2/hari.
5. Antikonvulsan
Kejang merupakan salah satu manifestasi gangguan SSP yang dapat dijumpai pada pasien SHU D-. Untuk mengatasinya dapat diberikan obat anti kejang yang lazim digunakan dan perlu dicari faktor resiko lain yang menjadi penyebab kejang seperti gangguan elektrolit serta dilakukan koreksi.
6. Plasma exchange
Plasma adalah bagian dari darah yang mendukung sirkulasi sel darah dan trombosit.Kadang-kadang mesin yang digunakan untuk membersihkan darah dari plasma sendiri dan menggantinya dengan plasma donor segar atau beku.Proses ini disebut plasmapheresis.
7. Trombosit transfusi
Jika Anda perdarahan atau memar dengan mudah, transfusi trombosit dapat membantu pembekuan darah Anda lebih normal.Seperti transfusi sel darah merah, transfusi trombosit diberikan melalui jarum IV.
Pemulihan
Perbaikan gejala sindrom hemolitik uremik ditandai dengan membaiknya fungsi ginjal dan gangguan hematologi pada fase akut SHU. Pada kebanyakan kasus LFG menjadi normal kembali antara 7 sampai 13 bulan dan rata rata 3 bulan. Kadar hemoglobin menjadi normal kembai setelah 3 bulan dari saat munculnya penyakit. Trombositopeni dan gangguan faktor pembekuan lain tidak tampak lagi pada masa pemulihan. Gejala sisa yang muncul berhubungan dengan derajat penyakit. Gejala sisa berupa kelainan urinalisis yang menetap, hipertensi persisten, gagal ginjal kronik dan sekuele neurologik.
Bersumber dari http://caraalami.xyz/sindrom-hemolitik-uremik/
0
863
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan