- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tragedi Mei 1998 Diusulkan Masuk Kurikulum Nasional


TS
p0congkaskus
Tragedi Mei 1998 Diusulkan Masuk Kurikulum Nasional
Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat setuju jika peristiwa kerusuhan Mei 1998 masuk menjadi bahan ajar di kurikulum nasional untuk sekolah-sekolah. Hal itu ia sampaikan dalam peringatan ‘18 Tahun Peristiwa Mei 1998’ di Tempat Pemakaman Umum Pondok Rangon, Jakarta, hari ini.
“Pelajaran soal Tragedi Mei 1998 ini memang harusnya jadi kurikulum nasional, sama seperti ketika kita belajar soal jatuhnya Kerajaan Singasari. Supaya tiap perpindahan kekuasaan tidak dihubungkan dengan pertumpahan darah,” ucap Djarot di TPU Pondok Rangon, Sabtu (14/5).
Pada Mei 1998, kerusuhan pecah di sejumlah daerah di Indonesia, khususnya Jakarta. Kerusuhan antara lain dipicu Tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Rangkaian peristiwa kala itu berujung pada kejatuhan Presiden Soeharto.
TPU Pondok Rangon yang menjadi lokasi peringatan ‘18 Tahun Peristiwa Mei 1998’ merupakan makam para korban tragedi Mei 1998 yang terjadi di Yogya Plaza Klender (kini bernama Mal Citra Klender). Mal tersebut menjadi sasaran amuk massa. Saat mal terbakar, banyak orang terpanggang di dalamnya.
Di TPU Pondok Rangon, ada sekitar 131 batu nisan tanpa nama. Mereka merupakan korban kerusuhan Mei 1998 yang dimakamkan secara massal karena tak lagi dikenali jasadnya.
Area pemakaman bagi korban Mei 1998 di TPU ini jadi satu dengan pemakaman umum lain. Makam bagi para korban 1998 ditandai dengan monumen dan prasasti bertuliskan harapan agar peristiwa Mei 1998 tak berulang.
Djarot berkata akan memberikan bantuan bagi keluarga korban tragedi Mei 1998 di Yogya Plaza Klender itu. Menurutnya, ada sekitar 30 keluarga yang bakal dibantu dengan cara membebaskan biaya pajak dan perawatan makam.
"Kami akan bantu keluarga korban dan cek kondisinya seperti apa. Mereka ini sudah jadi korban kejahatan kemanusiaan, jangan sampai terulang," ujar Djarot.
Bantuan disampaikan setelah salah satu keluarga korban mengeluhkan kondisi makam anaknya yang tak terawat. Belum lagi biaya pajak makam mesti dibayarkan tiga tahun sekali. Kondisi batu nisan bertuliskan 'Korban Tragedi Mei 1998' di pemakaman pun mulai rusak.
Selain bantuan itu, Djarot juga akan mendata kondisi sosial ekonomi keluarga korban untuk nemetakan bantuan apa yang tepat bagi mereka.
"Apa bantuan itu cukup? Ya belum. Tapi mereka ini sudah kehilangan anak-anaknya. Mereka tidak boleh kehilangan harapan hidupnya," kata Djarot.
sumber : http://www.palingutama.com/2016/05/t...kan-masuk.html
“Pelajaran soal Tragedi Mei 1998 ini memang harusnya jadi kurikulum nasional, sama seperti ketika kita belajar soal jatuhnya Kerajaan Singasari. Supaya tiap perpindahan kekuasaan tidak dihubungkan dengan pertumpahan darah,” ucap Djarot di TPU Pondok Rangon, Sabtu (14/5).
Pada Mei 1998, kerusuhan pecah di sejumlah daerah di Indonesia, khususnya Jakarta. Kerusuhan antara lain dipicu Tragedi Trisakti di mana empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dalam demonstrasi 12 Mei 1998. Rangkaian peristiwa kala itu berujung pada kejatuhan Presiden Soeharto.
TPU Pondok Rangon yang menjadi lokasi peringatan ‘18 Tahun Peristiwa Mei 1998’ merupakan makam para korban tragedi Mei 1998 yang terjadi di Yogya Plaza Klender (kini bernama Mal Citra Klender). Mal tersebut menjadi sasaran amuk massa. Saat mal terbakar, banyak orang terpanggang di dalamnya.
Di TPU Pondok Rangon, ada sekitar 131 batu nisan tanpa nama. Mereka merupakan korban kerusuhan Mei 1998 yang dimakamkan secara massal karena tak lagi dikenali jasadnya.
Area pemakaman bagi korban Mei 1998 di TPU ini jadi satu dengan pemakaman umum lain. Makam bagi para korban 1998 ditandai dengan monumen dan prasasti bertuliskan harapan agar peristiwa Mei 1998 tak berulang.
Djarot berkata akan memberikan bantuan bagi keluarga korban tragedi Mei 1998 di Yogya Plaza Klender itu. Menurutnya, ada sekitar 30 keluarga yang bakal dibantu dengan cara membebaskan biaya pajak dan perawatan makam.
"Kami akan bantu keluarga korban dan cek kondisinya seperti apa. Mereka ini sudah jadi korban kejahatan kemanusiaan, jangan sampai terulang," ujar Djarot.
Bantuan disampaikan setelah salah satu keluarga korban mengeluhkan kondisi makam anaknya yang tak terawat. Belum lagi biaya pajak makam mesti dibayarkan tiga tahun sekali. Kondisi batu nisan bertuliskan 'Korban Tragedi Mei 1998' di pemakaman pun mulai rusak.
Selain bantuan itu, Djarot juga akan mendata kondisi sosial ekonomi keluarga korban untuk nemetakan bantuan apa yang tepat bagi mereka.
"Apa bantuan itu cukup? Ya belum. Tapi mereka ini sudah kehilangan anak-anaknya. Mereka tidak boleh kehilangan harapan hidupnya," kata Djarot.
sumber : http://www.palingutama.com/2016/05/t...kan-masuk.html
0
937
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan