
TEMPO.CO, Jakarta - Tingkat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok terkikis setelah adanya pemeriksaan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Ahok diperiksa KPK sebagai saksi atas dugaan pelanggaran dalam pembelian Rumah Sakit Sumber Waras.
"Pasca Ahok dipanggil KPK ada fluktuasi dalam elektabilitasnya," kata Juru bicara Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia atau Kedai Kopi, Hendri Satrio, kepada Tempo, Minggu 24 April 2016.
Hendri menjelaskan elektabilitas Ahok pada Januari lalu mencapai 43,25 persen. Pada Februari elektabilitasnya naik menjadi pada 43,5 persen.
Bahkan pada Maret elektabilitas Ahok meningkat tajam hingga 51,80 persen. "Pasca-pemanggilan oleh KPK elektabilitasnya melorot menjadi 45,5 persen," ujarnya.
Hendri menuturkan 34,8 persen responden berpendapat bahwa Ahok tidak terlibat kasus pembelian Rumah Sakit Sumber Waras. Sementara itu, 36, 5 persen responden yakin Ahok tak terlibat dalam kasus suap reklamasi Teluk Jakarta.
Pasca pemanggilan Ahok oleh KPK, kata Hendri, sebanyak 34,5 persen responden menyatakan tetap memilih Ahok. Sementara 30 persennya, ragu-ragu. "Sisanya 16,5 persen menyatakan tak akan memilih Ahok pada Pilgub mendatang," katanya.
Survei tersebut digelar sejak 18-21 April dengan jumlah responden sebanyak 400 yang tersebar secara proporsional di 40 kelurahan di 5 Kota di DKI Jakarta. Responden adalah pemilih yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah. Survei diperoleh melalui wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dengan sample panel dan tingkat kesalahan +/- 4,9 persen serta tingkat kepercayaan 95 persen.
Kabar gembira buat gip dkk masih ada harapan buat kalian untuk membuktikan bahwa Ahok bisa dikalahkan, ayo semangat lagi