Dua jet tempur milik militer Tiongkok menghalau pesawat militer Amerika Serikat (AS) di atas Laut China Selatan (LCS). Insiden itu, seperti dilaporkan Kementerian Pertahanan AS di Pentagon, terjadi di wilayah udara internasional pada 17 Mei lalu saat pesawat pengintai maritim AS melakukan patroli rutin di LCS.

Pentagon menyatakan jet tempur Tiongkok tipe J-11 melakukan pencegatan “tidak aman” terhadap pesawat pengintai EP-3. Sumber dari pejabat Pentagon menyebut jet tempur Tiongkok terbang dalam jarak 50 kaki (15 meter) dari pesawat militer AS. Insiden itu terjadi di sebelah timur Pulau Hainan.

“Laporan awal menandai insiden itu tidak aman,” sebut pernyataan dari Pentagon.

Sebaliknya, Kementerian Luar Negeri Tiongkok membantah adanya manuver berbahaya dari pesawat Tiongkok, serta menyerukan AS agar menghentikan pengintaian dekat wilayah Tiongkok. Peristiwa itu menambah ketegangan di kawasan LCS yang berpotensi menjadi konflik terbuka.

“Pesawat terbang AS mendekat ke Pulau Hainan. Dua pesawat Tiongkok mengikuti dan mengawasi dalam jarak aman. Tidak ada manuver berbahaya dari pesawat Tiongkok. Tindakan mereka sangat profesional dan aman,” kata juru bicara Kemlu Tiongkok, Hong Lei, Kamis (19/5).

Kantor berita AS, Associated Press, melaporkan pilot AS terpaksa turun sekitar 200 kaki (60 meter) untuk menghindari tabrakan. Namun, Hong menyebut tindakan pesawat AS yang justru membahayakan keamanan maritim Tiongkok.

“Itu seharusnya menunjukkan pesawat-pesawat militer AS secara rutin melakukan pengintaian di perairan pantai Tiongkok, secara serius membahayakan keamanan maritim Tiongkok,” kata Hong.

“Kami mendesak AS segera menghentikan aktivitas pengintaian untuk menghindari insiden serupa terjadi lagi,” tambah Hong.

Pertemuan militer kedua negara itu terjadi seminggu setelah Tiongkok mengirimkan jet-jet tempur selama kapal Angkatan Laut AS berlayar dekat dengan karang yang disengketakan di LCS. Aksi penghalauan serupa oleh Tiongkok terjadi tahun 2014 ketika pilot pesawat tempur Tiongkok melakukan manuver akrobatik di sekitar pesawat mata-mata AS. Insiden itu mendapat sorotan karena terjadi hanya beberapa hari menjelang kunjungan Presiden AS Barack Obama ke Asia pada 21-28 Mei


Source: