- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Hati-Hati Bermedia Sosial. Tulisanmu, Harimaumu gan!


TS
zidniii
Hati-Hati Bermedia Sosial. Tulisanmu, Harimaumu gan!
Hampir semua orang bermain di media sosial saat ini. Ada yang menggunakan media sosial untuk curhat ataupun untuk berbagi tulisan yang dibacanya. Tapi, tidak banyak yang mengalami kejadian bully karena apa yang mereka unggah di media sosial. Bagaimana menggunakan media sosial dengan baik?
Masih ingat dengan kasus seorang mahasiswi S2 Pascasarjana Universitas Gajah Mada tahun 2014 silam? Dia memojokkan warga Yogyakarta melalui media sosial Pathnya. Yup, dia adalah Florence Sihombing yang sempat jadi obyek kritikan pedas oleh para netizen karena statusnya itu. Karena statusnya itu juga, dia dilaporkan ke Kepolisian dan kemudian divonis bersalah oleh pengadilan.
Atau yang terbaru, status di Facebook, seorang wanita bernama Tri Ida Susanti pada tanggal 12 September 2015 silam. Dia mengunggah foto di mana dia sedang memegang empat ekor kucing hutan dengan status terkait makan malam. Tak lama kemudian, dia pun menjadi bahan pembicaraan oleh para netizen dan juga berakhir dalam proses pemeriksaan oleh Polisi Jember.
Kesamaan di antara kedua wanita itu adalah penggunaan media soaial mereka pribadi untuk menulis status dan mengunggah foto (kasus Tri Ida Susanti). Seperti yang kita ketahui, dunia generasi Y, yang terlahir di era tahun 1980-an, tidak bisa lepas dengan dunia internet pada umumnya dan media sosial pada khususnya. Sebut saja Facebook, Twitter, Instagram, dan Path di antara semua jenis sosial media yang beredar. Hampir semua orang menghabiskan sepertiga waktu mereka setiap hari dalam media sosial yang disebutkan itu. Mereka mengunggah foto ataupun status yang mereka rasakan di saat tersebut.
Tujuan Menggunakan Media Sosial

Photo credit: unsplash.com
Facebook dibuat oleh Mark Zuckerberg sebagai media untuk menemukan wajah teman-teman kuliahnya saat itu. Agar semua bisa terkoneksi satu sama lain dan terus berhubungan. Sekarang ini, Facebook telah menjadi ajang curhat, tempat meluapkan kemarahan ataupun sebatas lucu-lucuan dengan teman, bahkan banyak perusahaan melirik Facebook sebagai tempat beriklan.
Demikian juga dengan Twitter, fungsinya sudah bervariasi. Dengan kicauan sebanyak 140 kata, twitter menjadi tempat untuk menyuarakan isi hati dengan cepat. Bahkan untuk ngobrol dengan teman menggunakan hashtag tertentu. Beberapa menggunakan media sosial mereka juga untuk mengajukan keluhan akan satu produk tertentu dan juga menantikan respon yang lebih cepat dari produk tersebut. Ada juga yang seperti di bawah ini:
Namun, belajar dari apa yang terjadi pada Tri dan juga Florence, tidak semua berpikir sama mengenai status ataupun foto yang untuk lucu-lucuan. Setiap orang memiliki penafsiran berbeda satu sama lain.
Dunia Media Sosial yang Viral

Photo credit: unsplash.com
Salah satu ciri khusus dari sosial media adalah kecepatan penyebaran sebuah status atau foto yang ada ke bagian dunia lain. Terkadang bahkan bisa dalam hitungan detik dari terunggahnya status ataupun foto tersebut. Jika seseorang melihat status yang menarik, orang cenderung membaginya ke akun pribadinya dan kemudian teman di akun media sosialnya melihat dan kemudian membaginya dan seterusnya dan seterusnya.
Inilah sebenarnya kekuatan media sosial yang sangat viral, yang sangat dicari oleh produk-produk, tapi juga berlaku untuk kita, pribadi yang bermain di dunia media sosial. Sebut saja yang terjadi pada Tri Ida di atas, begitu dia mengunggah foto dengan status tersebut, dalam hitungan menit, foto tersebut sudah menyebar ke seluruh Indonesia.
Bayangkan jika status tersebut adalah status yang baik dan bagus untuk hidup. Sesuatu yang menginspirasi. Betapa kekuatan viral dunia sosial media ini sangat bermanfaat bagi kita. Misalnya saja kita menuliskan inspirasi yang kita dapatkan dari seorang Dewi Lestari, betapa indahnya inspirasi yang kita bagikan, kan?
Hati Hati Dengan Media Sosialmu, Statusmu Harimaumu
Namun, tidak semua berpikir sama untuk membagikan emas dunia online tersebut. Bahkan, seperti yang saya tuliskan di atas, bahkan si kembar pun memiliki pandangan berbeda akan satu hal. Perbedaan pandangan ini yang menghasilkan interpretasi berbeda, seperti yang terjadi dalam tahun ini mengenai sebuah gaun (lihat gambar di bawah ini).

Unik kan ya, kalau berbicara mengenai sudut pandang orang. Satu gaun saja bisa menghasilkan beberapa penafsiran berbeda. Yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut orang lain.
Saya pernah membaca sebuah tulisan mengenai mulutmu adalah harimaumu, yang artinya berhati-hatilah dengan apa yang kita ucapkan karena bisa jadi ucapan kita melukai orang lain. Jika kita kaitkan dengan dunia sosial media, saya menggunakan "Statusmu Harimaumu".
Bisa saja seperti yang dipikirkan oleh sebagian besar orang, menulis status atau curhat sebagai sesuatu yang biasa dan tidak berbahaya. Tapi coba tanyakan kepada Florence ataupun Tri Ida sekarang ini. Mereka mungkin akan berkata, saya menyesal membuat status itu karena ternyata melukai orang lain dan akan lebih berhati-hati lagi untuk ke depannya.
Memang, kita haruslah berhati-hati dengan apapun yang kita tuliskan di sosial media kita. Apalagi di era digital seperti ini, perusahaan pun akan mengecek sosial media kita dalam proses seleksi penerimaan karyawan baru. Jangan sampai apa yang tertulis dalam sosial media kita menjadi bumerang ke diri kita sendiri di kemudian hari. Apalagi sekarang juga ada UU Hate Speech.
Kenapa kita tidak menggunakan sosial media kita untuk sesuatu yang baik dan berguna? Yuk, berhati-hati dengan media sosial kita dan apa yang kita tulis di sana. Berbagi yang baik di sosial media jauh lebih menginspirasi dibandingkan membagi kebencian.
Sumber Thread
Trivia.id
Masih ingat dengan kasus seorang mahasiswi S2 Pascasarjana Universitas Gajah Mada tahun 2014 silam? Dia memojokkan warga Yogyakarta melalui media sosial Pathnya. Yup, dia adalah Florence Sihombing yang sempat jadi obyek kritikan pedas oleh para netizen karena statusnya itu. Karena statusnya itu juga, dia dilaporkan ke Kepolisian dan kemudian divonis bersalah oleh pengadilan.
Atau yang terbaru, status di Facebook, seorang wanita bernama Tri Ida Susanti pada tanggal 12 September 2015 silam. Dia mengunggah foto di mana dia sedang memegang empat ekor kucing hutan dengan status terkait makan malam. Tak lama kemudian, dia pun menjadi bahan pembicaraan oleh para netizen dan juga berakhir dalam proses pemeriksaan oleh Polisi Jember.
Kesamaan di antara kedua wanita itu adalah penggunaan media soaial mereka pribadi untuk menulis status dan mengunggah foto (kasus Tri Ida Susanti). Seperti yang kita ketahui, dunia generasi Y, yang terlahir di era tahun 1980-an, tidak bisa lepas dengan dunia internet pada umumnya dan media sosial pada khususnya. Sebut saja Facebook, Twitter, Instagram, dan Path di antara semua jenis sosial media yang beredar. Hampir semua orang menghabiskan sepertiga waktu mereka setiap hari dalam media sosial yang disebutkan itu. Mereka mengunggah foto ataupun status yang mereka rasakan di saat tersebut.
Tujuan Menggunakan Media Sosial

Photo credit: unsplash.com
Facebook dibuat oleh Mark Zuckerberg sebagai media untuk menemukan wajah teman-teman kuliahnya saat itu. Agar semua bisa terkoneksi satu sama lain dan terus berhubungan. Sekarang ini, Facebook telah menjadi ajang curhat, tempat meluapkan kemarahan ataupun sebatas lucu-lucuan dengan teman, bahkan banyak perusahaan melirik Facebook sebagai tempat beriklan.
Demikian juga dengan Twitter, fungsinya sudah bervariasi. Dengan kicauan sebanyak 140 kata, twitter menjadi tempat untuk menyuarakan isi hati dengan cepat. Bahkan untuk ngobrol dengan teman menggunakan hashtag tertentu. Beberapa menggunakan media sosial mereka juga untuk mengajukan keluhan akan satu produk tertentu dan juga menantikan respon yang lebih cepat dari produk tersebut. Ada juga yang seperti di bawah ini:
Quote:
Namun, belajar dari apa yang terjadi pada Tri dan juga Florence, tidak semua berpikir sama mengenai status ataupun foto yang untuk lucu-lucuan. Setiap orang memiliki penafsiran berbeda satu sama lain.
Quote:
Dunia Media Sosial yang Viral

Photo credit: unsplash.com
Salah satu ciri khusus dari sosial media adalah kecepatan penyebaran sebuah status atau foto yang ada ke bagian dunia lain. Terkadang bahkan bisa dalam hitungan detik dari terunggahnya status ataupun foto tersebut. Jika seseorang melihat status yang menarik, orang cenderung membaginya ke akun pribadinya dan kemudian teman di akun media sosialnya melihat dan kemudian membaginya dan seterusnya dan seterusnya.
Inilah sebenarnya kekuatan media sosial yang sangat viral, yang sangat dicari oleh produk-produk, tapi juga berlaku untuk kita, pribadi yang bermain di dunia media sosial. Sebut saja yang terjadi pada Tri Ida di atas, begitu dia mengunggah foto dengan status tersebut, dalam hitungan menit, foto tersebut sudah menyebar ke seluruh Indonesia.
Bayangkan jika status tersebut adalah status yang baik dan bagus untuk hidup. Sesuatu yang menginspirasi. Betapa kekuatan viral dunia sosial media ini sangat bermanfaat bagi kita. Misalnya saja kita menuliskan inspirasi yang kita dapatkan dari seorang Dewi Lestari, betapa indahnya inspirasi yang kita bagikan, kan?
Quote:
Hati Hati Dengan Media Sosialmu, Statusmu Harimaumu
Namun, tidak semua berpikir sama untuk membagikan emas dunia online tersebut. Bahkan, seperti yang saya tuliskan di atas, bahkan si kembar pun memiliki pandangan berbeda akan satu hal. Perbedaan pandangan ini yang menghasilkan interpretasi berbeda, seperti yang terjadi dalam tahun ini mengenai sebuah gaun (lihat gambar di bawah ini).

Unik kan ya, kalau berbicara mengenai sudut pandang orang. Satu gaun saja bisa menghasilkan beberapa penafsiran berbeda. Yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut orang lain.
Quote:
Saya pernah membaca sebuah tulisan mengenai mulutmu adalah harimaumu, yang artinya berhati-hatilah dengan apa yang kita ucapkan karena bisa jadi ucapan kita melukai orang lain. Jika kita kaitkan dengan dunia sosial media, saya menggunakan "Statusmu Harimaumu".
Bisa saja seperti yang dipikirkan oleh sebagian besar orang, menulis status atau curhat sebagai sesuatu yang biasa dan tidak berbahaya. Tapi coba tanyakan kepada Florence ataupun Tri Ida sekarang ini. Mereka mungkin akan berkata, saya menyesal membuat status itu karena ternyata melukai orang lain dan akan lebih berhati-hati lagi untuk ke depannya.
Memang, kita haruslah berhati-hati dengan apapun yang kita tuliskan di sosial media kita. Apalagi di era digital seperti ini, perusahaan pun akan mengecek sosial media kita dalam proses seleksi penerimaan karyawan baru. Jangan sampai apa yang tertulis dalam sosial media kita menjadi bumerang ke diri kita sendiri di kemudian hari. Apalagi sekarang juga ada UU Hate Speech.
Kenapa kita tidak menggunakan sosial media kita untuk sesuatu yang baik dan berguna? Yuk, berhati-hati dengan media sosial kita dan apa yang kita tulis di sana. Berbagi yang baik di sosial media jauh lebih menginspirasi dibandingkan membagi kebencian.
Sumber Thread
Trivia.id
0
3.5K
30


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan