
Semarang - Kesuksesan Rania Tasya Ifadha (15) menjadi mahasiswi termuda Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tidak lepas dari dukungan orangtuanya. Komunikasi dan pengawasan menjadi kunci pasangan pasutri Hasanudin (41) dan Suhartini (37) mengantarkan putrinya ke Unair.
Hasanudin mengatakan, meskipun dirinya bekerja sebagai pelaut dan sering jauh dari anak, komunikasi tetap dijaga dengan menghubungi serta menyemangati setiap ada ujian.
"Ya saya telepon-telepon, kalau ujian juga ditelepon," kata Hasanudin saat ditemui di rumahnya, Jalan Singa Timur I, Semarang, Jumat (3/6/2016).
Selain itu, sejak kecil orang tua Iren menanamkan pendidikan agama, sehingga gadis kelahiran 17 Februari 2001 itu menurut pada orang tua. Tidak perlu ada paksaan dari orang tua untuk mendidik anak.
"Jadi kita juga harus tahu pergaulannya dengan siapa. Dan kalau janji pulang jam 21.00 ya nanti jam 21.00 tepat kita telepon, kita ajarkan kedisiplinan," tegasnya.
Ibu Iren, Suhartini menambahkan dirinya juga mengawasi pergaulan Iren termasuk di dunia maya. Hal itu dilakukan untuk menjaga putrinya. Ia juga menyempatkan selalu antar jemput les atau sekolah di tengah kesibukan mengelola sanggar rias.
"Ya saya itu berperan sebagai orang tua dan teman. Dari handphone-nya juga dicek. Alhamdulillah lancar dan anaknya menurut. Setiap antar sekolah, pas turun saya pesan, 'yang pinter, jangan nakal'. Itu selalu tidak lupa," terang Suhartini.
Untuk belajar Iren, Suhartini juga tidak memaksa, putrinya sadar diri dan belajar biasa saja, bahkan kadang di depan televisi agar tidak tegang. Iren juga tidak dilarang bermain dengan temannya.
"Ya saya ini biasa saja, kadang main juga. Kalau belajar malah kadang di depan tv biar enggak spaneng (tegang)," kata Iren.
Bentuk dukungan orangtua Iren juga dituangkan pada adiknya, Rikaz Aryo Fassya (9) yang berminat pada bela diri. Orang tua mereka mendukung setiap minat anak-anaknya namun tetap dalam pengawasan.
"Ryo (panggilan Rikaz) juga sampai ikut Kejurnas," tandas Hasanudin.
Sementara itu, Iren mengatakan orang tuanya memang berpengaruh dan hal itulah yang menjadi motivasi menggapai cita-citanya.
"Saya tetap fokus, ingat perjuangan orang tua yang berat dan tidak sebanding dengan perjuangan saya yang hanya seperti ini. Saya ingin banggakan orang tua," kata Iren.
Iren merupakan mahasiswi termuda FK Unair lewat jalur SNMPTN dalam usia 15 tahun. Ia berjuang dengan mengikuti kelas akselerasi sejak duduk di bangku SMP. Ia bercita-cita menjadi dokter spesialis anak dan tinggal selangkah lagi tercapai.
Anak2 cerdas yg inspiratif, semoga makin banyak anak2 berprestasi ditengah berita2 rudapaksaan dan kenakalan remaja yg memprihatinkan