By Silvanus Alvin on 30 Apr 2016 at 09:09 WIB
Liputan6.com, Jayapura - Presiden Jokowi meresmikan groundbreaking atau peletakan batu pertama di Pasar Budaya Mama-mama Papua, Jayapura. Ia berpesan agar para pedagang, terutama perempuan atau mama tampil rapi dengan memakai celemek.
"Untuk pasar yang basah buatin seragam, pakai celemek biar tambah cantik. Biar tidak kalah dengan jualan yang di mal atau supermarket. Mama-mama mau kan," kata Jokowi di Jayapura, Sabtu (30/4/2016).
Tidak hanya itu, Jokowi juga meminta para mama selalu menyapa para pembeli dengan senyuman. "Kalau jualan harus senyum, kalau tidak, siapa mau beli. Itu yang akan sebabkan pembeli datang lagi, datang lagi. Kalau penjualnya galak-galak, siapa mau datang," imbuh Jokowi.
Pasar ini akan memiliki 2 lantai. Lantai 1 untuk jualan sehari-hari atau pasar basah, sementara lantai 2 akan menjual barang kerajinan tangan asli Tanah Cendrawasih itu.
Jokowi juga berjanji agar pengerjaan pasar akan dilakukan secepatnya. Hal ini disampaikan di hadapan ratusan mama-mama Papua, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri Perdagangan Thomas Lembong.
"Saya minta pada menteri-menteri, targetnya dibangun jangan lama karena sudah ditunggu mama-mama, sudah 1 tahun. Sudah, dikerjakan 10 bulan. Siap enggak 10 bulan?" kata Jokowi.
"Saksi ya semuanya, 10 bulan. Nanti kalau belum rampung, mama-mama marah sama saya, tidak apa marah ke saya untuk sebuah kebaikan," tambah mantan Gubernur DKI itu.
Seorang mama pun dipanggil ke atas panggung dan diajak berdialog dengan Jokowi. Perempuan tersebut lalu menyampaikan agar seluruh Papua memiliki pasar seperti ini.
"Jangan cuma di Jayapura saja. Di kabupaten-kabupaten juga harus ada," ujar mama itu.
"Kalau itu nanti saya suruh Pak Gubernur (Gubernur Papua Lukas Enembe), supaya wali kota buat di masing-masing kabupaten/kota," tandas Jokowi.
http://m.liputan6.com/news/read/2496...-pakai-celemek
Perhatian riil bumi papua memang harus dilakukan serius, tidak hanya dengan kebijakan macam otsus, tetapi terus menerus memantau dan memberi instruksi terhadap hal-hal yg masih kurang dengan merangkul mereka, sehingga apa yg diharapkan pemerintah pusat dan rakyat papua nyambung dan tidak terputus pada birokrat2 lokal yg terbukti selama sepuluh tahun bukan membangun dg dana otsus tapi menghamburkannya, lanjutkan pak de