- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Tak Mampu Bayar Rp 150 Juta, Guru Honorer Ini Gagal Maju Pilkada
TS
jokohadiningrat
Tak Mampu Bayar Rp 150 Juta, Guru Honorer Ini Gagal Maju Pilkada
Quote:
TEMPO.CO, Brebes - Mimpi Hilda Wibisono, 33 tahun, guru honorer yang maju menjadi calon Wakil Bupati Brebes, Jawa Tengah, akhirnya kandas. Sebab, ia tak mampu membayar biaya survei sebesar Rp 150 juta dan biaya seleksi Rp 5 juta.
Padahal dia sempat optimistis bisa lolos saat mendapatkan undangan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan awal April lalu. Dia diundang untuk mengikuti tahap seleksi selanjutnya, yakni tes wawancara, pada 13 April 2016 di Jakarta.
Namun, dalam undangan itu, Hilda diminta membayar Rp 5 juta untuk biaya wawancara. Uang tersebut harus dibayarkan ke PDIP Brebes maksimal 9 April 2016. "Tapi, karena enggak punya duit, ya enggak saya bayar," katanya kepada Tempo, Jumat, 15 April 2016.
Sebelumnya, saat seleksi tahap pertama di kantor PDIP Jawa Tengah, dia juga diminta membayar uang Rp 150 juta untuk biaya survei elektabilitas. Tapi, dengan alasan yang sama, yakni tak punya uang, Hilda tak mengisi surat kesediaan membayar.
Kendati begitu, Hilda tetap nekat datang ke Jakarta memenuhi undangan PDIP. Dia bertolak ke Ibu Kota naik kereta api sendirian. "Ya, siapa tahu bisa," ucapnya. Namun, sesampainya di sana, dia tak diperkenankan mengisi daftar hadir. Alasannya, Hilda belum membayar uang yang dipersyaratkan. Otomatis, dia pun tak bisa melanjutkan tahap seleksi berikutnya. Guru bergaji Rp 400 ribu per bulan ini pun pasrah. "Ya sudahlah, mungkin belum jalannya," ujarnya.
Guru tidak tetap di Sekolah Dasar Negeri 3 Krasak, Brebes, ini bertanya-tanya, kenapa untuk menjadi pemimpin di negeri ini harus punya uang banyak? Kenapa orang sepertinya tidak bisa? "Padahal, kalau soal ilmu pengetahuan, saya berani beradu," tutur warga Kaligangsa, Brebes, itu.
Hilda bukan kali ini saja berniat maju sebagai kepala daerah. Pada 2012, dia sempat mendaftar sebagai calon Bupati Brebes lewat partai yang sama. Tapi saat itu rekomendasi tak jatuh ke tangannya. Dia memilih jalan ini karena prihatin terhadap nasib guru honorer di Indonesia. Dia bertekad ingin memperbaiki nasib orang-orang yang senasib dengannya agar lebih sejahtera.
Wakil Ketua PDIP Brebes Imam Santoso mengatakan saat ini ada dua calon bupati yang tersisa, yakni Idza Priyanti, Bupati Brebes saat ini, dan Narjo, wakilnya. Sedangkan untuk bakal calon wakil bupati hanya tersisa lima orang. "Ada dua yang tak lolos ke tahap selanjutnya, termasuk Hilda dan Mashadi," ucap Imam saat dimintai konfirmasi, Sabtu, 16 April 2016.
Imam membenarkan bahwa partainya meminta kepada setiap bakal calon membayar Rp 5 juta dan Rp 150 juta. Tapi, jika sang bakal calon tidak mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP, uang itu akan dikembalikan. "Iya, itu memang mekanisme internal partai," ujarnya.
Padahal dia sempat optimistis bisa lolos saat mendapatkan undangan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan awal April lalu. Dia diundang untuk mengikuti tahap seleksi selanjutnya, yakni tes wawancara, pada 13 April 2016 di Jakarta.
Namun, dalam undangan itu, Hilda diminta membayar Rp 5 juta untuk biaya wawancara. Uang tersebut harus dibayarkan ke PDIP Brebes maksimal 9 April 2016. "Tapi, karena enggak punya duit, ya enggak saya bayar," katanya kepada Tempo, Jumat, 15 April 2016.
Sebelumnya, saat seleksi tahap pertama di kantor PDIP Jawa Tengah, dia juga diminta membayar uang Rp 150 juta untuk biaya survei elektabilitas. Tapi, dengan alasan yang sama, yakni tak punya uang, Hilda tak mengisi surat kesediaan membayar.
Kendati begitu, Hilda tetap nekat datang ke Jakarta memenuhi undangan PDIP. Dia bertolak ke Ibu Kota naik kereta api sendirian. "Ya, siapa tahu bisa," ucapnya. Namun, sesampainya di sana, dia tak diperkenankan mengisi daftar hadir. Alasannya, Hilda belum membayar uang yang dipersyaratkan. Otomatis, dia pun tak bisa melanjutkan tahap seleksi berikutnya. Guru bergaji Rp 400 ribu per bulan ini pun pasrah. "Ya sudahlah, mungkin belum jalannya," ujarnya.
Guru tidak tetap di Sekolah Dasar Negeri 3 Krasak, Brebes, ini bertanya-tanya, kenapa untuk menjadi pemimpin di negeri ini harus punya uang banyak? Kenapa orang sepertinya tidak bisa? "Padahal, kalau soal ilmu pengetahuan, saya berani beradu," tutur warga Kaligangsa, Brebes, itu.
Hilda bukan kali ini saja berniat maju sebagai kepala daerah. Pada 2012, dia sempat mendaftar sebagai calon Bupati Brebes lewat partai yang sama. Tapi saat itu rekomendasi tak jatuh ke tangannya. Dia memilih jalan ini karena prihatin terhadap nasib guru honorer di Indonesia. Dia bertekad ingin memperbaiki nasib orang-orang yang senasib dengannya agar lebih sejahtera.
Wakil Ketua PDIP Brebes Imam Santoso mengatakan saat ini ada dua calon bupati yang tersisa, yakni Idza Priyanti, Bupati Brebes saat ini, dan Narjo, wakilnya. Sedangkan untuk bakal calon wakil bupati hanya tersisa lima orang. "Ada dua yang tak lolos ke tahap selanjutnya, termasuk Hilda dan Mashadi," ucap Imam saat dimintai konfirmasi, Sabtu, 16 April 2016.
Imam membenarkan bahwa partainya meminta kepada setiap bakal calon membayar Rp 5 juta dan Rp 150 juta. Tapi, jika sang bakal calon tidak mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP, uang itu akan dikembalikan. "Iya, itu memang mekanisme internal partai," ujarnya.
Sumber
Untuk maju Pilkada ga perlu pintar, yg penting bisa bayar mahar.....
0
2K
Kutip
25
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan