RAKHINE - Pengungsi dunia seolah tak pernah henti merasakan duka. Pengungsi Suriah di Eropa, di Turki bahkan di negerinya sendiri sampai hari ini masih hidup dalam ketidakpastian. Sementara etnis Rohingya yang bahkan terbuang di negerinya sendiri sebagai Internally Displaced Persons (IDP), kembali merasakan pedih. Kamp pengungsian mereka di Sittwe, Provinsi Rakhine, Selasa malam (3/5) habis dilalap api yang berkobar hebat.

Laporan sementara menyatakan, kebakaran besar di pagi buta itu seketika menghanguskan ratusan pondokan di kamp Baw Du Pha 2. Akibatnya, lebih dari 2.000 jiwa Rohingya tak memiliki lagi tempat bernaung.

Matahari belum beranjak ketika kobaran api besar tiba-tiba muncul dan merembet hebat tanpa bisa dikendalikan. Mengutip dari laman berita Straitstimes, usai api berhasil dikendalikan hanya tersisa bara api yang masih menyala dan atap metal yang berkilau di balik tebalnya asap. Tak menyisakan lagi bangunan utuh kamp pengungsi yang bisa ditinggali.

Pihak otoritas keamanan setempat mengatakan, investigasi penyebab kobaran api masih akan diselidiki. Namun dugaan sementara mengarah pada kompor yang meledak di salah satu pondokan Rohingya. Tiupan angin yang besar di pagi hari makin membuat api bergerak liar tak terkendali. Menyebar cepat dari satu pondokan ke pondokan lainnya. Namun demikian, berbagai kemungkinan pemicu api termasuk dugaan sabotase tetap akan diselidiki oleh pihak yang netral, seperti yang diungkap salah satu perwakilan dari PBB bagian Coordination of Humanitarian Affairs di Sittwe.

Sampai dengan informasi ini dirilis, data sementara menyatakan api membakar habis 44 “long houses” dan menghancurkan sekitar 9 pondokan lainnya. Satu rumah di kamp pengungsian ini bisa dihuni sekitar 10 Kepala Keluarga. Imbasnya, kebakaran di kamp Rohingya Baw Du Pha 2 telah berdampak pada 440 Kepala Keluarga, atau sekitar 2.000 jiwa etnis Rohingya.

Kamp pengungsian Rohingya yang terbakar hebat adalah satu dari sekian banyak pondokan semi permanen etnis Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Sejak konflik antaretnis meletup antara minoritas Muslim Rohingya dan mayoritas Buddhist di tahun 2012 silam, ribuan jiwa Rohingya menempati beberapa lokasi kamp pengungsian. Jumlahnya tak main-main, sekitar 140.000 jiwa Rohingya hari ini masih menempati kamp pengungsian seadanya di Rakhine, dengan pengawasan yang ketat dan beragam aturan larangan dari pemerintah Sittwe.

Ketegangan konflik antaretnis di Rohingya hingga kini belum juga mereda. Ratusan ribu Rohingya masih terjebak dalam aturan yang mengekang hak mereka. Mereka tak diakui sebagai warga negara Myanmar. Imbasnya keterbatasan akses untuk pekerjaan, pendidikan, kesehatan telah membuat ribuan Rohingya melarikan diri dari Sittwe. Nekat mengarungi lautan kejam demi mencapai Indonesia atau Malaysia. Tahun kemarin, eksodus besar-besaran warga Rohingya telah menjadikan etnis minoritas ini ditetapkan PBB sebagai etnis paling tertindas di dunia.[]

Editor: Shulhan Syamsur Rijal