Namanya adalah Mahendra Ahirwar, ia berusia 12 tahun. Apa yang berbeda dari Mahendra ? Mahendra tidak dapat menahan tubuhnya sendiri, semua ototnya hampri tidak ada sama sekali, khususnya pada bagian lehernya. Mahendra berkata bahwa ia melihat segalanya terbalik, kondisi Mahendra yang menyedihkan ini telah menyentuh orang-orang di seluruh dunia. Banyak orang mengirimkan donasi sebisa mereka dan se-ikhlas mereka. Operasi bisa dilakukan namun sangat beresiko besar dan sangat merupakan tantangan yang luar biasa bagi tim bedah, operasi bahkan bisa membunuhnya, akan tetapi ini adalah satu-satunya jalan agar Mahendra bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dunia seperti anak-anak normal pada umumnya dan agar bisa menjalani kehidupan yang normal. Ini adalah sebuah cerita bagaimana sains mencoba membantu untuk memberikan kesempatan bagi seorang anak agar bisa menjalani kehidupan normal, ini adalah sebuah cerita tentang seorang anak yang melihat dunia dengan cara yang berbeda.

Rumah Mahendra berada di sebuah desa yang sangat terpencil dengan populasi penduduk hanya sebanyak 800 jiwa saja, Jata Pahadi di India. Di desa ini, kehidupannya sangat sederhana, lapangan pekerjaan sangat langka dan pelayanan medis hampir tidak ada. Mahendra terlahir dengan kondisi yang sudah seperti itu, ini adalah apa yang disebut dengan “Congenital Myopathy”, kondisi kelainan ini adalah kondisi dimana otot-otot pada tubuh menjadi sangat tipis, lemah dan tidak berkembang sama sekali, sehingga Mahendra tidak memiliki kekuatan pada lehernya, tangan dan kakinya untuk menopang tubuhnya sendiri, ia tidak bisa berjalan, berdiri, makan atau mandi, ia tidak bisa melakukan apapun. Karena tidak bisa mengangkat kepalanya sendiri, apa yang dilihat Mahendra pun berbeda dengan anak-anak yang normal, segalanya nampak terbalik di penglihatan Mahendra.





Ibu Mahendra, Sumitra memiliki 3 anak lainnya yang normal. Ketika lahir, keluarga Mahendra tidak menyadari apapun dan itu berlangsung selama 4 bulan, kemudian sedikit demi sedikit keanehan mulai terjadi, leher Mahendra mulai membengkok perlahan, Ibunya mencoba berobat ke dokter sebanyak 7 dokter telah didatangi namun tidak membuahkan hasil, beberapa orang berkata pada Sumitra bahwa kondisi yang menimpa anaknya adalah akibat dari perbuatan dosa yang telah ia dan keluarganya perbuat, beberapa penduduk desa setempat mencap keluarga mahendra sebagai para pendosa, sebuah keyakinan dan anggapan yang kuat dan kemudian diperkuat dengan pernyataan pendeta hindu setempat, anggapan dosa karena mencuri, menyakiti orang lain pun menjadi satu dari banyak tuduhan yang dilontarkan pada keluarga Mahendra, Sumitra mengetahui akan hal itu...tapi ia tak bisa berbuat banyak, ia hanya bisa pasrah sambil terus berusaha merawat Mahendra.



Kesehariannya, ayah dan ibu mahendra selalu membawa serta mahendra ketika mereka pergi bekerja, dengan dimasukkan ke dalam sebuah keranjang, karena mahendra tidak bisa berdiri apalagi berjalan. Sebagian penduduk desa menganggap bahwa Mahendra adalah beban dan sebuah kutukan, tidak jarang Sumitra sang Ibu mendapatkan saran dari penduduk desa agar membuang Mahendra. Dikutuk, disalahkan dan terbuang dari kehidupan setiap harinya, Mahendra hanya bisa melihat saja ketika saudara kandungnya pergi ke sekolah. Meskipun Mahendra pintar dan memiliki keinginan sekolah yang besar, namun pihak sekolah tidak bisa menangani kondisi fisiknya. Ini membuat Mahendra semakin terkucilkan dan kesepian, dalam hatinya selalu berharap..andai saja ada orang yang bisa menyembuhkan lehernya, maka tentu hidupnya akan berubah total, dan ia tidak akan menjadi tontonan “Sirkus” hiburan diantara teman-temannya.



Kondisi Mahendra yang sangat memprihatinkan itu ada kemungkinan bisa diubah, kondisinya menarik banyak simpati orang-orang di seluruh dunia, termasuk seorang Ibu dengan dua anak yang berada di Liverpool, Inggris, Julie Jones. Hati Julie tersentuh melihat kondisi Mahendra yang menyedihkan itu, melalui internet ia pun segera mencoba menggalang dana dari orang-orang untuk Mahendra, Julie menargetkan bantuan dana terkumpul sebesar 10.000 Pound, akan tetapi bisakah bantuan itu mengubah kehidupan Mahendra yang terbuang dari masyarakat ? Tidak sampai 1 minggu, donasi pun mengalir dari berbagai belahan dunia, mulai dari 5 Pound, 10, 20, 50 bahkan ada yang memberikan 300 sampai 400 Pound, dan akhirnya kurang dari 1 bulan total donasi yang terkumpul tercatat 12.676 Pound.



Dengan telah berhasilnya target yang dicapai bahkan melebihi target awal, ini berarti Mahendra akan segera bertemu dengan salah satu dokter spesialis bedah tulang terbaik yakni dr.Raj Krishnan, ia juga adalah salah satu konsultan bedah senior di salah satu RS terbaik di India tempat ia bertugas dengan spesialisasi pada pembentukan abnormal kompleks tulang belakang. Mahendra pun bisa berangkat ke New Delhi untuk menjalani pengobatannya yang bisa mengubah hidupnya. Setelah ayah dan ibu Mahendra melakukan ibadah demi keselamatan perjalanannya ke Delhi, esok harinya mereka meminta doa dan restu pada semua penduduk desa demi kesembuhan Mahendra dan keselamatan dalam perjalanannya, kemudian menuju stasiun untuk menempuh perjalanan jauh ke Delhi.







Sesampainya di RS Indraprastha Apollo di Delhi, dr.Krishnan segera memeriksa kondisi Mahendra dan untuk menentukan apakah ia bisa membantunya atau tidak. Menurut dr. Krishnan, kemungkinan Mahendra bisa berjalan sangat kecil, karena ia terlalu lama dibiarkan dalam kondisi seperti itu..sehingga otot-otot pada pinggang dan kakinya menjadi lumpuh total bahkan posisi kaki dan tangannya tidak bisa diregangkan atau diluruskan, dr. Krishnan tidak bisa berbuat apapun terhadap kondisi ototnya maupun kelumpuhan organnya, namun ada kemungkinan kondisi leher Mahendra bisa diubah ke posisi normal, Mahendra menjalani serangkaian pemeriksaan Sinar-X, CT Scan dan MRI untuk menentukan apakah bisa dilakukan Operasi.




Hasil pemeriksaan lab menunjukkan bahwa kelainan yang terjadi pada Mahendra sangat parah, jika tidak segera ditangani, kecelakaan kecil seperti terjatuh bisa menyebabkan patah leher atau kelumpuhan total. Namun dr. Krishnan sangat optimis Operasi bisa dilakukan dengan komplikasi yang minim. Resiko terbesar yang dihadapi Mahendra selama operasi adalah pada tahap Anestesi (obat penenang), Paru-paru Mahendra sangatlah lemah, dan ini akan mempengaruhi kemampuan tubuhnya dalam mentoleransi obat anestesi dan bertahan selama Operasi.

Operasi bisa mengubah kehidupan Mahendra, namun juga beresiko membunuhnya. Beberapa hari kemudian, jam 06.30 pagi Mahendra kembali dibawa ke RS untuk menjalani Operasi yang akan mengubah hidupnya dan memberikannya penglihatan baru terhadap dunia luar. Main Objective dari operasi adalah untuk menyatukan ruas tulang belakang dari tengkorak Mahendra ke bagian atas tulang punggungnya, dan sebuah pelat Titanium akan ditanamkan permanen untuk menjaga agar kepalanya tetap bisa tegak, bagi dr.Krishnan, kasus Mahendra ini sama sekali belum pernah ia temui, jadi ini adalah kali pertama ia dan tim bedahnya melakukan pembedahan yang sangat beresiko.



Operasi Mahendra pun dilakukan, kedua orang tua Mahendra hanya bisa menunggu cemas di luar, sementara operasi berjalan hampir 4 jam dan masih belum selesaai. Sementara itu, Julie yang menggalang dana untuk Mahendra pun akhirnya tiba di Delhi untuk bertemu dengan Mahendra dan kedua orang tuanya.

Proses Operasi Mahendra
Perhatian ! Foto-foto agak DP, bagi yang gak kuat liat lebih baik skip aja ya. TS tidak bertanggung jawab apabila terjadi "Rainbow Puke"



Dan akhirnya, setelah 10 jam di dalam ruangan operasi, Mahendra pun dibawa keluar oleh tim dokter untuk dipindahkan ke ICU, operasi berjalan lancar, pelat titanium telah dipasang di tulang belakang leher Mahendra, namun dr. Krishan menyatakan ini masih belum berakhir, ia harus memantau kondisi Mahendra berjaga-jaga jika terjadi infeksi akibat pemasangan pelat titanium tersebut. Mahendra telah bertahan melewati operasi namun sangat rentan terhadap infeksi, setelah proses operasi, Mahendra harus tetap dalam kondisi di bawah pengaruh obat penenang dan dalam ruang terisolasi untuk 3 hari kedepan, sehingga orang tuanya tidak diperbolehkan untuk menjenguk Mahendra selama 3 hari demi keselamatannya. Selama itu, Mahendra selalu dimonitor perkembangannya dengan sangat ketat, hasil pemeriksaan Sinar X, menunjukkan bagian paru-paru nya baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda infeksi. Dr. Krishnan pun melihat kondisi Mahendra, ia meminta Mahendra untuk mencoba bangkit dari tidurnya untuk posisi duduk dengan kepala tegak.



Namun masalah pun muncul, paru-paru Mahendra dipenuhi oleh cairan mukus atau lendir yang menurut Dr.Krishnan bisa berpotensi terjadi infeksi jika tidak dikeluarkan, Spirometer pun diberikan pada Mahendra agar bisa menarik nafas dalam untuk membantu mengeluarkan cairan tersebut, namun itu juga tidak membuahkan hasil karena dada Mahendra yang begitu lemah sehingga sulit untuknya membersihkan cairan itu. Dokter pun akhirnya turun tangan membantu menghisap cairan itu dengan bantuan alat. Pemeriksaan Sinar X keesokan harinya menunjukkan hasil yang memuaskan, paru-paru Mahendra sudah tidak dipenuhi cairan lagi, dan dr. Krishnan menyatakan Mahendra sudah berada dalam kondisi aman. Julie pun akhirnya bertemu dengan Mahendra, setelah sebelumnya bertemu dengan kedua orang tua Mahendra.



Julie pun sangat senang melihat perkembangan Mahendra yang telah memasuki proses penyembuhan, Mahendra berkata pada Julie bahwa ia tidak bisa membalas atau memberikan apapun selain doa kepada Julie dan semua orang yang membantunya, ia tidak punya apapun. Julie pun berkata pada Mahendra bahwa ia tidak perlu mengembalikan segala bantuan yang telah ia terima, karena banyak orang sayang dan peduli kepadanya dan membantunya dengan ikhlas.

Akhirnya Mahendra pun keluar dari ruang ICU dan pindah ke ruang perawatan umum, Julie pun segera kembali ke Inggris, namun tentu saja tidak melewatkan bertemu dengan Mahendra untuk terakhir kalinya serta memberikan sejumlah hadiah untuknya, sebuah jersey LiverPool merah yang bertuliskan Mahendra di bagian belakangnya serta sebuah mainan mobil remote control. Sejak operasi tidak ada seorang pun yang melihat Mahendra tersenyum sampai pada akhirnya, senyum itu pun terukir indah di wajahnya. Biaya operasi pembedahan Mahendra hanya sekitar 3.000 Pound, menyisakan lebih dari 9.000 pound sisanya yang nantinya akan digunakan untuk perawatan dan operasi selanjutnya yang dibutuhkan Mahendra. Ketika melepas kepergian Julie, Ibu Mahendra pun tak henti-hentinya menangis sambil memeluk Julie mengungkapkan perasaan senang dan terharunya atas bantuan yang diberikan Julie terhadap anaknya.



5 minggu setelah Operasi yang mengubah hidupnya, Mahendra kembali ke kampung halamannya, ke desanya. Namun kehidupan disana menjadi sangat berbeda, seorang donatur yang tidak diketahui identitasnya telah menyumbangkan sebuah kursi roda untuk Mahendra. Mahendra pun tidak lagi menjadi sampah atau anak kecil yang terbuang di lingkungannya, sekarang ia telah menjadi bagian dari teman-teman di desanya.



Operasi tidak hanya membebaskan Mahendra dari kehidupan yang terkucil dan terbuang, namun juga memberi kebebasan kepada sang Ibu, orang-orang sudah tidak lagi menganggapnya sebagai seorang yang dikutuk dan mereka pun mulai berbicara kepada Mahendra, Ibunya juga bisa bekerja dengan leluasa tanpa harus membawa Mahendra, ia pun semakin diterima di lingkungannya.



Namun dari kesemuanya itu, ada satu kejutan yang paling luar biasa. Untuk pertama kalinya Mahendra bisa menggenggam alat tulis, ia bisa duduk tegak dan bahkan ada rencana untuk bersekolah.