BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Tiga nelayan Indonesia diculik di perairan Malaysia

Ilustrasi patroli laut oleh kapal penjaga pantai Filipina menyusul maraknya aksi pembajakan
Penculikan terhadap warga Indonesia yang tengah melaut agaknya kadung jadi rutin. Setelah sejumlah insiden serupa sebelumnya di perairan dekat perbatasan Filipina, kali ini para penculik beraksi di wilayah salah satu negara bagian Malaysia, Sabah. Identitas para penculik belum lagi dikantongi. Tapi, seturut warta Kompas, mereka berbahasa Sulu, sebuah provinsi Filipina.

Konsul Indonesia di Tawau, Malaysia, menyatakan "para penculik menggunakan perahu panjang (serta) mengenakan baju warna hitam dan celana loreng." Setelah berada di atas kapal, mereka hanya mengangkut tiga awak kapal yang memiliki paspor Indonesia. "Empat (awak kapal) yang lain, yaitu satu warga NTT (Nusa Tenggara Timur) dan tiga ABK (anak buah kapal) asal Palauh dibebaskan karena tidak punya paspor," ujarnya dikutip Kompas, Minggu (10/7).

Peristiwa di Lahad Datu itu berlangsung pada Sabtu (9/7) malam, dan dilaporkan oleh pemilik kapal pada Minggu dini hari.

Menurut laman The Borneo Post, para penculik beraksi menggunakan kapal pada sekitar pukul 11.40 malam ketika korban-korbannya tengah berupaya menjaring ikan. Mengutip Komisaris Polisi Sabah, Datuk Abdul Rashid Harun, laman itu menulis bahwa tiga dari lima pria dari kapal yang mendekat itu lantas menaiki perahu para nelayan.

"Para (pelaku) menenteng senjata api yang kemungkinan besar M14, M16, dan karabin. Mereka kemudian menyita dokumen kapal, paspor, dan telepon genggam milik awak kapal" sebelum penculikan terjadi, ujar sang Komisaris Polisi. "Para korban adalah Lorens Koten, Tos Dores Kopong, dan Emanuel, semuanya asal (NTT) dan berusia antara 30 hingga 40 tahun," lanjutnya.

Sebelum menjauhi lokasi kejahatan, para penculik itu membebaskan empat awak kapal lain.

Lebih jauh Datuk Abdul Rashid mengatakan kapal itu memiliki izin beroperasi di lingkungan perairan yang menerapkan jam malam itu, yang arsipnya turut direnggut para penyamun. Kepolisian setempat menduga bahwa para penculik berada di daratan tidak lama sebelum insiden berlangsung dan menghilang lewat jalur yang tidak dikenai jam malam.

Para petugas keamanan yang bernaung di bawah Komando Keamanan Sabah Timur telah melakukan pengejaran. Pihak berwenang Malaysia pun telah menyampaikan informasi mengenai peristiwa itu kepada Filipina.

Belum ada lontaran mengenai permintaan tebusan dari para penculik.

Insiden ini menjadi kali keempat yang menimpa warga Indonesia dalam beberapa bulan belakangan. Penculikan terakhir berlangsung pada 22 Juni 2016 dengan salah satu penyandera "dipastikan Al Habsyi.'

Nama tersebut ditalikan kepada Al Habsyi Misaya, salah satu faksi Abu Sayyaf yang menjadi pelaku pembajakan kapal tunda Brahma 12 dan menyandera 10 anak buah kapal pada Maret 2016. Kelompok Misaya ini disebut sebagai penguasa gunung karena beroperasi di perbukitan dan pegunungan di Mindanao Selatan.

Menanggapi maraknya penculikan, pemerintah Filipina mengizinkan TNI untuk mengejar para pembajak dan gerombolan teroris jika terjadi penyanderaan warga Indonesia.

"Pemerintah Filipina mengizinkan pengejaran terhadap perompak dan teroris di Filipina Selatan hingga melintasi perbatasan laut RI-Filipina. Semua dilakukan dalam kerangka semangat ASEAN, yakni keamanan dan stabilitas kawasan," kata Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dikutip Kompas pada 27 Juni lalu.

Menurutnya, Filipina sangat positif dan terbuka dalam menyelesaikan persoalan keamanan di Kepulauan Sulu.

Kesepakatan itu merujuk kepada perjanjian bilateral RI-Filipina pada 1975. Isi persetujuan memungkinkan pengejaran terhadap kelompok teroris dan perompak hingga melintasi perbatasan, bahkan hingga ke daratan tempat mereka melarikan diri di kawasan Filipina Selatan.

Tim dari Markas Besar TNI telah dikirim ke Manila untuk membahas bagaimana kesepakatan diterapkan, termasuk pula teknis pengejaran perompak dan teroris yang beroperasi di perbatasan RI-Filipina.

Selain itu, demi mengantisipasi aksi penculikan dan perompakan oleh kelompok garis keras Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina bagian selatan, tiga negara sepakat melakukan patroli bersama, Senin (20/6). Inisiatif Indonesia, Filipina, dan Malaysia itu terungkap setelah menteri pertahanan dari ketiga negeri bertemu.

Dilansir sejumlah media, pembicaraan merupakan lanjutan dari perembukan tingkat tinggi tiga menteri termaksud bulan lalu. Problem terpokok yang diapungkan adalah keprihatinan atas terus berlanjutnya serangan kelompok Abu Sayyaf meski Malaysia dan Filipina telah menjamin terwujudnya keamanan yang lebih ketat.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...airan-malaysia

---

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan