- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bergejolak Lagi, Gunung Sinabung Belum Mau Berhenti


TS
act.id
Bergejolak Lagi, Gunung Sinabung Belum Mau Berhenti

KARO – Sebagai bagian dari pelengkap rangkaian cincin api pasifik, Gunung Sinabung masih bertahan dengan gejolak aktivitas vulkanik di Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Setelah sejak setengah dekade lalu tak henti beraktivitas, sepekan belakangan Sinabung kembali menunjukkan aktivitas yang lebih intensif. Puncaknya saat Sabtu (21/5) kemarin pukul 16.48, Sinabung kembali ‘batuk’ mengeluarkan luapan awan panas dan lahar dingin.
Awan panas itu melintasi jalur yang pernah diprediksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Zona ini menjadi zona ekstrem yang tak boleh sama sekali dilintasi, terlarang untuk ditinggali walau hanya sejenak melintas. Sebab, erupsi Sinabung termasuk bertipe mendadak, tak bisa ditebak kemunculannya. Nahasnya, erupsi Sinabung kemarin sore sampai menimbulkan korban jiwa.
Relawan dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Kabupaten Sumatera Utara, Nurhayati (25), yang berada di lokasi mengungkapkan hingga kemarin terdata 7 orang tewas dan 2 orang mengalami luka bakar, menjadi korban luncuran awan panas Sinabung
“Yang tewas di lokasi ada 3 orang, 2 orang korban meninggal dunia lainnnya baru ditemukan di malam harinya pukul 22.00 WIB. Sedangkan 4 orang korban luka-luka dilarikan ke Rumah Sakit Evarina Etaham untuk mendapatkan perawatan. Minggu pagi 2 orang yang mendapatkan perawatan itu akhirnya juga meninggal dunia karena luka bakar yang cukup serius. Jadi jumlah total yang meninggal dunia 7 orang,” terangnya.
Nurhayati menambahkan para korban meninggal dunia dan luka bakar adalah para petani yang baru saja pulang berladang dari Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, mereka tak mengindahkan peringatan, melintasi batas zona merah yang sudah ditetapkan.
Saat ini para relawan MRI Sumatera Utara sedang menyiapkan proses pemulasaran jenazah korban terjangan awan panas. "Sementara itu warga di sekitar Sinabung kini membutuhkan bantuan masker, obat-obatan, logistik, dan kebutuhan lainnnya, karena abu vulkanik dan guguran awan panas masih tetap keluar,” terang Nurhayati.
Sejak lama Desa Gamber mendapatkan status tak boleh ditinggali lagi oleh BPBD Karo. Tidak boleh ada aktivitas masyarakat karena desa ini berada tepat di jalur luncuran material erupsi Sinabung. Namun nyatanya, sampai hari ini masih ada sebagian kecil masyarakat yang tetap nekat melintasi zona radius berbahaya itu. Padahal jarak dari Desa Gamber ke puncak Sinabung hanya menyisakan kurang dari 4 Km. Penuturan BPBD Karo, kecepatan luncuuran awan panas bisa mencapai 1 km/detik ! Artinya, siapapun yang nekat terjebak di Desa Gamber, awan panas akan menerjang deras tanpa memberikan kesempatan berlindung.
Beberapa warga di lereng Sinabung memang masih ada yang berkebun, tinggal sementara waktu di desa. Mereka yang berkebun ini menganggap lahan yang pernah menjadi lintasan maerial vulkanik, pasti menyisakan tanah yang subur untuk ditanami. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ekonomi menjadi faktor pemicu utama mengapa mereka tetap nekat melintasi zona merah.
Perlu diketahui, hingga saat ini masih ada ribuan pengungsi Gunung Sinabung yang tinggal di dalam tenda-tenda pengungsian. Belum ada ganti rumah permanen yang bisa menjadi tempat mereka bernaung. Hidup di dalam tenda pengungsian tentu menjadi tekanan batin, tak memiliki penghidupan, tak ada aktivitas yang bisa dilakukan. Apalagi Gunung Sinabung belum menunjukkan sedikitpun tanda akan berhenti bergejolak sampai beberapa waktu ke depan.
Tak hanya Desa Gamber, masih ada tiga desa lainnya yakni Desa Kuto Tunggal, Gurukinayan, dan Berastepu yang berada di dalam zona merah. Sudah sejak Oktober 2014 silam pemerintah melakukan relokasi 1.633 KK atau 4.967 jiwa dari 4 desa tersebut ke tenda-tenda pengungsian. Sambil menunggu proses pembangunan hunian pengganti, nyaris lima ribu jiwa penduduk masih ditempatkan di hunian sementara.
Merespons bencana guguran awan panas Sinabung, Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) segera menyusun rencana prioritas meninjau kembali penanda (signage) bahaya atau plang zona merah yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jika memang ada kondisi plang zona berbahaya yang rusak maka akan dibuat kembali.
“Kami akan mendata dan menata kembali plang zona berbahaya terutama di Desa Gamber. Tanda berbahaya akan kami buat menjadi dua kategori yakni “Larangan” dan “Himbauan”. Setelah itu kami akan berkoordinasi dengan relawan lokal untuk menyajikan kembali materi mitigasi dan kesiapsiagaan bencana letusan Sinabung,” ungkap Ading dari Disaster Emergency and Relief Management (DERM) ACT.
Sementara itu, Komandan Tim DERM, Kusmayadi menyatakan pihaknya akan menyalurkan bantuan logistik serta mendistribusikan air bersih untuk keperluan warga pengungsi erupsi Gunung Sinabung.[]
Penulis: Shulhan Syamsur Rijal & Muhajir AR
Ayo Berpartisipasi
0
1.1K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan