- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Penghasilan Terlalu Kecil Tapi Nafsu Kelewat Besar


TS
bibir.mer
Penghasilan Terlalu Kecil Tapi Nafsu Kelewat Besar
Quote:
BEGINILAH nasib kuli bangunan Sutrisno, 35, dari Sidoarjo (Jatim). Penghasilannya terlalu kecil, tapi nafsunya kelewat besar. kimpoi saja bisanya siri, eh masih pengin kimpoii perempuan lain dengan jual motor istri sirinya. Belum juga berhasil poligami, Sutris sudah dilaporkan polisi dan gagalah dia mbelah duren tahap II.
Tak ada barang sempurna di dunia ini. Yang kaya raya, sering justru tidak punya anak. Yang miskin malah anaknya bererot, seperti kesebelasan sepakbola. Sebaliknya juga, ada yang kaya tapi cari istri tidak dapat-dapat. Di tempat lain ada pula, makan sehari-hari saja susah kepengin beristri dua, karena nafsunya meledak-ledak.
Sutrisno warga Candi Sidoarjo, rupanya termasuk yang demikian itu. Nafsunya yang besar tak sebanding dengan penghasilannya yang kecil. Namun demikian dia tak menyerah pada nasib. Buat makan sehari-hari saja susah, kuli bangunan ini masih juga membayangkan betapa asyiknya berbini lebih dari satu. Paling tidak badan menjadi lebih bersih, karena sering mandi junub.
Sebagai kuli bangunan yang akrab dengan bau semen dan tiner pengencer cat, Sutrisno memang tidak mampu mengawini anak orang dengan proses yang wajar dan terhormat. Maka ketika sudah punya gacoan, lima tahun lalu Faridah, 30, dinikahi dengan cara siri tanpa lewat KUA. Prinsip mereka, yang penting sudah sah. Ibaratnya kendaraan, sudah ada SIM sementara, sehingga dikendarai kapan saja takkan ditilang. Cuma ya itu tadi, sebelum 1.000 Km jangan dibuat boncengan dulu.
Tapi rupanya Sutris tak menyadari akan kekurangannya. Menikah saja hanya siri, masih menginginkan pula bini yang lain sebagai ban serep. Katanya, masak orang kalah sama jip. Jip itu punya ban serep, kenapa saya tidak? Maka sebelum nyawa lepas dari tubuh, ada baiknya dicoba dulu, bagaimana asyiknya punya dua bini. Haru Senin sampai Rabu di bini tua, hari Kamis sampai Sabtu di bini muda. Lalu hari Minggu ke mana? Doking dulu dong, masa kapal berlayar terus.
Kebetulan Sutris punya sir-siran gadis lumayan cantik, namanya Atun. Pihak sononya juga sudah siap dinikahi, tapi harus dilamar dan diberi uang peningset minimal Rp 5 juta. Wah, kalau dirinya itu anggota DPR, uang segitu hanyalah upil ibaratnya. Tapi dirinya kan hanya kuli bangunan yang dibayar saban Sabtu, jumlahnya paling banter Rp 600.000,- Untuk mewujudkan angka Rp 5 juta itu dari mana?
Sutrisno lalu memeras otak, bagaimana memperoleh dana cepat. Mau pakai kartu kredit mana bisa, wong hanya kuli bangunan. Mau pinjam bank juga sulit, karena borg yang dimiliki paling-paling meteran dan cethok. Nah, dalam kondisi kepepet itu Sutris lalu ingat sepeda motor Honda bingung milik istrinya. Bagaimana tak disebut motor bingung, bukan skuter tapi bentuknya mirip Vespa. Dibilang Vespa tapi kok tak ada ban serepnya?
Ya sudahlah, apa bentuknya Honda Scoopy milik Faridah ini jika dijual masih laku barang Rp 8 juta. Maka tanpa pikir panjang motor bininya itu dijual bersama STNK dan BPKB-nya sekaligus. Begitu dapat duit langsung diserahkan ke calon mertua. Ketika istri menanyakan ke mana sepeda motornya, bilang saja, “Baru dipinjam teman buat ke luar kota.”
Karena sudah seminggu tak kembali juga, Faridah mengadakan penyelidikan. Hasilnya bikin dia marah besar, karena sepeda motornya dijual untuk modal nikah. Langsung saja dia lapor polisi dan Sutrisno pun ditangkap. Rencana untuk menikahi Atun gagal total, dan bayangan untuk bermalam pertama bersama gadis idaman tak terwujud.
Malam pertama jadi malam dingin di sel polisi. (JPNN/Gunarso TS)
Tak ada barang sempurna di dunia ini. Yang kaya raya, sering justru tidak punya anak. Yang miskin malah anaknya bererot, seperti kesebelasan sepakbola. Sebaliknya juga, ada yang kaya tapi cari istri tidak dapat-dapat. Di tempat lain ada pula, makan sehari-hari saja susah kepengin beristri dua, karena nafsunya meledak-ledak.
Sutrisno warga Candi Sidoarjo, rupanya termasuk yang demikian itu. Nafsunya yang besar tak sebanding dengan penghasilannya yang kecil. Namun demikian dia tak menyerah pada nasib. Buat makan sehari-hari saja susah, kuli bangunan ini masih juga membayangkan betapa asyiknya berbini lebih dari satu. Paling tidak badan menjadi lebih bersih, karena sering mandi junub.
Sebagai kuli bangunan yang akrab dengan bau semen dan tiner pengencer cat, Sutrisno memang tidak mampu mengawini anak orang dengan proses yang wajar dan terhormat. Maka ketika sudah punya gacoan, lima tahun lalu Faridah, 30, dinikahi dengan cara siri tanpa lewat KUA. Prinsip mereka, yang penting sudah sah. Ibaratnya kendaraan, sudah ada SIM sementara, sehingga dikendarai kapan saja takkan ditilang. Cuma ya itu tadi, sebelum 1.000 Km jangan dibuat boncengan dulu.
Tapi rupanya Sutris tak menyadari akan kekurangannya. Menikah saja hanya siri, masih menginginkan pula bini yang lain sebagai ban serep. Katanya, masak orang kalah sama jip. Jip itu punya ban serep, kenapa saya tidak? Maka sebelum nyawa lepas dari tubuh, ada baiknya dicoba dulu, bagaimana asyiknya punya dua bini. Haru Senin sampai Rabu di bini tua, hari Kamis sampai Sabtu di bini muda. Lalu hari Minggu ke mana? Doking dulu dong, masa kapal berlayar terus.
Kebetulan Sutris punya sir-siran gadis lumayan cantik, namanya Atun. Pihak sononya juga sudah siap dinikahi, tapi harus dilamar dan diberi uang peningset minimal Rp 5 juta. Wah, kalau dirinya itu anggota DPR, uang segitu hanyalah upil ibaratnya. Tapi dirinya kan hanya kuli bangunan yang dibayar saban Sabtu, jumlahnya paling banter Rp 600.000,- Untuk mewujudkan angka Rp 5 juta itu dari mana?
Sutrisno lalu memeras otak, bagaimana memperoleh dana cepat. Mau pakai kartu kredit mana bisa, wong hanya kuli bangunan. Mau pinjam bank juga sulit, karena borg yang dimiliki paling-paling meteran dan cethok. Nah, dalam kondisi kepepet itu Sutris lalu ingat sepeda motor Honda bingung milik istrinya. Bagaimana tak disebut motor bingung, bukan skuter tapi bentuknya mirip Vespa. Dibilang Vespa tapi kok tak ada ban serepnya?
Ya sudahlah, apa bentuknya Honda Scoopy milik Faridah ini jika dijual masih laku barang Rp 8 juta. Maka tanpa pikir panjang motor bininya itu dijual bersama STNK dan BPKB-nya sekaligus. Begitu dapat duit langsung diserahkan ke calon mertua. Ketika istri menanyakan ke mana sepeda motornya, bilang saja, “Baru dipinjam teman buat ke luar kota.”
Karena sudah seminggu tak kembali juga, Faridah mengadakan penyelidikan. Hasilnya bikin dia marah besar, karena sepeda motornya dijual untuk modal nikah. Langsung saja dia lapor polisi dan Sutrisno pun ditangkap. Rencana untuk menikahi Atun gagal total, dan bayangan untuk bermalam pertama bersama gadis idaman tak terwujud.
Malam pertama jadi malam dingin di sel polisi. (JPNN/Gunarso TS)
http://poskotanews.com/2016/06/15/pe...kelewat-besar/
gara2 napsu besar

0
658
Kutip
0
Balasan


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan