Leicester City berhasil meraih gelar juara Liga Primer Inggris musim ini. Tentu terdapat catatan yang menunjukkan keunggulan mereka di liga ketimbang kesebelasan lainnya. Tersaji pula angka-angka yang menjadi penunjang mengapa Leicester bisa juara musim ini, yang mencakup faktor internal dan eksternal, mulai dari kuatnya N`Golo Kante, serangan balik Leicester, sampai penurunan performa kesebelasan lain. Berikut kami paparkan untuk Anda.
Quote:
Tim Bebas Cedera
Dulu, Claudio Ranieri dijuluki “The Tinkerman” karena tak bisa memutuskan pemain mana saja yang harus masuk ke dalam susunan pemain utama. Namun, di Leicester, Ranieri telah berubah. Ia kini dijuluki “The Thinkerman” karena kemampuannya menemukan pemain yang tepat di tim utama.
Hampir sepanjang musim, pemain yang diturunkan hampir tak berubah. Begitu pula dengan pergantian pemain. Ranieri seolah memiliki template tersendiri dalam memutuskan siapa yang akan bermain.
Di liga, dari 23 pemain, cuma 11 pemain yang catatan starter-nya di atas 27 kali. Ke-11 pemain tersebutlah yang menjadi template Ranieri. Mereka hanya digantikan kalau cedera atau terkena akumulasi kartu.
Hal ini yang disebut sebagai poin keberhasilan Leicester di mana mereka begitu padu sebagai sebuah tim. Namun, justru bukan di situ kuncinya. Jawaban utamanya ada pada sedikitnya laporan cedera yang menimpa Leicester.
Sejak awal musim, baru ada 19 laporan cedera dari Leicester yang merupakan paling sedikit di antara 19 kontestan Premier League lainnya. Bandingkan dengan Manchester City, misalnya, dengan 71 laporan cedera. Skuat yang bebas cedera memudahkan Ranieri agar instruksinya dijalankan sesuai rencana.
Faktor lainnya ada di lini pertahanan. Namun, ini bukan soal penampilan duet Wes Morgan dan Robert Huth, melainkan aksi defensif gelandang The Foxes utamanya N’Golo Kante. Hingga 3 Mei 2016, Kante sudah melakukan 158 tekel dan 148 intercept yang merupakan terbanyak di Liga Primer.
Quote:
Quote:
Vardy, Mahrez, dan Serangan Balik
Jamie Vardy dan Riyad Mahrez amat vital perannya buat Leicester. Hingga pekan ke-36, Vardy sudah mencetak 22 gol sementara Mahrez 17 gol. Dari gol-gol tersebut, keduanya berperan dalam menentukan kemenangan Leicester. Dari 22 kemenangan Leicester musim ini, 14 di antaranya tercipta saat Vardy dan/atau Mahrez mencetak gol.
Leicester pun identik dengan serangan balik. Tidak sedikit pula gol Vardy dan Mahrez yang berawal dari sini. Dari 36 pertandingan yang dijalani, Leicester telah melakukan 18 kali serangan balik yang 13 di antaranya menjadi peluang, sementara lima lainnya berbuah gol. Angka-angka tersebut merupakan yang terbanyak di EPL.
Quote:
Quote:
Penurunan Performa Kesebelasan Papan Atas
Penurunan performa sejumlah kesebelasan papan atas menjadi alasan lain mengapa Leicester bisa begitu berjaya. Chelsea, Manchester City, Arsenal, Manchester United, dan Liverpool, mengalami penurunan jumlah rata-rata perolehan poin dalam setiap pertandingan. Penurunan paling terasa dirasakan Chelsea yang rata-rata dalam empat musim meraih 2,03 poin, turun menjadi 1.37 poin musim ini.
Angka-angka di atas tidak lepas dari jumlah tembakan yang dilepaskan yang juga mengalami penurunan. Chelsea lagi-lagi menjadi contoh. Juara Liga Primer musim lalu ini, memiliki rata-rata 16,8 tembakan per pertandingan. Namun, angka tersebut turun menjadi 13,89 tembakan per pertandingan pada musim ini.
Dari kesebelasan-kesebelasan tersebut, hanya Spurs yang catatannya meningkat baik itu dalam perolehan poin per pertandingan, jumlah tembakan, tembakan akurat, hingga konversi tembakan menjadi gol. Catatan ini pula yang membuat Tottenham meroket dan menjadi penantang Leicester meraih gelar juara.
Quote:
Quote:
Slaven Bilic dan Spurs
Selain catatan jumlah tembakan, kehadiran West Ham United pun terbilang menarik. Dari 11 pertandingan kala menghadapi Chelsea, Manchester City, Arsenal, Manchester United, Tottenham, dan Liverpool, West Ham menang enam kali dan seri empat kali. Satu-satunya kekalahan diterima saat mereka tandang ke White Hart Lane. Sementara itu, Liverpool menjadi kesebelasan yang selalu dikalahkan West Ham musim ini baik di kandang maupun tandang di liga.
Catatan West Ham bahkan jauh lebih baik ketimbang Spurs yang "cuma" menang tiga kali atas kelima tim tersebut. Hasil ini yang barangkali membedakan antara Leicester dengan Spurs, di mana Leicester mampu mendulang poin lebih banyak saat melawan kesebelasan-kesebelasan tersebut.
Quote:
infografis oleh: Ivan Hadyan
ed: fva
Code:
http://panditfootball.com/infografis/204961/alasan-leicester-juarai-premier-league-via-infografis/1