Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

maulida40Avatar border
TS
maulida40
Melepaskan Diri dari Syirik
Keadaan orang yang tidak dapat melepaskan dirinya dari syirik adalah umpama seekor keldai yang terikat dan berpusing menggerakkan batu penggiling. Walaupun jauh jarak yang dijalaninya namun, dia selalu kembali ke tempat yang sama. Jika ia mau bebas perlulah ia melepaskan ikatannya dan keluar dari ikatan penggilingan, dan putaran batas yang mengitari penggilingan. Orang yang mau membebaskan dirinya dari syirik secara keseluruhannya hendaklah membebaskan perhatian hatinya dari semua perkara kecuali Allah s.w.t. Keluar dari bulatan alam dan masuk kepada Wujud Mutlak.

Dibaca berulang, jika tidak paham, sebab setiap kata itu mengandung pemahaman. jadi kalau ingin lepas dari kungkungan syirik, maka harus mengalihkan perhatian dari yang menyebabkan syirik itu, jika diumpamakan ketergantungan pada harta maka harus dialihkan perhatian dari harta, dan pemikiran dituntun untuk keluar dari ketergantungan pada pemikiran kalau harta itu bisa memberikan jawaban atas semua, dan harus ditarik kepahaman kalau punya harta itu bisa melakukan semuanya. Juga pada ketergantungan pada hal lain, misal ketergantungan pada saudara atau orang tua, karena merasa orang tuanya bisa menyelesaikan semua, maka timbul ketergantungan pada orang tua, harus ditekankan, kalau orang tua itu bisa sakit, bisa juga mati, tak kekal. Makin banyak yang dijadikan gantungan manusia maka makin banyak kerak yang harus dihapus penyebab kesyirikan dari pribadinya, sampai ketergantungan pada diri sendiri, ketika kekuasaan ego menguasai diri, merasa diri mampu melakukan apa saja, maka sebenarnya diri sendiri sudah menjadikan dirinya sebagai tuhan, tandingan dari tuhan yang menciptakan alam semesata ini.

Pembelajaran manusia sejak kecil itu diselewengkan dari bertuhan hanya Allah semata, ajaran yahudi dan ajaran apatis tak bertuhan sejak kecil pelan-pelan ditanamkan dalam diri kita, sehingga lama lama melekat dalam diri kita sifat sombong dan sifat menang sendiri, kalau diri yang melakukan maka itu benar, kalau orang lain yang melakukan maka salah, sejak diri manusia dicekoki pengajaran seperti itu, karena banyaknya kurikulum adalah dari orang yahudi dan komunis, kita di ajari semua kejadian adalah kejadian alam, bukan kuasa Allah, jadi kelihatannya pinter tapi makin bodoh, dan kembali ke jaman jahiliyan, dan jaman batu, makin pinter perempuan makin tak berbaju, makin pinter lelaki makin banyak maksiatnya, jadi bukannya maju, tapi makin menuju jaman sebelum ada tukang jahit dan belum ada baju.
-----------------------------
Ada beberapa peringkat yang perlu dilalui sebelum mencapai Wujud Mutlak. Peringkat pertama ialah membebaskan diri dari kongkongan penjara alam jasad. Penjara alam jasad ialah hawa nafsu. Di dalam penjara hawa nafsu ini tersedia berbagai-bagai hidangan yang lazat-lazat seperti kekuasaan, kemegahan, kemuliaan, kasihkan puji-pujian, ujub, riak, tamak, dengki dan lain-lain. Jika mau melepaskan diri dari penjara ini hendaklah berpuasa dari semua makanan yang dihidangkan. Jangan biarkan diri larut dalam percakapan aneka makanan, itu sama saja menjerumuskan diri dalam bayangan enaknya makanan, perbincangan akan mendatangkan selera. Sembunyikan selera dan lapar walaupun perut bergelora. Sambutlah setiap hidangannya dengan menggelengkan kepala dan palingkan muka ke arah lain. Apabila makanannya tidak dijamah, hawa nafsu tidak ada kuasa lagi memenjarakan seseorang itu. Bebaslah dia keluar dari penjara tersebut.

Setelah keluar dari penjara nafsu seseorang itu berhadapan pula dengan penjara dunia. Penjara dunia mempamerkan berbagai-bagai jenis keindahan, kemewahan dan menjanjikan keabadian. Dunia menghidangkan apa sahaja yang menyenangkan dan memecahkan liur. Di dalam penjaranya seseorang dibenarkan melakukan apa saja, menikmati apa jua hidangannya tanpa pantang dan larang. Di dalam penjara dunia ini seseorang dikurung di dalam bilik yang bernama syahwat. Kaki dan tangannya dirantai dengan rantai yang bernama kelalaian. Matanya ditutup dengan penutup yang bernama panjang angan-angan. Di dalam penjara ini makanan hawa nafsu masih lagi dihidangkan kerana dunia dan hawa nafsu selalu bekerjasama. Oleh itu setelah berpuasa daripada hidangan hawa nafsu seseorang itu perlu pula mendapatkan alat memutuskan rantai yang mengikatnya dan merobohkan dinding penjara tersebut. Alatnya ialah ingat kepada mati dan huru hara selepas kematian. Inilah alat yang boleh membebaskan seseorang dari penjara dunia. sulit jika orangnya masih merasa hidupnya akan lama, maka dia merasa masih panjang waktunya dan akhirnya lupa sama sekali kalau akan mati.

Setelah keluar dari penjara dunia seseorang itu akan masuk ke dalam penjara akhirat. Hidangan di dalam penjara ini ialah pahala, syurga dan bidadari. Rantai yang mengikat seseorang di dalam penjara ini ialah kehendak atau keinginan atau lebih tepat jika dipanggil kesadaran terhadap diri sendiri. Perhatian kepada diri sendiri yang melakukan amal kebaikan menjadikan seseorang lebih terkerangkeng di dalam penjara akhirat. Kenderaan yang boleh membawanya keluar ialah ilmu, iaitu ilmu yang boleh melepaskan seseorang dari bersandar kepada amalnya dan melihat bahwa amal kebaikan yang keluar dari dirinya adalah kurnia Allah s.w.t semata-mata. Tanpa kurnia rahmat dan petunjuk dari Allah s.w.t pastilah tidak akan ada kebaikan pada dirinya. Apabila seseorang telah kuat berpegang kepada kurnia Allah s.w.t dia akan bebas dari penjara akhirat.

Setelah selamat dari penjara akhirat seseorang itu akan masuk pula ke dalam penjara alam malaikat, iaitu penjara alam maujud yang terakhir. Hidangan di dalam penjara ini ialah kedekatan dan kemuliaan di sisi Allah s.w.t. merasa dekat dengan Allah, merasa do'a doanya makbul, Rantai pengikat ialah sisa-sisa kehendak diri sendiri dan kesadaran terhadap diri sendiri yang menerima kurnia Allah s.w.t. Pada peringkat ini perlulah dihapuskan semua sekali kehendak, cita-cita, angan-angan, harapan, hajat, fikiran dan segala yang maujud. Apabila kefanaan dari semua yang maujud dicapai, dapatlah dia keluar dari penjara malaikat.

