- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Harga Minyak Anjlok, Aljazair Banyak Belajar dari Indonesia


TS
gembalarusa13
Harga Minyak Anjlok, Aljazair Banyak Belajar dari Indonesia
Quote:

TEMPO.CO, Biskra, Aljazair - Pemerintah dan pengusaha Aljazair menyatakan minatnya untuk belajar kepada Indonesia dalam melakukan diversifikasi produk ekspor, terutama yang berkaitan dengan sektor minyak dan gas. Harga minyak dunia yang terus anjlok hingga di kisaran US$ 40 per barel menjadi pukulan berat bagi perekonomian negara-negara di Afrika Utara, termasuk Aljazair.
“Indonesia dinilai berhasil mengelola ekonomi di sejumlah sektor, sehingga pemasukan negara pun berasal dari berbagai sumber,” ujar Duta Besar RI untuk Aljazair Safira Machrusah melalui rilis yang diterima Tempo, Rabu dini hari, 27 April 2016.
Untuk itu, Safira mengatakan, sudah saatnya Aljazair melihat Indonesia sebagai mitra strategis di segala bidang. Hubungan historis yang sudah lama terjalin, kata dia, perlu ditindaklanjuti dalam kerjasama nyata dan saling menguntungkan antar kedua negara. “Indonesia siap menjadi mitra kerja sama perdagangan utama bagi Aljazair di segala bidang.”
Berdasarkan data dari Bank Dunia, anjloknya harga minyak dunia menurunkan angka pertumbuhan makro ekonomi Aljazair dari 4,1 persen pada 2014 menjadi 2,9 persen di akhir 2015. Cadangan devisa pada 2014 sebesar US$ 206,9 miliar, turun ke US$ 155,7 miliar pada 31 Desember 2015.
Pemerintah Aljazair berupaya mengurangi tingkat ketergantungan penerimaan negara dari sektor migas dengan menggalakkan diversifikasi ekonomi. “Aljazair memang harus mengembangkan sektor lain selain migas. Kami harus belajar banyak dari Indonesia,” kata Ketua Persahabatan Parlemen Indonesia-Aljazair Abderrahmane Benfarhat dalam pertemuan kerja sama ekonomi dalam rangka mendorong peningkatan investasi, perdagangan, dan pariwisata antara Indonesia-Aljazair.
Saat ini, Pemerintah Aljazair sedang giat melakukan diversifikasi produk nasionalnya. Hal itu dilakukan menilik masih belum beragamnya produk ekspor negeri tersebut. “Komposisi ekspor kami sebanyak 95 persen berasal dari hidro-karbon, yakni migas dan hanya 5 persen saja yang berasal dari komoditas non hidro-karbon,” tutur Benfarhat.
Aljazair bahkan tak ragu mengubah sejumlah peraturan perundangan yang dianggap mengambat diversifikasi perekonomian di negaranya. Namun, Benfarhat mengakui, hal itu butuh waktu yang tak sedikit. Kendala utamanya ialah pola pikir masyarakat yang masih bergantung pada sektor migas.
“Saat ini masyarakat Aljazair sudah mulai banyak yang mengubah pikiran yang melekat selama 40 tahun, tetapi masih butuh waktu untuk pengembangan lebih jauh,” ujar Benfarhat.
ARTIKA RACHMI FARMITA
https://bisnis.tempo.co/read/news/20...dari-indonesia
belajar planga-plongo klo kata bung2

0
1.5K
Kutip
7
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan