Spoiler for Panglima TNI: Biarkan Saja Filipina Mati Lampu:
Senin, 11 Juli 2016 | 16:41 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, pemerintah Filipina seharusnya mengizinkan TNI membebaskan 10 orang warga negara Indonesia yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf.
Jika tidak, Filipina bakal merugi. Sebab, kapal-kapal yang dihadang kelompok bersenjata tersebut merupakan kapal pengangkut batu bara sebagai sumber tenaga listrik terbesar di Filipina.
Karena banyak peristiwa pembajakan, pemerintah Indonesia pun tengah mengkaji kebijakan moratorium kapal-kapal itu. Artinya, kapal-kapal tersebut dilarang mengirimkan batu bara ke Indonesia untuk sementara waktu.
"Sekarang, biarkan saja Filipina mati lampu. Kan 96 persen batu bara (bahan bakar penghasil listrik) Filipina dari kita kok," ujar Gatot di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (11/7/2016).
Saat ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan baru mengeluarkan imbauan agar kapal-kapal dagang Indonesia ke Filipina tidak melewati Laut Sulu, titik yang sering dijadikan tempat beraksi kelompok bersenjata Abu Sayyaf.
Ke depannya, bisa saja pemerintah memoratorium seluruhnya pengiriman batu bara. Jika TNI tidak diperbolehkan membebaskan sandera, lanjut Gatot, setidaknya TNI diperbolehkan mengawal kapal-kapal dagang dari Indonesia ke Filipina.
"Kalau ada izinnya, prajurit saya dengan senang hati (mengawal kapal). Empat orang kek, lima orang kek. Kita tunggu saja berani apa enggak Abu Sayyaf itu ngambil (membajak dan menyandera)," ujar Gatot.
Saat ini, Gatot mengatakan, TNI menunggu keputusan pemerintah Filipina soal pembebasan sandera WNI. TNI pun mendorong agar dapat masuk dan membebaskan sandera sendiri.
Diberitakan, kelompok bersenjata menghadang kapal berbendera Malaysia di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia. Kelompok itu menyandera tiga ABK warga Indonesia asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja di kapal itu. Lima orang penculik menenteng senjata dan berbicara dalam bahasa Melayu serta berlogat Sulu.
Spoiler for Beda Sikap Menhan dan Panglima TNI Soal Patroli Bersama di Perairan Filipina:
Bagus Prihantoro Nugroho - detikNews Beda Sikap Menhan dan Panglima TNI Soal Patroli Bersama di Perairan Filipina
Menhan Ryamizard Ryacudu (kiri) dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (kanan) (Foto: Lamhot Aritonang)
Jakarta - WNI kembali diculik oleh kelompok yang diyakini sebagai militan Abu Sayyaf. Padahal sebelumnya sudah ada perjanjian antara RI, Malaysia, dan Filipina untuk melakukan patroli bersama.
Soal patroli bersama ini, rupanya ada beda pandangan antara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Menhan menyebut patroli itu didahului dengan latihan bersama.
"Patroli itu kan harus latihan dulu. Kalau enggak latihan kacau. Latihan ini kan terkendala puasa, Lebaran," kata Ryamizard di Istana Negara, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2016).
Dia menyebut jadwal latihan itu kemungkinan antara pekan ini atau pekan mendatang. Lokasinya adalah di tempat-tempat yang rawan perompakan atau penyanderaan.
Sementara itu Panglima TNI memandang latihan sudah tak diperlukan lagi. Menurut dia lebih baik langsung dilakukan operasi militer ke markas para penculik itu.
"Kita kan negara-negara sudah terlatih, hanya yang paling penting adalah apabila ada kejadian di mana pun tempatnya, angkatan laut mana pun juga, yang mengetahui duluan dia bisa masuk. Atau kita patroli bersama, yang penting TNI bisa naik di kapal untuk masuk ke sana untuk mengawal," tutur Gatot.
"Kalau latihan bersama, latihan doang ngapain?" lanjut dia.
Bahkan Gatot sebenarnya ingin mengawal kapal pengangkut batubara berbendera RI ke Filipina. Tetapi terbentur izin dari Filipina.
Padahal 96 persen listrik dari Filipina membutuhkan pasokan batubara dari Indonesia, kata Gatot. Bukan tidak mungkin akan ada moratorium pengiriman batubara ke Filipina jika terus-terusan kasus penculikan terjadi.
"Belum ada kesepakatan, kalau ada izin prajurit saya dengan senang hati, 4 orang kek, 5 orang kek. Kita tunggu saja, berani engak Abu Sayyaf ngambil," ucap Gatot.
Spoiler for Analisa Panglima TNI Soal Aksi Penculikan WNI: Kita Terlalu Persuasif:
Ahmad Masaul Khoiri - detikNews Analisa Panglima TNI Soal Aksi Penculikan WNI: Kita Terlalu Persuasif
Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menganalisa beberapa hal yang melandasi penculikan yang hanya dilakukan terhadap WNI. Salah satu yang diungkapan Gatot adalah sikap pemerintah Indonesia yang cenderung persuasif.
"Kenapa selalu Indonesia yang diculik? Ini kapal-kapal Malaysia, mencari ikan di Malaysia, WNI kerja legal di sana. Diambil yang mempunyai passpor Indonesia, saya tanya ada apa ini? Saya katakan tadi mungkin kita terlalu persuasif. Mungkin alasan ekonomi atau alasan yang lain lagi. Ini harus kita analisa dengan benar," ujar Gatot seusai rapat di kantor Menko Polhukam Jl Medan Merdeka Barat, Senin (11/7/2016).
Gatot menegaskan bahwa penculikan terbaru 3 WNI di Lahad Datu, Sabah merupakan tanggungjawab Pemerintah Malaysia. "Yang jelas ini tanggung jawab Malaysia karena ini kapal berbendera Malaysia dan beroperasi di sana dan tenaga kerja kita kerja di sana dengan legal," sambung dia.
Menurut dia, tindakan persuasif menyebabkan kelompok bersenjata yang diindikasi adalah anggota kelompok Abu Sayyaf bisa semena-mena menjalankan kejahatannya. Jika diizinkan operasi militer, dikatakannya kelompok tersebut akan mengurungkan niatnya.
"Persuasif itu kita tidak melakukan operasi militer di sana. Mereka tahu ada celah itu. Makanya mereka berani melakukan itu. Saya kira itu," tegas mantan KSAD itu.
Sementara itu, pencegahan dapat dilakukan dengan pengawalan kapal oleh prajurit TNI. Walaupun sudah mendapat lampu hijau dari Pemerintah Filipina, pertemuan trilateral antar Menhan Indonesia-Filipina-Malaysia esok hari akan jadi penentunya.
"Pengawalan oleh TNI di kapal itu kita inginkan. Bisa 4 bisa 5 prajurit. (Pemerintah Filipina) sudah memberi lampu hijau. Tetapi pertemuan antar Menhan di Kuala Lumpur nanti yang menentukan," pungkas Gatot.