Setelah keluar dari semua jenis penjara alam, seseorang itu masuk ke dalam penjara Ilmu Allah s.w.t. Ilmu Allah s.w.t bukanlah alam, tetapi adalah hal ketuhanan sendiri. Hidangan di dalam penjara ini ialah rahasia yang ghaib-ghaib tentang hukum Allah s.w.t di dalam alam. Dalam suasana Ilmu Allah s.w.t inilah dapat dilihat pentadbiran Ilahi yang menggerakkan alam maya dan semua kejadian yang berlaku di dalamnya. Oleh sebab Ilmu Allah s.w.t sangat luas dan tiada batas sepadan maka penjaranya juga tidak ada sepadan. Sesiapa yang terlena dengan berbagai macam ilmu yang terdapat di dalamnya akan terpenjara selama-lamanya di sini, kerana jika mau dikaji Ilmu Allah s.w.t niscaya seseorang itu akan mati dahulu sebelum sempat mengkaji sebesar zarah dari Ilmu-Nya. Seseorang yang mau lepas dari penjara ini hendaklah menjadikan ilmu sebagai kenderaan bukan tujuan. Ilmu bukanlah mahkota untuk dijunjung tetapi ia adalah alat untuk berjalan. Apabila ilmu dilayani dengan adil iaitu meletakkannya pada tempat yang patut baginya, dapatlah seseorang itu bebas dari tawanannya.

Bila keluar dari penjara ilmu, diri akan masuk ke dalam penjara makrifat. Ia adalah penjara yang paling kukuh. Ilmu Allah dan makrifatullah bukan lagi alam maujud. Apa yang didapati pada kedua-duanya adalah hakikat-hakikat atau hal-hal ketuhanan. Paling tinggi pencapaian ilmu tentang Allah s.w.t ialah: Tidak tahu dan tidak boleh dikatakan apa-apa, kerana tiada sesuatu menyamai-Nya, menyerupai-Nya atau boleh diibaratkan bagi-Nya. Pada martabat makrifat pula setinggi-tinggi pencapaian ialah: Zat diri-Nya tidak boleh dikenal oleh sesiapa pun. Dia kini adalah sebagaimana Dia dahulu, bahkan tidak ada kini dan dahulu pada-Nya.

upaya yang di lakukan untuk mengenal diri Allah s.w.t lebih dari itu adalah sia-sia. Jika diupayakan juga maka hasilnya adalah tidak ada apa yang didapati. Sesiapa yang sampai kepada makam makrifat janganlah tinggal terpenjara di dalamnya. Keluarlah dari makrifat baharulah boleh sampai ke Hadrat Allah s.w.t.

Tajrid atau melepaskan secara keseluruhannya dari semuanya adalah syarat untuk bertemu dengan Allah s.w.t. Seseorang hendaklah melepaskan ilmu pengetahuannya, amal perbuatannya, makrifatnya, sifatnya, namanya dan semuanya, dengan demikian dia bertemu dengan Allah s.w.t seorang diri tanpa sebarang bekal. Dia hendaklah melihat tibanya hidayat dan kemurahan Allah s.w.t, bukan hasil dari amal dan ilmunya. bukan dari kehendak diri, Tinggalkan segala-galanya dan masuklah kepada Hadrat Allah s.w.t. Bagaimana mungkin berbuat demikian?

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakan: “Roh itu dari perkara urusan Tuhanku; dan kamu tidak diberikan ilmu pengetahuan melainkan sedikit saja”. ( Ayat 85 : Surah al-Israa’ )
Apa yang kita tidak mengerti dan tidak mempunyai ilmu tentangnya kecuali terlalu sedikit ialah roh.

Serta Aku tiupkan padanya roh dari (ciptaan)-Ku. ( Ayat 72 : Surah Saad)

Roh yang berkait atau dinisbahkan kepada Allah s.w.t itulah yang menghadap kepada Allah s.w.t dan yang dapat masuk ke Hadirat Allah s.w.t. Roh adalah urusan Allah s.w.t. Bagaimana roh masuk ke Hadirat Allah s.w.t itu juga urusan Allah s.w.t, kamu tidak diberi ilmu tentangnya kecuali teramat sedikit. Pengetahuan yang sedikit itu ialah: “URUSAN ALLAH S.W.T!” Jangan disoal dan diusul lagi. Allah s.w.t adalah puncak segala tujuan, penghabisan segala perjalanan dan tumpuan semua permintaan. dan tak perlu dibahas lagi, karena tak ada kata atau aksara, atau alam ini bisa menjelaskan.
0
1.1K
8
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan