Majelis hakim Pengadilan Negeri Bangil menjatuhkan vonis delapan tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider tiga bulan kurungan kepada AKP Zainal Arifin. Oknum polisi yang bertugas di Pusdik Gasum, Porong, Kabupaten Sidoarjo itu, dinyatakan melanggar pasal 82 ayat 1 UU nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.

"Menjatuhkan terdakwa hukuman selama delapan tahun penjara dan denda sebesar Rp 100 juta subsider tiga bulan kurungan," tegas ketua majelis hakim I Gede Karang Anggayasa, Rabu (1/6/2016).

Vonis hakim ini tidak jauh dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Bangil yakni delapan tahun penjara dengan denda sebesar Rp 100 juta subsider enam bulan kurungan penjara.

Setelah pembacaan vonis, pria 50 tahun itu langsung dibawa ke luar ruang sidang. Meski ruang sidang dipenuhi keluarga korban, namun berlangsung tertib.

Pria warga warga Kejapanan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan itu tidak menerima putusan hakim karena dia tidak mengakui semua dakwaan. "Ia mengatakan akan banding. Dia sama sekali tidak mengakui perbuatannya," kata penasehat hukum Zainal, I Made Japi Kartika.

Sementara itu, keluarga korban sangat tidak puas dengan vonis tersebut. Saiful (41), paman korban mengatakan vonis tersebut jauh dari rasa keadilan.

"Seharusnya hukuman kebiri atau mati. Kami tidak terima," tandas Saiful seraya menegaskan akan terus mencari keadilan.

Zainal Arifin diamankan Satreskrim Polres Pasuruan berdasarkan laporan keluarga korban. Ibu korban SK (36), melapor ke Polsek Prigen yang kemudian diteruskan ke Unit PPA Polres Pasuruan. Zainal dituduh telah mencabuli korban yang baru berusia 7 tahun yang dilakukan pada Sabtu (28/11/2015) sekitar pukul 13.00 WIB.

http://news.detik.com/jawatimur/3223...-tahun-penjara



MISSION REPORT 1 JUNI 2016: PUNISHMENT OF KEBIRI IS FAIL