Gerilya

Kalo agan sista belajar sejarah, inilah strategi perang paling terkenal yang dipakai para pejuang Indonesia. Semacam strategi "Hit and Run" versi Indonesia yaitu merupakan strategi perang dimana para pejuang dan pasukannya, sembunyi di dalam hutan sambil menanti musuh, dan ketika musuh/ penjajah datang, langsunglah para para pejuang kita nyerang secara tiba- tiba ke kubu penjajah. (Kaget- kaget dah lo)
Strategi ini selalu dipakai oleh pejuang di seluruh daerah di Indonesia mengingat daerah Indonesia dahulu banyak hutan, serta pejuang kita yang kalah unggul dari segi jumlah orang dan amunisi membuat strategi ini sangat efektif menumpas penjajah daripada perang secara terang- terangan.
Lalu kalau sudah dilakukan, pejuang kita ngapain?
Entah berhasil atau tidak, yang jelas mereka akan kembali lagi ke hutan untuk mengumpulkan kekuatan lagi dan mengulang strateginya kembali

Bentengstelsel

Sebenarnya ini adalah strategi perang buatan Jenderal De Kock (Belanda) yang diterapkan pada perang Diponegoro, namun diadopsi para pejuang pada perang Padri
Jadi secara garis besar, strategi ini adalah pada setiap kawasan yang sudah dikuasai pejuang, dibangunlah benteng pertahanan dan setiap benteng pertahanan dibangun jalan atau jembatan yang menghubungkan tiap-tiap benteng
Gunanya apaan gan?
Benteng yang dibangun jelas untuk mempersulit lawan masuk ke teritori kita, sedangkan jalan penghubung untuk memudahkan mobilisasi pasukan dan komunikasi antara benteng- benteng pertahanan (kece abis kan)
Ada untung ada ruginya sih strategi ini. Untungnya perang lebih cepat selesai karena lawan mudah terjepit pasukan yang ada dan wilayah/ teritori tidak mudah dikuasai musuh. Nah, ruginya adalah butuh pekerja dan waktu banyak buat bangun bentengnya

Devide et Impera (Adu Domba)

Yang ini juga strategi bikinan Belanda dimana suatu kelompok besar dipengaruhi (biasanya yang dipengaruhi para pemimpin) seperti Anak raja dipengaruhi untuk membunuh ayahnya agar mendapat tahta kerajaan.
Akhirnya perpecahan terjadi seperti Perang Goa- Talo, Makassar- Bone, dll.
Strategi ini paling efektif melawan Indonesia, tapi kenapa sih 3,5 abad Indo gak jatoh-jatoh juga?
Jawabannya simpel. Karena kita BERSATU
Kita sadar akan kelemahan kita yaitu kita terpecah akibat strategi ini. Hal inilah yang akhirnya memunculkan nasionalisme dan persatuan di semua rakyat yang pada akhirnya melahirkan

Negara Kesatuan Republik Indonesia

Jadi agan sista sekarang tahu kan bahwa NKRI bukan sekedar nama, tapi punya makna yang dalam

Ok, balik lagi ke strateginya, Indonesia juga pernah memakai strategi Belanda ini buat ngelawan Belanda juga (senjata makan tuan) dengan mengadu domba pimpinan internal VOC (organisasi bentukan Belanda)

Puputan

Strategi perang yang diterapkan pasukan Bali dalam perang Puputan Jagaraga (dipimpin Ketut Jelantik) dan Puputan Margarana (dipimpin Ngurah Rai) saat lawan Belanda. Puputan berarti perang sampai mati. Jagaraga dan Margarana adalah tempat terjadinya kedua perang di Bali.
Bukan main kan gan sis, pejuang kita berani mati demi negara. Ane dan kita semua aja belum tentu berani lho
Untuk info saja, Ngurah Rai menjadi foto dalam uang Rp. 50.000 (cek dompet agan sista deh kalau punya gocap, kalau enggak yang sabar ya gan sis) (Mana tanggal tua lagi)



Ok, jadi Bali pas masa Ngurah Rai sempat diajak Belanda gabung dan jadi negara bonekanya, karena saat itu wilayah Indonesia hanya Jawa, Madura, dan Sumatera (Bali gak ikut) akibat buruknya diplomasi Sutan Sjahrir yang membuat wilayah Indonesia makin kecil aja.
Nah Bali ini gak mau dipisah dari RI pipmpinan Soekarno-Hatta makanya melawan Belanda habis-habisan (saat itu namanya NICA bukan VOC lagi)

Bumi Hangus

Nih strategi paling berisiko yang pernah ada di Indonesia.
Agan Sista ada yang orang Bandung disini?
Kalau ada, kalian pasti tahu dong lagu "Halo- Halo Bandung"
Nah lagu itu dibuat untuk mengenang Bandung yang udah dibakar habis oleh penduduknya sendiri.

Lah gile ya lu masa bakar kota sendiri?!

Nah ane jelasin kenapa muncul strategi ini.
Jadi Belanda itu akan nyerang Bandung pada 23 Maret 1946. Mereka ngultimatum rakyat Bandung untuk ngosongin Bandung. Hal ini biar Belanda bisa dapet Amunisi dari gudang senjata dan wilayah Bandung tentunya



Akhirnya, sosok Muhammad Tohamenjadi sorotan karena telah menerapkan strategi ini, para rakyat Bandung dievakuasi terlebih dahulu keluar kota Bandung, dan setelah itu kota dibakar habis.
Sekitar jam 12 malam, Bandung Selatan sudah kosong dari penduduk dan terbakar.
Tak berhenti disitu saja, Toha dan Ramdan (anggota Barisan Rakyat Indonesia) rela mati bunuh diri di gudang senjata sekutu dengan meledakkan dinamit.
Dua hal ini (bumi hangus dan peledakan) bertujuan agar Belanda tidak mendapat apapun saat datang ke Bandung karena semua sudah hangus dilahap si jago merah

"Sekarang telah menjadi lautan api, mari bung rebut kembali!"
(Lirik akhir lagu Halo- Halo Bandung)

Sapit Urang

Dan inilah strategi perang favorit TS yang diracik oleh seseorang bernama

"Jenderal Sudirman"

Siapa sih yang gak kenal orang yang satu ini? Panglima besar tentara Indonesia yang selalu dikenang rakyat. Jasanya bukan main gan sis karena dialah founder dari TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang berubah hingga sekarang menjadi

"Tentara Nasional Indonesia"

Ok, balik lagi ke strateginya, Sapit Urang itu artinya Capit Udang
Dari namanya kocak kan
Eitsss tapi strateginya kece abis gan sis

Jadi pengertian sapit urang adalah suatu strategi dimana satu kumpulan pasukan memancing lawan ke arah mereka, dan lawan langsung dikepung dari 2 arah belakang (kiri dan kanan) lawan oleh pasukan yang lain hingga posisinya benar- benar terkurung

Untuk lebih jelasnya, nih ane kasih skemanya



Strategi perang ini merupakan warisan dari kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di Indonesia yang memiliki wilayah kekuasaan dari seluruh Indonesia, hingga Filipina



Strategi tersebut kembali diterapkan dalam Perang Palagan Ambarawa oleh Beliau dan berhasil mengalahkan Belanda (NICA) pada 15 Desember 1945. Setiap tanggal tersebut pula diperingati sebagai Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau dikenal dengan "Hari Juang Kartika"