Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mortheusAvatar border
TS
mortheus
Ketua BPK Harry Azhar Azis Yakin Dirinya Akan Masuk Surga Setelah Menfitnah Ahok


Harry Azhar Azis tidak merasa terganggu lembaganya dibilang ngaco. Ia menantang Ahok di pengadilan, bukan di media.
Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Harry Azhar Aziz di ruang kerjanya, Lantai 17 Gedung BPK Jalan Gatot Subroto Kavling 31, Jakarta, Jumat (16/1/2015).
© Frannoto /Tempo

Fokus Harry Azhar Azis terbelah beberapa hari terakhir. Gonjang-ganjing kasus Rumah Sakit Sumber Waras dan Panama Papers jadi penyebab.

“Saya khawatir, rambut tambah botak,” kata Harry tersenyum–seraya membuka peci, kemudian memperlihatkan bagian atas kepalanya yang tanpa rambut.

Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini meradang manakala Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menyatakan audit lembaganya ngaco–merujuk indikasi kerugian negara Rp191 miliar di pengadaan lahan rumah sakit itu.

Ia pun menantang Ahok di pengadilan untuk membuktikan ucapannya. “Dia (Ahok) tidak berani ke pengadilan, larinya malah ke media,” ujarnya.

Audit investigasi BPK itu sendiri berhasil menyeret Ahok diperiksa sebagai saksi di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Kuningan, Jakarta Selatan, selama 12 jam pada Selasa (12/4/2016) lalu.

Itu adalah pertama kalinya Ahok dimintai keterangan terkait lahan Sumber Waras.

Tapi, Harry juga jadi sorotan di hari yang sama. Namanya beredar dan disebut dalam bocoran Panama Papers–dokumen rahasia yang memuat daftar klien kelas wahid di dunia.

Pria 59 tahun ini tercatat memiliki perusahaan cangkang di luar negara, tepatnya di yurisdiksi surga pajak: British Virgin Island–bernama Sheng Yue International Limited.

Pada awalnya Harry membantah, namun akhirnya mengakui. Perusahaan itu dibuat atas permintaan anaknya yang memiliki pasangan asing warga Chili untuk dipakai usaha bersama.

Ia berstatus sebagai direktur di Sheng Yue dari 2010 hingga Desember 2015. Karena sibuk, ia baru melepas jabatan itu setahun setelah menjabat Ketua BPK.

Desakan mundur pun menggema dari senayan dan juga pegiat antikorupsi. “Desakan itu perilaku anarkis,” kata Harry kepada Fajar WH, Yandi Mohammad dan Heru Triyono dari Beritagar.id di ruang kerjanya, Lantai 17, Gedung BPK, Jalan Gatot Subroto Kavling 31, Jakarta, Jumat (15/4/2016).

Selama hampir sejam, selesai memenuhi panggilan Direktorat Jenderal Pajak, Harry meladeni setiap pertanyaan kami soal Sumber Waras dan Panama Papers.

Kantong matanya tampak menyembul karena dirinya mengaku kurang tidur. Ia berbicara dengan volume pelan, tapi tawanya terkadang meledak. Berikut perbincangannya:

Anda diminta mundur oleh pegiat antikorupsi karena nama Anda masuk dalam daftar Panama Papers?
Apa alasan minta saya mundur. Apa saya bersalah? Jangan katakan salah duluan sebelum terbukti. Cara berpikir seperti itu merusak sistem tata negara kita.

Di media saya ditulis jika saya bersalah. Masih pakai kata jika tapi saya sudah diminta mundur. Logikanya di mana? Fair tidak?

Tapi jika terbukti bersalah Anda mau mundur?
Masalahnya adalah saya ini diduga-duga bersalah, kemudian dituntut mundur. Kalau sudah pasti bersalah, tapi tetap bertahan (sebagai Ketua BPK), baru boleh desak mundur. Kalau ini kan namanya pemaksaan, perilaku mereka sudah anarkis.

Persoalannya penjelasan Anda berubah-ubah karena awalnya membantah namun belakangan mengakui Sheng Yue International Limited (perusahaan offshore) adalah milik Anda…
Saya memang mengatakan tidak. Karena perusahaannya sudah ditutup. Masa saya mau memainkan kata-kata. Saya ini tidak salah, tapi di bolak-balik saja oleh media. Terkesan saya mengatakan tidak ke mereka, kemudian sekarang katakan iya.

Kalau pertanyaan itu muncul pada 2010, kemudian saya jawab tidak, baru saya salah. Perusahaan saya itu sudah tidak ada, karena sudah dijual pada 1 Desember 2015, dan transaksinya nol. Artinya kan sekarang memang tidak ada.

Anda merasa disudutkan pemberitaan di media massa?
Saya tidak tahu media ini menganggap saya musuh atau teman. Kalau dianggap musuh maka segala sesuatu soal saya akan disudutkan.

Seperti salah satu judul media nasional: “Ketua BPK Diminta Mundur”. Itu judul skenario–yang menuduh seseorang padahal belum tentu salah.

Dalam agama Islam, seseorang akan mendapat pahala jika difitnah. Percaya dengan agama kan? Maka semakin banyak saya difitnah, saya dijamin masuk surga.

Sepanjang mengisi kursi direktur Sheng Yue Anda bilang tak ada transaksi perusahaan sama sekali alias nol, memangnya apa saja aktivitas perusahaan itu?
Tidak ada. Tidur saja. Sheng Yue itu adalah sleeping company.

Sebenarnya kenapa Anda memilih nama Sheng Yue, tidak menggunakan nama-nama Indonesia, yang membuat kesan seperti menyembunyikan sesuatu?
Nama itu bukan pilihan saya, tapi pilihan Mossack Fonseca–semacam konsultan fund manager. Waktu itu ada seribu nama perusahaan, dan mereka memberikan salah satunya. Saya tidak tahu perusahaan itu kemudian didaftarkan di British Virgin Islands. Yang saya tahu malah didaftarkan di Hongkong.

Sampai sekarang status Anda masih sebagai direktur Sheng Yue?
Sudah tidak lagi, kan sudah saya jual.

Boleh tahu dijual ke siapa perusahaan itu?
Ke orang Hongkong. Maksud saya ke Mossack Fonseca–mereka yang mengatur penjualan itu per 1 Desember 2015. Perusahaan ini adalah paper company (perusahaan yang teregistrasi dan tidak beraset).

Berapa Anda membeli perusahaan itu?
Saya membelinya 1 Dolar Hongkong, dan saya jual juga dengan harga yang sama.

Kenapa nilai jualnya tidak melonjak? Padahal rentang kepemilikan Anda terhadap Sheng Yue cukup lama…
Apa yang mau dijual kalau tidak ada aktivitasnya. Perusahaan itu baru rencana saya dengan anak saya yang masih kuliah. Saya pun masih sibuk ketika itu di DPR (sebagai Wakil Ketua Komisi Keuangan dan Ketua Badan Anggaran).

Pemikiran saat itu adalah ingin membuka peluang usaha, tapi belum terlaksana. Ketika saya terpilih menjadi Ketua BPK, saya berpikir untuk menutup dan kemudian menjualnya.

Bidang apa sih perusahaannya?
Belum ada, namanya juga paper company. Tidak ada aset, nol, malahan minus. Dipakai ongkos ke Hongkong he-he.

Apakah anak Anda tidak keberatan perusahan itu dijual?
Mmh. Sebenarnya mendirikan perusahaan ini cuma melihat peluang saja. Anak saya, yang menikah dengan orang Chili itu, juga sibuk urus kuliah S3-nya yang belum selesai di Amerika. Mereka baru setahun menikah dan belum punya anak. Sehingga tidak sempat mengurus juga.

Kenapa tidak berpikir peluang yang ada di dalam negeri saja sehingga menanamkan modal dan pajaknya juga ke dalam negeri?
Karena anak saya adanya di luar negeri. Jadi buka usahanya ya rencananya di luar. Waktu saya sekolah di luar juga berpikir sama, yakni mencari jaringan di sana dan berupaya membawa produk Indonesia yang bagus untuk dijual di sana.

Sumber berita : beritamax.com
0
1.5K
12
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan