gangel160487Avatar border
TS
gangel160487
Big Five Sawit (+Pic, Sejarah Berdirinya)
Hello Guys,
menyambung artikel sebelumnya.........
http://www.kaskus.co.id/thread/5760f...an-itu-artikel
Back again .. hari ini kita membahas kembali mengenai perusahaan sawit besar yang ada


1. SMART



PT SMART Tbk (SMAR) adalah salah satu perusahaan produsen barang konsumen berbasis kelapa sawit yang tercatat di bursa dan salah satu yang terbesar di Indonesia, yang berkomitmen atas produksi minyak kelapa sawit yang lestari. Didirikan pada tahun 1962, SMART saat ini memiliki perkebunan kelapa sawit dengan total luasan lahan sebesar lebih kurang 135.000 hektar (termasuk perkebunan plasma). SMART juga mengoperasikan 15 mills, 4 kernel crushing plants and 3 refineries.

SMART adalah anak perusahaan Golden Agri-Resources (GAR), salah satu perusahaan berbasis kelapa sawit terbesar di dunia yang juga tercatat di Bursa Singapura. SMART juga mengelola seluruh perkebunan kelapa sawit GAR dengan total area perkebunan di Indonesia seluas 430.200 hektar (termasuk perkebunan plasma) pada 31 Maret 2010.

Hubungan dengan GAR memberikan keuntungan bagi SMART dengan skala ekonomisnya dalam hal manajemen perkebunan, teknologi informasi, penelitian dan pengembangan, pembelian bahan baku, dan akses terhadap jaringan pemasaran yang luas, baik domestik maupun internasional.

Profil Eka Tjipta:



Eka Tjipta Widjaja merupakan seorang pengusaha dan konglomerat Indonesia. Nama asli Eka Tjipta Widjaja adalah Oei Ek Tjhong, beliau dilahirkan pada tanggal 3 Oktober 1923 di China, Ia terlahir dari keluarga yang amat miskin. Ia pindah ke Indonesia saat umurnya masih sangat muda yaitu umur 9 tahun. Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke kota Makassar

Tiba di Makassar, Eka kecil segera membantu ayahnya yang sudah lebih dulu tiba dan mempunyai toko kecil. Tujuannya jelas, segera mendapatkan 150 dollar, guna dibayarkan kepada rentenir. Dua tahun kemudian, utang terbayar, toko ayahnya maju. Eka pun minta Sekolah. Tapi Eka menolak duduk di kelas satu. Eka Tjipta Widjaja bukanlah seorang sarjana, doktor, maupun gelar-gelar yang lain yang disandang para mahasiswa ketika mereka berhasil menamatkan studi. Namun beliau hanya lulus dari sebuah sekolah dasar di Makassar. Hal ini dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan. Ia harus merelakan pendidikannya demi untuk membantu orang tua dalam menyelesaikan hutangnya ke rentenir. Tamat SD, ia tak bisa melanjutkan sekolahnya karena masalah ekonomi. Ia pun mulai jualan. Ia keliling kota Makassar, Dengan mengendarai sepeda, ia keliling kota Makasar menjajakan door to door permen, biskuit, serta aneka barang dagangan toko ayahnya. Dengan ketekunannya, usahanya mulai menunjukkan hasil. Saat usianya 15 tahun, Eka mencari pemasok kembang gula dan biskuit dengan mengendarai sepedanya. Ia harus melewati hutan-hutan lebat, dengan kondisi jalanan yang belum seperti sekarang ini. Kebanyakan pemasok tidak mempercayainya. Umumnya mereka meminta pembayaran di muka, sebelum barang dapat dibawa pulang oleh Eka. Hanya dua bulan, ia sudah mengail laba Rp. 20, jumlah yang besar masa itu. Harga beras ketika itu masih 3-4 sen per kilogram. Melihat 1 usahanya berkembang, Eka membeli becak untuk memuat barangnya.

