Kaskus

Entertainment

act.idAvatar border
TS
act.id
#SaveHumanity Duka Bertubi Sukarti
#SaveHumanity Duka Bertubi Sukarti

JAKARTA - Sukarti tak bisa sembunyikan rasa sakit hatinya melihat bangunan rumahnya kini rata dengan tanah. Sejumlah alat berat dengan lengan dan cakarnya yang panjang, seperti mewakili keangkuhan penguasa Ibukota Jakarta, memporak-porandakan rumah dan mengoyak perasaan ibu berusia 44 tahun itu.

Sukarti, bersama suaminya Juang (47) dan dua anaknya, Eka Juanti (21) dan Jupriyadi (13) telah menempati rumah itu berbilang tahun. Rumah berlantai keramik, seluas 4 X 12 meter persegi itu, kini hilang tanpa bekas. Bersama puluhan rumah tetangganya di Kampung Akuarium, Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sukarti hanya bisa memandang proses penggusuran itu dengan duka mendalam dan hati yang pedih, serta kemarahan yang tak terluapkan.

Sukarti menuturkan rumahnya dibangun bersama suami dengan uang pinjaman dari bank. Cicilannya pun sekarang tinggal 5 kali lagi.
#SaveHumanity Duka Bertubi Sukarti

“Kami membayangkan betapa lega dan bahagianya tinggal di rumah yang sebentar lagi hutangnya akan lunas,” tutur Sukarti.

Namun bayangan bahagia yang bakal direngkuh Sukati bersama suami dan anak-anaknya, sontak lenyap begitu saja. Rumah yang bagaikan surga baginya itu, pada Senin (4/4), luluh lantak. Runtuhan terakhir rumah yang telah menemani hidupnya bertahun-tahun, membuat hati Sukarti ikut hancur lebur.

“Sakit sekali, pak,” ungkap Sukarti dengan wajah tegang kepada ACTNews, yang menyambanginya di dalam sampan dan sedang menunggui anak sulungnya Eka Juanti yang sedang sakit, Kamis siang (14/4).
#SaveHumanity Duka Bertubi Sukarti

“Saya bukannya mau mempertahankan rumah itu, tapi setidaknya kami mendapatkan ganti rugi bangunan,” ujar Sukarti. Sekiranya, lanjut Sukarti, Pemerintah mengganti separuh saja dari uang yang telah dikeluarkan untuk membangun rumahnya, Sukarti mengaku sangat ikhlas bangunan hasil keringat suaminya digusur. “ Kami bisa sementara tinggal di kontrakan. Tapi ini, kami tidak mendapatkan ganti apa-apa,” katanya.

Usai rumahnya dihancurkan Pemerintah DKI, Sukarti dan suaminya mendapatkan bantuan dari “Pak Haji” salah satu pemilik perahu yang ditambat di bibir pantai Pasar Ikan. Ketiadaan uang membuat Sukarti dan suaminya, menerima belas kasih dari “Pak Haji”.

“Suami tidak punya tabungan. Hasil dari melaut sangat minim, melaut selama dua bulan, paling banyak hanya membawa 2, 4 juta rupiah,” ujar Sukarti. Dengan uang sebesar itu, tak mungkin Sukarti bisa membayar kontrakan yang termurah sekali pun, yakni 700 ribu rupiah.

“Pak Haji ini sebenarnya juga punya saudara orang Tionghoa yang juga ikut marah dengan penggusuran oleh Pemerintah (Pemprov-red),” tutur seorang anak muda yang tiba-tiba nyeletuk dan mengaku ditugasi Pak Haji untuk menjaga perahu-perahunya.

Sakit Paru-paru

Kendati tak berharap banyak, Sukarti masih menunggu kebijakan Pemerintah DKI memberi bantuan keuangan sekadar melewati masa transisi. Dengan uang ganti rugi itu, kata Sukarti, setidaknya bisa digunakan untuk merawat Eka yang sedang sakit.

“Kata dokter, anak saya terkena infeksi paru-paru,” ungkap Sukarti yang telah tinggal di Jakarta sejak tahun 1989 ini, dan berasal dari Lampung Timur.

Dengan kondisi seperti sekarang ini, rumah tiada, putrinya sakit, serta adiknya yang sekolah di SD butuh biaya untuk ujian, plus uang di tangan yang semakin menipis, dan tinggal di atas perahu, perasaaan Sukarti seperti dipukuli bertubi-tubi.

“Sakit sekali, pak,” kembali Sukarti mengungkapkan perasaan hatinya.

Tak hanya itu, di mata Sukarti proses penggusuran juga sangat menyakitkan. Bagaimana tidak, ratusan aparat keamanan, membuat barikade begitu ketat, untuk mengamankan proses penggusuran.

Sukarti menggambarkan kampung yang telah ia tinggali, bersama warga lainnya seolah-olah dihuni oleh para penjahat yang layak dihancurkan.

“Kampung kami bukan tempat maksiat, bukan tempat narkoba, bukan tempat teroris, tiba-tiba kami diperlakukan seolah-olah kami warga yang telah melakukan kejahatan,” ujar Sukarti dengan intonasi yang tegas dan wajah mengeras.

Rasa sakit hati Sukarti dan belum terima dengan kenyataan sesungguhnya sangat beralasan.Pasalnya, sebelumnya pihak Kecamatan Penjaringan sebenarnya telah menyampaikan bahwa yang akan digusur sebenarnya warga yang tinggal di atas kali. Namun dalam kenyataan, semua rumah di Kampung Akuarium dibabat habis[]

Penulis: ApikoJM

Ayo Berpartisipasi



0
760
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan