Minggu, 3 Juli 2016 | 17:54 WIB

DHAKA, KOMPAS.com – Sejumlah ilmuwan Islam di Banglades mengutuk keras serangan teror di Dhaka yang menewaskan lebih dari 20 orang, Jumat (1/7/2017) malam.
Menurut para ilmuwan Islam di negeri itu, menyerang warga non-Muslim bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
Dalam pidatonya Sabtu sore (2/7/2016), Perdana Menteri Banglades Sheikh Hasina menyebut para penyerang itu “tidak Islami”, seperti dilaporkan Voice of America.
Sejumlah militan menyerbu restoran Holey Artisan Bakery, Jumat malam sambil meneriakkan “Allahu Akbar”.
Penyerang juga menembakkan senjata api, sambil menyandera beberapa orang.
Pasukan Banglades menyerbu restoran itu setelah negosiasi gagal dan terjadi baku tembak lebih dari 10 jam dan menyelamatkan 13 orang sandera.
Ketika penyanderaan berakhir, pihak berwenang menemukan 20 korban sipil, sebagian besar warga asing, yang dibacok hingga tewas oleh para penyerang. Selain itu dua polisi juga tewas.
Di antara korban tewas itu sembilan warga Italia, tujuh warga Jepang, dan satu warga India.
Enam penyerang tewas, sementara satu lainnya berhasil ditangkap. Sehingga total korban tewas sekitar 28 orang.
Pihak berwenang yakin sebagian besar korban dibunuh beberapa jam setelah penyanderaan terjadi.
Beberapa yang selamat melaporkan, para militan membunuh hanya sandera yang tidak bisa membaca ayat Al Quran.
Para pemuka dan ulama Islam mengecam sekarang di Dhalka.
Ulama terkemuka Banglades, Maulana Fariduddin Masoud, yang juga pemimpin Jamiatul Ulama Banglades (BJU) – suatu badan yang mengayomi para ilmuwan Islam di Banglades – mengecam pembunuhan tersebut.
Masoud mengatakan, pembunuhan orang yang tidak berdosa oleh para tersangka Islamis itu merupakan tindakan barbar. Militan yang menarget non-Muslim adalah antitesa atas ajaran Islam.
“Mereka yang membunuh warga non-Muslim yang hidup dalam masyarakat mayoritas Islam tidak akan mencium harum surga, apalagi masuk surga,” katanya.
Ulama besar itu juga mengatakan, “Menyerang warga non-Muslim adalah tindakan terlarang atau haram dan di mata Islam merupakan tindakan yang tidak diperkenankan.”
Masoud mengatakan, “Darah, kehormatan, dan kekayaan mereka sama sucinya dengan warga Muslim”.
Bulan lalu menurut Masoud, BJU mengeluarkan fatwa yang ditandatangani oleh lebih dari 100.000 ilmuwan Islam, pakar hukum, dan ulama.
Para ilmuwan itu mengecam terhadap teroris dan militansi, khususnya serangan berdarah terhadap warga non-Muslim.
“Menurut Nabi Muhammad SAW, tindakan-tindakan semacam itu layak mendapat hukuman berat,” ujar Masoud kepada Voice of America.
Ditambahkannya, pembantaian di restoran di Dhaka, Banglades terjadi pada malam Lailatul Qadar atau Malam Kemuliaan, saat itu setiap warga Muslim seharusnya menghabiskan seluruh malam untuk menyembah Allah SWT.
“Pada malam suci itu, para militan justru meninggalkan shalat wajib dan membantai orang-orang tidak berdosa," ujar Masoud.
"Dengan melakukan kejahatan mengerikan itu, mereka ingin membuktikan bahwa mereka berjuang bagi Islam, tetapi justru (sebaliknya) menjadi musuh Islam,” tambah Masoud.
Dalam serangan di Dhaka itu para militan membunuh sembilan perempuan dan seorang anak.
Penasehat hukum BJU, Mufti Junud Uddin Maktum, mengatakan, bahkan dalam perang sekalipun, membunuh mereka yang tidak terlibat dalam perang – termasuk perempuan, anak-anak dan lansia, benar-benar dilarang dalam Islam.
Padahal doktrin jihadis bertolak belakang dg yg ulama fatwakan, dengan pemahaman yg dangkal maka akan mudah disesatkan dalam faham radikal, dan menjadi musuh utama perdamaian