Eka Tjipta Widjaja Jatuh Bangun Membangun Bisnis
Namun ketika usahanya tumbuh subur, datang Jepang menyerbu Indonesia, termasuk ke Makassar, sehingga usahanya hancur total. Ia menganggur total, tak ada barang impor/ekspor yang bisa dijual. Total laba Rp. 2000 yang ia kumpulkan susah payah selama beberapa tahun, habis dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Di tengah harapan yang nyaris putus, Eka mengayuh sepeda bututnya dan keliling Makassar. Sampailah ia ke Paotere (pinggiran Makassar, kini salah satu pangkalan perahu terbesar di luar Jawa). Di situ ia melihat betapa ratusan tentara Jepang sedang mengawasi ratusan tawanan pasukan Belanda. Tapi bukan tentara Jepang dan Belanda itu yang menarik Eka, melainkan tumpukan terigu, semen, gula, yang masih dalam keadaan baik. Otak bisnis Eka segera berputar. Secepatnya ia kembali ke rumah dan mengadakan persiapan untuk membuka tenda di dekat lokasi itu. Ia merencanakan menjual makanan dan minuman kepada tentara Jepang yang ada di lapangan kerja itu.

Berhenti sebagai kontraktor kuburan, ia berdagang kopra, dan berlayar berhari-hari ke Selayar (Selatan Sulsel) dan ke sentra-sentra kopra lainnya untuk memperoleh kopra murah. Eka mereguk laba besar, tetapi mendadak ia nyaris bangkrut karena Jepang mengeluarkan peraturan bahwa jual beli minyak kelapa dikuasai Mitsubishi yang memberi Rp. 1,80 per kaleng. Padahal di pasaran harga per kaleng Rp. 6. Eka rugi besar. Ia mencari peluang lain.

Usaha yang Pantang Menyerah dari Eka Tjipta Widjaja
Tapi Eka berusaha lagi. Dari usaha leveransir dan aneka kebutuhan lainnya. Usahanya juga masih jatuh bangun. Misalnya, ketika sudah berkibar tahun 1950-an, ada Permesta, dan barang dagangannya, terutama kopra habis dijarah oknum-oknum Permesta. Modal dia habis lagi. Namun Eka bangkit lagi, dan berdagang lagi. Pada tahun 1980, ia memutuskan untuk melanjutkan usahanya yaitu menjadi seorang entrepreneur seperti masa mudanya dulu. Ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 10 ribu hektar yang berlokasi di Riau.


2. Wilmar

Kuok Khoon Hong, Pria berusia 57 tahun ini adalah keponakan Robert Kuok, raja bisnis gula dan properti Malaysia, bersama Martua sepakat mengembangkan bisnis bersama-sama. Wilmar sendiri disebut-sebut sebenarnya adalah singkatan dari kedua nama mereka, yaitu William, nama panggilan Kuok Khoon Hong, dan Martua Sitorus. Mereka berdua adalah pemilik signifikan Wilmar Holdings Pte Ltd (perusahaan holding Wilmar International Ltd).
Keduanya berbagi tugas, Kuok Khoon Hong sebagai chairman & CEO dan Martua sebagai chief operating officer (COO) Wilmar International Ltd. Keluarga besar Matua Sitorus berperan penting dalam bisnis, mereka menduduki jabatan penting. Istri (Rosa Taniasuri Ong), saudara laki-laki (Ganda Sitorus), saudara perempuan (Bertha, Mutiara, dan Thio Ida), dan ipar (Suheri Tanoto dan Hendri Saksti) menduduki posisi kunci di Wilmar Corp. Bahkan, Hendri Saksti diberi kepercayaan menjadi kepala operasional bisnis Wilmar di Indonesia.
Bisnis keduanya meningkat pesar di bulan pertama 2006, menghasilkan kenaikan 7,8% senilai S$3,7 miliar dibanding periode sama sebesar US$3,4 miliar di tahun 2005. Laba bersihnya selama sembilan bulan pertama 2006 tumbuh 56,4% mencapai US$68,3 juta dibanding periode yang sama 2005 sebesar US$43,6 juta. Keduanya berrencana ekspansi Wilmar ke bisnis biodiesel. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung menggebrak dengan membangun tiga pabrik biodiesel.


Profil Martua Sitorus


Martua Sitorus lahir di Pematang Siantar, sebuah kota di Sumatera Utara, di tahun 1960. Pria yang memiliki nama asli Thio Seng Hap, adalah pemilik perusahaan Wilmar International bersama Kuok Khoon Hong. Meraka bergerak di bisnis sawit, dan menjadi perusahaan terbesar di dunia dari usahnya tersebut. Di tahun 1991, perusahaan tersebut resmi berdiri bermodal 7.100 hektar kebun sawit. Wilmar International juga mendirikan pabrik pengolahan hingga Sumatera Utara.

Pada 2005, Wilmar International diperkirakan telah memiliki total aset $.1,6 miliar, total pendapatan $.4,7 miliar dan laba bersih $.58juta. Sejarah Wilamar International tidak lapas dari Mertua Sitorus, pria asli Batak ini dulunya hanya minyak sawit kecil kecilan Indonesia- Singapura. Pria 42 tahun, lulusan sarjana ekonomi HKBP Nommensen, Medan, Sumatera Utara.
Menjadi sangat bersemangat, ia sukses berbisnis dan tumbuh hingga membeli 7.100 hektar kebun sawit di 1991. Usaha sawit lah yang membuat dirinya jadi pengusaha besar di Sumatera Utara. Di 1991, setalah mendirikan pabrik sawit, Martua bersiap ekspansi ke Malaysia dimana pasar kala itu masih bagus.
Ia pun tak lekas puas, fokus mendirikan hilirisasi (produk turunan) yang lebih bernilai tinggi. Tahun 1998, ia mendirikan pertama kalinya pabrik memproduksi specialty fats. Wilmar International tercatat di bursa saham Singapura. Perusahaannya tumbuh, sebelumnya berupa pengolahan minya sawit berkembang terspesifikasi di wilayah agrobisnis.
Perusahaan memiliki beberapa usaha; penyuliang minyak goreng, pengepakan dan penjualan, lemak khusus, oleokimia, produksi biodisel, dan pengolahan biji- bijian. Pengepakanya akan meliputi merchandising minyak sawit dan produk laurics (semacam lemak nabati), (2). pengolahan minyak sawit dan refinery, diolah dan refining untuk manjadi minyak bisa dimakan, minyak sayur, biji- bijian dan kedelai. Konsumennya meliputi China, Vietnam dan Indonesia, dan sudah berbentuk hasil jadi siap pakai.
Bertambah tahun membuat bisnis Martua semakin bersinar meliputi berbagai usaha. Utamanya, ia fokus kepada bisnis minyak kelapa sawit serta turunannya. Di tahun 2000, perusahaanya PT.Multimas Nabati Asahan memproduksi minyak goreng Sania. Per 31 Desember 2005, Wilmar International memiliki 69.171 hektar, 65 pabrik, tujuh kapal tanker, dan 20.123 karyawan. Perusahaanya memiliki 30 negara tujuan eksportir.

3. Asian Agri

Asian Agri adalah salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia yang dibangun oleh Sukanto Tanoto[1] pada tahun 1979. Memiliki 160.000 ha area perkebunan tersertifikasi dengan 25.000 karyawan.
Asian Agri juga merupakan perusahaan kelapa sawit yang memiliki mitra petani plasma terbesar di Indonesia, yaitu 29.000 petani yang meliputi 60.000 ha lahan.
Skema kemitraan Asian Agri dengan petani plasma menjadi contoh kongkrit keberhasilan upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Perhepi (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia) dalam diskusi publiknya memaparkan bahwa melalui kemitraan dengan petani plasma, petani diberikan akses transparan tentang penentuan harga sawit, sehingga tidak terjadi diskriminasi harga.
Salah satu contoh bagaimana program kemitraan petani plasma dapat membawa keuntungan bagi perekomian daerah adalah multiplier effect untuk sektor kelapa sawit di Riau sebesar 3.03 yang berarti setiap investasi sebesar Rp 100.000 bagi petani akan meningkatkan pendapatan sampai Rp 303.000.
Sejarah
Semenjak dibangun pada tahun 1979, Asian Agri merupakan pionir dari skema transmigrasi milik pemerintah di Riau dan Jambi. Program transmigrasi adalah program yang bertujuan untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Asian Agri merupakan bagian dari grup Royal Golden Eagle.

Profil Sukanto Tanoto:


Lahir di Belawan, Medan pada hari Natal 1949, Sukanto Tanoto merupakan anak tertua dari tujuh laki-laki bersaudara. Ayahnya adalah seorang imigran dari kota Putian, provinsi Fujian, daratan Tiongkok. Pada tahun 1966, Sukanto Tanoto terpaksa berhenti sekolah setelah sekolah Tiongkok pada waktu itu ditutup oleh rejim Orde Baru, Presiden Suharto. Dia tidak dapat meneruskan sekolah ke sekolah nasional karena ayahnya masih berkewarganegaraan Tiongkok.
Setelah sang ayah meninggal secara mendadak, Sukanto Tanotolah yang harus menjalankan bisnis keluarga. Secara bertahap Sukanto Tanoto mengembangkan bisnisnya mulai dari perdagangan umum hingga memenangkan kontrak-kontrak bisnis pembangunan jaringan pipa gas internasional.

Sukanto Tanono merupakan pengusaha otodidak dan tidak menyelesaikan pendidikan formal di bangku sekolah. Ia belajar bahasa Inggris kata demi kata menggunakan kamus bahasa Tiongkok – Inggris dan akhirnya mampu mengikuti sekolah bisnis di Jakarta pada pertengahan tahun 1970. Ia kemudian melanjutkan belajar di INSEAD di Fontainebleau, Perancis.[2]
Pada tahun 1997, Sukanto Tanoto memilih menetap di Singapura bersama keluarganya, dan mendirikan kantor pusatnya di sana.[6] Sukanto Tanoto tetap merupakan warga negara dan memegang paspor Indonesia.[2]
Aktivitas Bisnis
Kepentingan bisnis Sukanto Tanoto dijalankan oleh kelompok usaha the Royal Golden Eagle International (RGEI). Grup bisnis tersebut memiliki jumlah karyawan lebih dari 50.000 orang yang tersebar di seluruh dunia dengan total aset lebih dari 15 milyar dolar, yang meliputi empat area bisnis utama: pulp dan kertas (APRIL), agro industri (Asian Agri), dissolving wood pulp dan viscose staple fibre (sateri Holdings Limited) dan pengembangan sumber daya energy (Pacific Oil & Gas).
Kegiatan Pilantropi
Sukanto Tanoto menyadari pentingnya program-program tanggung jawab sosial (APP), Sukanto Tanoto membangun sekolah-sekolah, mendirikan program pertanian terpadu yang mengajarkan masyarakat desa untuk menjalankan praktik pertanian alternatif dan tidak lagi melakukan praktik penebangan dan pembakaran lahan. Selain itu, perusahaan menyampaikan laporan program pembangunan berkelanjutan kepada lembaga swadaya masyarkat, seperti kepada WWF, setelah lembaga tersebut menyampaikan masukan tentang konservasi hutan di Riau.[10]
Sukanto Tanoto juga mendirikan Tanoto Foundation,[11] yang memberikan penghargaan professorship awards. Pada tahun 2007, award senilai 130 ribu dolar diberikan kepada dua peneliti Indonesia untuk melakukan penelitian teknologi yang memiliki kewajiban sosial.[12]
Tanoto Foundation (TF) menyumbang pembangunan perpustakaan INSEAD di Singapura pada 2005, yang kemudian diberinama Tanoto Library. TF juga mendanai program professor di bidang metabolisma dan endokrinologi di Duke-NUS Graduate Medical School di Singapura dan merupakan donor regular bagi Carnegie Mellon, untuk mendanai Tanoto Professor of Electrical and Computer Engineering

4. Musim Mas



Musim Mas sendiri sebenarnya sudah dirintis oleh kakeknya sejak 1932 di Medan. Awalnya perusahaan tersebut memproduksi sabun dengan nama pabrik Nam Cheong. Ketika kakeknya meninggal, ayah Bachtiar, Anwar Karim, belum bisa meneruskan usaha itu karena baru berusia 12 tahun. Namun ketika usianya menapaki 20 tahun, ia mulai dipercaya membesarkan pabrik sabun itu dan berkembang dengan mendirikan pabrik refinasi. Tahun 1972, Anwar Karim mulai menggunakan nama Musim Mas, setelah sebelumnya sempat menggunakan nama PT Lambang Utama. Nama Musim Mas merupakan terjemahan dari nama ibunda Anwar (bahasa Cina) yang kalau diindonesiakan menjadi Musim Semi Mas. Tahun 1988, Musim Mas pun mengembangkan usahanya ke perkebunan yang merupakan sektor upstream bisnis refinasi. Keputusan menggarap sektor hulu karena sempat mengalami kesulitan mendapatkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Musim Mas masuk ke kebun kelapa sawit demi mendukung industri hilir yang sudah lebih dulu digarap. Selain Kelapa sawit, grup ini juga memiliki Hotel Mikie Holiday di Brastagi, Sumut, yang dibangun tahun 2000. Selain itu juga ada PT Megasurya Mas yang memproduksi berbagai produk sabun, seperti Harmony, Medicare, Lervia, Lark dan Champion.

Profil Bachtiar Karim



Bachtiar Karim adalah seorang pengusaha dari Indonesia. Ia beserta saudaranya dikenal sebagai pimpinan Musim Mas Group, yang bergerak di lini bisnis utama minyak sawit atau CPO. Ia adalah anak sulung dari empat anak Anwar Karim dan bergabung dengan usaha ayahnya sejak 1981. Pada 2015, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, ia menduduki peringkat ke-12[1].


5. Salim Ivomas Pratama

Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) didirikan dengan nama PT Ivomas Pratama tanggal 12 Agustus 1992 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1994. Kantor pusat SIMP beralamat di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 11, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 76-78, Jakarta 12910 – Indonesia. Kelompok Usaha memiliki perkebunan-perkebunan dan pabrik-pabrik di propinsi Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara.
Induk usaha dari Salim Ivomas Pratama Tbk adalah Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan Indofood Agri Resources Ltd. (IndoAgri), Singapura, dimana INDF dan IndoAgri masing-masing memiliki 6,47% dan 72,00% saham yang ditempatkan dan disetor penuh SIMP, sedangkan 60,5% saham IndoAgri secara tidak langsung dimiliki oleh INDF, jadi kepemilikan Indofood secara efektif di SIMP adalah sebesar 52,00%. Adapun induk usaha terakhir dari Salim Ivomas Pratama Tbk adalah First Pacific Company Limited (FP), Hong Kong.

Merek-merek utama yang dimiliki SIMP, antara lain: untuk minyak goreng (Bimoli, Happy Salad Oil, Delima dan Mahakam) dan margarin & lemak nabati (Simas, Palmia, Simas Palmia, Amanda dan Malinda).

Profil Sudono Salim atau Liem Sioe Liong

(lahir di Tiongkok, 19 Juli 1916 – meninggal di Singapura, 10 Juni 2012 pada umur 95 tahun) adalah seorang pengusaha Indonesia. Dia merupakan pendiri Salim Group. Kepemilikan Salim Group meliputi Indofood, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco, PT Mega, Bank Windu Kencana, PT Hanurata, dan PT Waringin Kencana dan lain-lain. Selain itu bersama Djuhar Sutanto, Sudwikatmono dan Ibrahim Risjad (dikenal dengan The Gangs of Four) mendirikan sebuah perusahaan tepung terigu terbesar di Indonesia yaitu, PT Bogasari Flour Mill.
Ia dikenal luas masyarakat dekat dengan mantan Presiden ke-2 Indonesia Soeharto. Usahanya diteruskan anaknya yakni Anthony Salim dan menantunya Franciscus Welirang.


Tambahan:
SIME Darby

SIME DARBY adalah perusahaan hasil penggabungan tiga BUMN perkebunan kelapa sawit asal Malaysia yang bernama Synergy Drive Sdn Bhd, terdiri dari Golden Hope Plantation Bhd, Sime Darby Bhd dan Guthrie Bhd, nilai mergernya setara dengan Rp 78,8 triliun.
Setelah penggabungan tersebut saat ini SYNERGY memiliki lahan perkebunan kelapa sawit seluas 647.373 ha yang tersebar di Malaysia dan Indonesia. Total luas lahan tertanam dikedua negara tersebut mencapai 523.310 ha, dengan memiliki produksi CPO sebanyak 2,1 juta ton pertahun atau 13% produksi CPO Malaysia.

Di Indonesia SIME DARBY mulai menggarap perkebunan kelapa sawit pada tahun 1988 dengan mengakuisisi 23 lahan perkebunan milik Salim Group seluas 256.000 ha dan saat ini telah memiliki lahan seluas 288.057 ha yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, sebanyak 209.391 ha telah tertanam dengan produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebanyak 3,9 juta ton dan produksi Crude Palm Oil (CPO) sebanyak 800.000 ton.
Anak usahanya di Indonesia yaitu PT. Minamas Gemilang telah memiliki 7 pabrik kelapa sawit di Kabupaten Kota Baru dan Tanah Tumbu, kemudian membangun dua pabrik kelapa sawit lagi dengan kapasitas 750.000 ton pertahun yang menghabiskan investasi sebesar US$ 100 juta, sehingga total menjadi sembilan pabrik kelapa sawit, ekspansi ini dilakukan untuk memenuhi permintaan CPO yang tinggi dari pabrik minyak goreng dari anak usaha yang lain PT. Golden Hope Nusantara.




mampir ke thread ane lainnya
http://www.kaskus.co.id/post/57624ca...9975c02b8b456a
http://www.kaskus.co.id/post/5761009...06bdbe168b4569



Polling
0 suara
Familiar dengan Sawit dan Turunannya?
Diubah oleh gangel160487 20-06-2016 09:37
gangel1604Avatar border
anasabilaAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 2 lainnya memberi reputasi
3
8.1K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan