- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Koalisi Sudah Setahun Lalu Eksekusinya Baru Sekarang


TS
bibir.mer
Koalisi Sudah Setahun Lalu Eksekusinya Baru Sekarang
Quote:
IBNU, 28, marah betul istrinya diajak “koalisi” ranjang dengan Jumair, 28, tetangganya. Dia ingin bikin perhitungan, tapi dirancang sejak setahun lalu selalu gagal. Maka ketika ketemu pagi-pagi beberapa hari lalu, langsung saja Jumair dieksekusi dengan sejumlah bacokan. Penggoda bini tetangga itupun wasalam.
Dendam itu tidak baik, akan merusak jasmani dan rokhani pemiliknya. Apa lagi politisi yang suka dendam, itu bukan politisi sejati. Misalnya, kalah nyapres dua kali, terus tak mau datang ke Istana meski diundang oleh presiden pemenang. Itu namanya bukan sikap negarawan, tapi sikap Bu RT atau Pak RT yang mudah kesal karena dipaksa laporan ke Pemprov pakai Qlue.
Ibnu memang bukan negarawan, hanya warga negara yang senang turu awan (tidur siang). Jadi jamaklah jika pemikirannya pendek. Masak hanya karena dengar kabar bininya, Ruliyah, 25, diselingkuhi pemuda tetangga, diselesaikan dengan pembunuhan. Ini kan sama saja mau menyelesaikan masalah, tapi malah tambah masalah. Bisa dimarahi Kantor Pegadaian nanti.
Ibnu menikah dengan Ruliyah belum lama, tergolong pengantin barulah. Ibarat sepeda motor, jalannya belum sampai 1.000 Km, sehingga belum bisa dipakai boncengan. Tapi ternyata tetangganya, Jumair, diam-diam ingin membonceng pula. Kalau tahu, sudah barang tentu Ibnu akan menjawab: tidak, karena hanya dipakai untuk kalangan sendiri.
Ruliyah ini memang tergolong cantik di kelasnya. Di kampungnya Enok, Inhil, Riau, dia termasuk perempuan yang banyak dikagumi. Ketika dia menikah banyak yang menyesali, termasuk Jumair. Sebetulnya dia sudah lama naksir, tapi dalam status belum punya pekerjaan, mana mungkin diterima untuk “ngerjain” anak gadis orang? Istilah kata, Jumain minder duluan, kalah sebelum perang.
Ketika Ruliyah dinikahi Ibnu setahun lalu, dia sungguh galau seperti pegawai seminggu belum gajian. Apa lagi pengantin baru itu tidak segera boyongan ke tempat lain, justru Ibnu yang tinggal di rumah mertua. Dengan sendirinya Jumair semakin dilanda cemburu, karena menjai sering melihat bagaimana Ruliyah – Ibnu jalan bareng dengan sejuta kemesraan.
Jumair ingin menebus kekalahan itu. Lewat jalur resmi sudah ketinggalan kereta dan tidak mungkin, ya pakai jalur independen lah. Makanya diam-diam mendekati Ruliyah yang sudah milik orang itu. Ternyata, sebetulnya dulu Ruliyah juga menunggu kata-kata Jumair, karena diam saja akhirnya Ruliyah menerima lamaran Ibnu.
Itu artinya cinta sebetulnya tak bertepuk sebelah tangan. Karena pertimbangan itu akhirnya Jumair menjadi lebih agresip, dan ternyata Ruliyah memberi angin. Akhirnya, pada sebuah kesempatan Ruliyah – Jumair berhasil berkoalisi dan bisa mereguk kenikmatan badani. Meski statusnya hanya “generasi penerus”, tapi Jumair sangat menikmati.
Sebetulnya hanya beberapa kali Jumair berhasil menggauli Ruliyah, tapi lama-lama Ibnu suaminya tahu juga. Dia menjadi dendam sekali, tapi bagaimana caranya bisa mengeksekusi pengganggu bininya itu? Peluang selalu lewat. Baru setahun kemudian, tepatnya beberapa hari lalu, Ibnu melihat pagi-pagi Jumain memboncengkan ibunya ke pasar. Langsung saja dicegat, parang yang sudah disiapkan segera dibuat menghajar Jumair berkali-kali dan tewas di tempat. Habis kejadian, Ibnu menyerahkan diri ke polisi.
Puas memang, tapi bakal masuk penjara, kan? (JPNN/Gunarso TS)
Dendam itu tidak baik, akan merusak jasmani dan rokhani pemiliknya. Apa lagi politisi yang suka dendam, itu bukan politisi sejati. Misalnya, kalah nyapres dua kali, terus tak mau datang ke Istana meski diundang oleh presiden pemenang. Itu namanya bukan sikap negarawan, tapi sikap Bu RT atau Pak RT yang mudah kesal karena dipaksa laporan ke Pemprov pakai Qlue.
Ibnu memang bukan negarawan, hanya warga negara yang senang turu awan (tidur siang). Jadi jamaklah jika pemikirannya pendek. Masak hanya karena dengar kabar bininya, Ruliyah, 25, diselingkuhi pemuda tetangga, diselesaikan dengan pembunuhan. Ini kan sama saja mau menyelesaikan masalah, tapi malah tambah masalah. Bisa dimarahi Kantor Pegadaian nanti.
Ibnu menikah dengan Ruliyah belum lama, tergolong pengantin barulah. Ibarat sepeda motor, jalannya belum sampai 1.000 Km, sehingga belum bisa dipakai boncengan. Tapi ternyata tetangganya, Jumair, diam-diam ingin membonceng pula. Kalau tahu, sudah barang tentu Ibnu akan menjawab: tidak, karena hanya dipakai untuk kalangan sendiri.
Ruliyah ini memang tergolong cantik di kelasnya. Di kampungnya Enok, Inhil, Riau, dia termasuk perempuan yang banyak dikagumi. Ketika dia menikah banyak yang menyesali, termasuk Jumair. Sebetulnya dia sudah lama naksir, tapi dalam status belum punya pekerjaan, mana mungkin diterima untuk “ngerjain” anak gadis orang? Istilah kata, Jumain minder duluan, kalah sebelum perang.
Ketika Ruliyah dinikahi Ibnu setahun lalu, dia sungguh galau seperti pegawai seminggu belum gajian. Apa lagi pengantin baru itu tidak segera boyongan ke tempat lain, justru Ibnu yang tinggal di rumah mertua. Dengan sendirinya Jumair semakin dilanda cemburu, karena menjai sering melihat bagaimana Ruliyah – Ibnu jalan bareng dengan sejuta kemesraan.
Jumair ingin menebus kekalahan itu. Lewat jalur resmi sudah ketinggalan kereta dan tidak mungkin, ya pakai jalur independen lah. Makanya diam-diam mendekati Ruliyah yang sudah milik orang itu. Ternyata, sebetulnya dulu Ruliyah juga menunggu kata-kata Jumair, karena diam saja akhirnya Ruliyah menerima lamaran Ibnu.
Itu artinya cinta sebetulnya tak bertepuk sebelah tangan. Karena pertimbangan itu akhirnya Jumair menjadi lebih agresip, dan ternyata Ruliyah memberi angin. Akhirnya, pada sebuah kesempatan Ruliyah – Jumair berhasil berkoalisi dan bisa mereguk kenikmatan badani. Meski statusnya hanya “generasi penerus”, tapi Jumair sangat menikmati.
Sebetulnya hanya beberapa kali Jumair berhasil menggauli Ruliyah, tapi lama-lama Ibnu suaminya tahu juga. Dia menjadi dendam sekali, tapi bagaimana caranya bisa mengeksekusi pengganggu bininya itu? Peluang selalu lewat. Baru setahun kemudian, tepatnya beberapa hari lalu, Ibnu melihat pagi-pagi Jumain memboncengkan ibunya ke pasar. Langsung saja dicegat, parang yang sudah disiapkan segera dibuat menghajar Jumair berkali-kali dan tewas di tempat. Habis kejadian, Ibnu menyerahkan diri ke polisi.
Puas memang, tapi bakal masuk penjara, kan? (JPNN/Gunarso TS)
http://poskotanews.com/2016/06/10/ko...baru-sekarang/

0
1.1K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan