Hukuman salib adalah sebuah hukuman yang dilakukan oleh Kekaisaran Romawi. Hukuman ini merupakan salah satu hukuman paling kejam dalam sejarah umat manusia. Pasalnya, para pesakitan akan digantung di kayu salib dalam keadaan telanjang di muka umum hingga ajal menjemput. Para pesakitan ini akan mati perlahan sebagai akibat dari kombinasi rasa lelah, sesak nafas, luka dan sengatan dari panas terik matahari Laut Tengah. Hukuman ini biasa dilaksanakan oleh Kekaisaran Romawi di berbagai tempat yang ramai lalu lalang penduduk untuk memberikan shock therapybagi para penduduk agar tidak melawan Romawi.

Hukuman salib sebenarnya bukan berasal dari bangsa Romawi namun dari bangsa Persia. Dan dari bangsa Persia hukuman ini diadaptasi oleh bangsa Yunani untuk menghukum para pesakitan. Saat perang Punisia memuncak, yakni perang antara Romawi dan Kartago, barulah hukuman salib ini dikenal oleh bangsa Romawi. Hukuman salib ini lalu dilestarikan oleh bangsa Romawi untuk menghukum orang-orang asing yang memberontak kepada Romawi. Dengan begini hukuman salib Romawi mulai digunakan oleh bangsa Romawi sejak sekitar tahun 200 SM.

Hukuman salib Romawi ini mendapatkan penyempurnaan selama ratusan tahun dan mencapai puncaknya di sekitar abad pertama masehi. Meskipun hukuman salib kerap digunakan oleh Romawi, namun warga negara Romawi dilarang untuk dieksekusi dengan cara ini. Eksekusi salib ini ditujukan untuk pesakitan, pemberontak dan tawanan perang dari luar Kekaisaran Romawi. Untuk warga negara Romawi yang melakukan pemberontakan mereka akan dikenai hukuman penggal, bukan penyaliban.

Seorang pesakitan akan mendapatkan hukuman salib jika mereka melakukan kejahatan berupa pemberontakan, melawan Kaisar, melakukan pembunuhan terhadap petinggi Kekaisaran Romawi dan mengaku sebagai raja saat berada di wilayah Kekaisaran Romawi. Salah satu kisah penyaliban paling terkenal sepanjang masa adalah disalibkannya seorang Yahudi muda yang dijatuhi hukuman salib karena mengaku bahwa Ia adalah raja yang sah bagi rakyat Yahudi. Orang tersebut tak lain adalah Yesus (Isa/Yeshua/Jesus) Orang Nazaret.

Teknis hukuman salib sendiri sudah mengalami banyak sekali penyempurnaan hingga mencapai puncaknya pada abad pertama masehi. Seorang pesakitan yang dijatuhi hukuman salib pertama-tama akan mendapat siksaan dari para serdadu Romawi dengan cara dipukuli hingga dicambuk. Setelah itu mereka akan digiring ke tempat dimana mereka akan disalibkan. Mereka akan dipaksa untuk memanggul balok kayu yang nantinya akan menjadi kayu salib bagi mereka. Berat dari balok kayu yang harus dipanggul oleh sang pesakitan adalah sekitar 30 hingga 50 kg.

Setelah sampai di tempat yang ditentukan mereka akan ditelanjangi. Mereka dipaksa untuk dipaku di kayu salib. Bagian yang dipaku adalah di kedua tangan dan di kedua kaki. Bagian tangan yang dipaku bukanlah bagian telapak tangan, karena jika telapak tangan yang dipaku maka tidak akan ada tumpuan yang kuat sehingga mereka bisa terjatuh dari kayu salib. Bukan pula di pergelangan tangan, karena pergelangan tangan adalah pusat pembuluh darah. Jika pergelangan tangan dipaku maka pembuluh darah akan pecah dan kematian datang dengan segera. Tujuan dari penyaliban adalah kematian yang perlahan dan menyiksa sehingga bagian tangan yang dipaku adalah di bagian tulang pergelangan tangan. Dengan begini posisi tangan mereka akan kuat dan tidak akan terlepas dari kayu salib.

Bagian lain yang dipaku adalah di bagian kaki. Untuk mendapat tumpuan yang sangat kuat maka bagian yang dipaku adalah bagian tulang tumit. Paku yang digunakan untuk memaku bagian tumit adalah sebuah paku berukuran besar yang nantinya paku ini akan menjadi satu-satunya pijakan bagi tubuh si terhukum. Untuk sedikit memberikan kelonggaran, bagian pantat si pesakitan akan disediakan sebuah kayu kecil yang berguna sebagai pijakan atau tumpuan bagi tubuh. Kayu inilah yang akan menjadi tumpuan bagi tubuh si pesakitan yang sudah kelelahan.

Setelah tubuh pesakitan selesai dipaku di kayu salib maka langkah berikutnya adalah menggantung tubuh si pesakitan hingga malaikat maut menjemput mereka. Kematian melalui cara penyaliban adalah cara yang sangat tidak manusiawi. Tubuh pesakitan yang telah ditelanjangi dan penuh luka akan dijemur di bawah matahari Laut Tengah yang amat menyengat. Setelah digantung selama beberapa jam tubuh mereka akan merasa kelelahan dan bernafas pun mulai terasa semakin sulit. Untuk mereka yang memiliki daya tahan tubuh yang kuat, kematian di kayu salib bisa terjadi hingga berjam-jam bahkan berhari-hari. Namun bagi mereka yang lemah mereka akan mati hanya dalam waktu 3 jam.

Kematian di atas kayu salib bisa dimanipulasi untuk menjadi lebih cepat atau lebih lambat. Di saat-saat yang diperlukan si pesakitan akan dipercepat proses kematiannya. Caranya adalah dengan mematahkan kedua kaki pesakitan agar tubuh hanya bertumpu pada tangan saja. Saat seperti ini kematian akan datang dalam waktu yang amat singkat. Saat kaki mereka dipatahkan dan mereka tidak memiliki tumpuan maka tubuh akan semakin tertekan ke bawah hingga bernafaspun menjadi sesuatu yang mustahil. Sesak nafas, gagal nafas hingga gagal jantung akan menjadi penyebab utama kematian bagi para pesakitan yang dihukum salib.

Salah satu peristiwa penyaliban paling besar sepanjang sejarah adalah pada saat pemberontakan revolusi Yahudi terhadap Romawi pada pertengahan abad pertama masehi. Di dalam peristiwa pemberontakan ini ribuan orang Yahudi ditawan oleh pihak Romawi dan dijatuhi hukuman salib. Hampir 500 orang disalibkan setiap hari dan mereka yang mati dibiarkan membusuk tergantung di atas kayu salib. Penyaliban massal ini membuat sumber daya kayu di sekitar Palestina dan Israel habis sehingga proses penyaliban pun diganti menjadi dilempari batu hingga mati (rajam).

Bagi para pesakitan yang dihukum salib kemungkinan untuk selamat sangatlah kecil mengingat proses dan teknis dari penyaliban yang sudah sangat diperhitungkan. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi mereka untuk selamat dari hukuman salib. Berdasar catatan dari Yosefus, seorang sejarawan Yahudi abad pertama, pada saat Revolusi Yahudi ada seseorang yang memohon pada Kaisar Romawi untuk menurunkan kerabatnya dari atas kayu salib, permohonan itu pun dikabulkan. Ia menurunkan 2 kerabatnya untuk kemudian dirawat. Salah satu kerabatnya mati dalam perawatan dan satu kerabatnya lagi bisa tetap selamat hingga kembali sehat seperti sedia kala.