- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Indonesia Bakal Ekspor Listrik ke Malaysia


TS
namima
Indonesia Bakal Ekspor Listrik ke Malaysia
Quote:

Bengkayang - Indonesia bakal mengekspor listrik dengan kapasitas sekitar 600 megawatt (MW) ke Malaysia melalui semenanjung Riau. Ekspor tersebut merupakan bagian dari perjanjian kerja sama interkoneksi energi kedua negara yang melibatkan 3 titik, yakni di Semenanjung Riau, Serawak-Kalimantan Barat (Kalbar), dan Sabah-Kalimantan Utara (Kaltara).
"Di semenanjung Riau, kita akan bangun pembangkit listrik berkapasitas 2x600 MW. Sebagian akan kita gunakan sendiri dan sisanya diekspor ke Malaysia," kata Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman usai rapat dengan Menteri Tenaga Hijau dan Teknologi Malaysia di Bengkayang, Kalbar, Selasa (10/5).
Saat ini, menurut Jarman, proyek tersebut telah sampai pada tahap penyelesaian engineering, sehingga tinggal menunggu pelaksanaannya. "Sebelum implementasi kan perlu dibahas kontrak PPA yang lebih clear yang melibatkan TNB, PT Bukit Asam Tbk, dan PLN," ujar dia.
Jarman menjelaskan, kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan energi kedua negara. Tujuannya agar kedua pihak bisa mendapatkan energi yang murah sehingga dapat menciptakan efisiensi energi di negara Asean.
Jarman mencontohkan, untuk menangani beban sekarang, PLN menggunakan HSD yang membutuhkan biaya Rp 2000 per kwh, sementara jika membeli dari Serawak hanya Rp 900 per kwh, dan harga jual kepada masyarakat sebesar Rp 1.350 per kwh. Jadi dengan cara seperti ini, PLN yang tadinya harus mensubsidi dari penggunaan HSD, sekarang justru bisa mendapat marjin keuntungan untuk membangun transmisi yang lain.
"Untuk di Serawak-Kalbar, kita membeli energi dari mereka. Sementara untuk yang di Sumatera kita akan menjual listrik. Di Sabah-Kalimantan Utara nanti prosesnya hampir sama seperti yang di Serawak-Kalbar," ungkap dia.
Menteri KeTTHA Malaysia, Datuk Seri Panglima Dr Maximus Johnity Ongkili JP, mengatakan, kerja sama interkoneksi Serawak-Kalbar telah menjadi modal sukses di bawah Asean Great yang telah diidam-idamkan semua negara-negara Asean sejak 20 tahun yang lalu.
"Malaysia sudah ada kerja sama serupa dengan Singapura dan Thailand. Dan inu adalah pertama kalinya implementasi kerja sama denga Indonesia," kata dia.
Ongkili menegaskan, pihaknya akan terus memantau perkembangan kerja sama interkoneksi Serawak-Kalbar tersebut agar kapasitas yang diminta pemerintah Indonesia bisa dipenuhi Sesco sesuai dalam perjanjian.
Sementara itu, Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Cornelis, mengatakan, kerja sama antara Sesco dan PLN ini bisa dimanfaatkan juga untuk industri. Dengan demikian pemilik-pemilik tambang bauksit tidak perlu membangun PLTU sendiri.
Cornelis menyambut baik kerja sama yang juga melibatkan kementerian energi dan sumber daya mineral (ESDM) serta kementerian keTTHA Malaysia ini. Adanya kerja sama ini diyakini dapat
menjamin ketersediaan pasokan listrik di Kalbar.
Role model
Manajer Unit Operasional APDP PLN Kalbar Ricky Cahya Andrian mengatakan, saat ini, energi yang disalurkan Sesco dari Serawak ke Kalbar sudah menjadi 70 MW dari sebelumnya 50 MW.
"Saat interkoneksi pertama kali pada 20 Januari lalu sebesar 20 MW, kemudian 9 Mei kemarin naik menjadi 70 MW, dan rencananya kembali naik menjadi 90 MW pada 16 Mei nanti," ujar dia.
Dampak dari interkoneksi ini, menurut Ricky, diantaranya mampu menambah kapasitas daya di sistem katulistiwa yang meliputi 6 kabupaten kota (Pontianak, Kubu Raya, Mempawah, Bengkayang, Singkawang, dan Sambas).
"Jadi PLN lebih pede, karena dayanya mampu meningkat menjadi 325 MW, dengan beban puncak 307 MW yang biasanya terjadi saat Ramadhan," ungkap dia.
Dia melanjutkan, setelah Sesco menyelesaikan proyek transmisi 500 kVnya pada Oktober mendatang, PLN akan tarik lebih tinggi menjadi 230 MW. Ini merupakan bagian dari Power Exhange Agreement kedua perusahaan.
Dalam perjanjian tersebut, proyek interkoneksi yang melibatkan kedua negara berlangsung selama 20 tahun yang terbagi dalam 4 periode. Pada periode lima tahun pertama, PLN akan mengimpor terlebih dahulu dari Sarawak Bhd. Selanjutnya pada tahun keenam dan seterusnya akan tergantung negosiasi kedua pihak.
"Apakah PLN Kalbar sudah punya cukup daya untuk ekspor ke Malaysia, begitu pula sebaliknya. Interkoneksi ini merupakan bagian dari Asean Power Great, dan proyek di Kalbar ini merupakan yang pertama bagi Indonesia dan PLN," ujar dia.
Adanya interkoneksi tersebut, menurut Ricky, membuat PLN tidak memiliki defisit pasokan listrik untuk 6 kabupaten kota di Kalbar.
"Sekarang kami punya surplus 20 MW dari sebelumnya defisit 25 MW. Jadi saat ini PLN memiliki daya sendiri 220 MW dan disuplai dari Serawak 70 MW, sementara beban puncak bisa mencapai 285 MW. Nanti Ramadhan beban puncak akan naik lagi menjadi 307 MW dan akan kita tambah pasokan dari Sesco sebanyak 20 MW lagi," jelas dia.
Dia mengklaim, sejak adanya interkoneksi ini membuat tidak ada lagi pemadaman bergilir di 6 kabupaten kota di Kalbar. Padahal sebelumnya, PLN terpaksa melakukan pemadaman bergilir dua kali per hari masing-masing 2 jam akibat kekurangan daya.
Ricky menegaskan, Sarawak ini merupakan perusahaan swasta murni sehingga kerja sama kedua pihak bersifar business to business. Sarawak memiliki total kapasitas 4.700 MW, dan hanya terpakai 2.700 MW, sehingga masih memiliki cadangan 2000 MW.
"Sementara kita hanya 285 MW. Makanya kerja sama ini bisa saling menguntungkan. Mereka bisa jualan, sementara kita bisa tambah kapasitas. Dan ini wajar dalam interkoneksi Asean Great," ujar dia.
PLN, sambung Ricky, juga bisa melakukan penghematan dari kerja sama ini. Pasalnya, Sarawak menggunakan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sehingga bisa menawarkan harga lebih murah dari pasokan listrik PLN yang selama ini dipenuhi dari pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD).
"Kita membayar Rp 1.000 per kWH, jauh lebih murah daripada kita harus bakar BBM yang sekitar Rp 1.600. Kami bisa hemat Rp 1,5 miliar per hari," ujar dia.
Ricky mengungkapkan, pembayaran dilakukan dalam bentuk ringgit Malaysia sesuai kesepakatan kedua pihak. Dia mengklaim, hal itu lebih menguntungkan jika dibanding harus menggunakan dolar Amerika Serikat (AS).
Untuk membangun jaringan, lanjut dia, PLN menginvestasikan dana sekitar Rp 177 miliar dan US$ 53 juta agar dapat menghubungkan pasokan listrik dari PLTA milik Sarawak ke Gardu Induk PLN yang tersebar di 6 kabupaten kota. Dana tersebut diperoleh dari pinjaman ADB.
"Tugas kami membangun transmisi dan gardu induk dari perbatasan Indonesia-Malaysia hingga 6 kabupaten kota. Kira-kira sepanjang 80 kilometer," terang dia.
Investor Daily
http://www.beritasatu.com/ekonomi/36...-malaysia.html
Eva Fitriani/FER
sungguh 32+10 tahun yg penuh dengan kesia2ann..

0
1.7K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan