
Merdeka.com - Pemerintah Arab Saudi saat ini tengah menarik uang secara besar-besaran. Hal ini disebabkan masih murahnya harga minyak dunia.
Selama bertahun-tahun, Arab Saudi mengandalkan pemasukan dari minyak mentah untuk bermurah hati kepada warga dan para tentaranya. Tapi, pendapatannya cepat habis lantaran harga minyak dunia anjlok hampir 70 persen dalam dua tahun.
Dilansir CNN Money, Kamis (21/4), pendapatan minyak Arab Saudi anjlok 23 persen tahun lalu. Sedangkan, defisit anggarannya mencapai USD 98 miliar tahun lalu. Sekarang, pemerintah negara penghasil minyak ini mati-matian untuk meningkatkan pendapatan mereka usai hancur karena minyak mentah.
"Arab Saudi tengah mengalami masalah ekonomi utama dan tekanan keuangan usai minyak murah," ujar CEO Gulf State Analytics Giorgio Cafiero.
Untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir, Arab Saudi melakukan pinjaman luar negeri yang besar. Bahkan, pemerintah bakal meminjam USD 10 miliar dari JPMorgan Chase (JPM) dan HSBC (HSBC). Selain itu, untuk pertama kalinya dalam delapan tahun terakhir, Arab Saudi juga menjual surat utangnya untuk mendapatkan pendanaan sebesar USD 4 miliar.
Langkah lain yang dilakukan pemerintah adalah menjual saham perusahaan minyak raksasa, Saudi Aramco. Perusahaan yang menghasilkan 12 persen total minyak dunia ini bakal melakukan penjualan saham perdana atau IPO pada tahun depan. Dari penjualan saham ini, Arab Saudi diperkirakan meraup miliaran Dolar Amerika Serikat (USD).
Pemerintah Arab Saudi pun juga membakar kas negara mereka. Mulai akhir 2014 hingga Februari 2016, Arab Saudi sudah membuang kas negara hampir mencapai USD 140 miliar. Bank sentralnya saat ini masih memiliki kas sebanyak USD 592 miliar. Kas tersebut digunakan untuk membiayai 30 juta rakyat di negara tersebut.
Sebagai perbandingan, negara-negara tetangga dengan populasi yang jauh lebih kecil seperti Qatar dan Kuwait hanya membutuhkan harga minyak berada di kisaran USD 45-55 per barel. "Arab Saudi memiliki paling berisiko dibandingkan dengan negara lain," kata Kepala Strategi Komoditas Global Royal Bank of Canada Helima Croft.
Pemerintah Arab Saudi pun melakukan pemotongan anggaran besar-besaran. Salah satunya pemotongan belanja negara sebesar 14 persen tahun ini.
Selain pemotongan belanja, Arab Saudi juga memotong anggaran militer sebesar 3,6 persen. Hal ini sangat rentan, dimana negara Timur Tengah memiliki tantangan keamanan.
Upaya lainnya, pemotongan subsidi untuk orang-orang kaya yang mengakibatkan kenaikan harga gas, air dan listrik hingga 50 persen.
http://m.merdeka.com/uang/pertama-da...rik-utang.html
Berkah melimpah dari Allah digunakan untuk memerangi saudara seiman beda madhab, siap2 yg berhaji/umroh kena pungutan pemerintah saudi klo sampai rontok ekonominya